Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Tuduh
Fi, mencoba untuk fokus dengan pembahasan dosennya. Namun, matanya kerap kali teralihkan ke arah Ratu yang duduk menyendiri di pojok ruangan. Ada raut kekecewaan yang jelas tergambar di wajah sahabatnya itu.
Fi yang tidak tenang, secara sembunyi sembunyi coba mengirimkan pesan. Namun, ternyata pesannya tidak terkirim karena di blokir. Dia pun menjadi kesal.
"Ya ampun kok jadi seperti ini, sih? andai saja sejak awal aku jujur, mungkin Ratu gak akan kecewa seperti ini."guman nya bermonolog.
Pandangan Fi memang ke arah depan. Namun tidak hatinya yang melayang entah kemana, Dia yang awalnya bersemangat untuk belajar, kini jadi tidak bergairah lagi.
Mata kuliah pertama selesai. Setelah dosen ke luar meninggal ruangan, mereka semua ikut ke luar. Begitupun dengan Fi. Dia berjalan cepat menghampiri Ratu, sambil memanggil namanya. "Ratu!" serunya.
Ratu menoleh, mungkin karena reflek. Namun saat mengetahui siapa yang memanggilnya, dia langsung memalingkan wajah seperti tidak senang. langkah Ratu semakin cepat berusaha menghindari dirinya.
Meskipun di perlakuan tidak baik, tapi Fi tak mau menyerah, ia merasa masalahnya itu harus diselesaikan saat ini. Namun, ketika keluar dari kelas untuk mencari keberadaan Ratu, dilihatnya sahabatnya itu berjalan cepat melewati lorong koridor. Karena sedang hamil, Fi tak mungkin mengejarnya."Ya dia pergi," lirihnya.
Fi berjalan longkai menuju kelas,perasan bersalah memenuhi ruang hatinya, membuatnya merasa sedih hingga memutuskan untuk menyendiri. Setelah beberapa saat ia melirik jam tangannya sudah waktunya mata kuliah komputer. Fi sendiri berjalan melewati koridor. biasanya dia selalu cerita, bercanda tawa dengan sahabatnya Ratu. Tapi kini dia harus berjalan sendirian melewati koridor dengan tatapan sinis dari para mahasiswi.
""*"
Ketika masuk ke lab komputer, dia kembali mendapatkan tatap sinis dari Ratu dan teman gengsnya yang baru. mereka ber bisik-bisik ssmbil meliriknya sinis. Saat itu ia merasa begitu di pojokan. Fi ingin menghampiri Ratu. Namun kata-kata sindiran yang keluar dari temennya itu membuat telinganya panas.
"Ada ya, orang yang nelan ludahnya sendiri, padahal dia tahu bahwa sahabatnya suka sama cowok itu," celetuk salah satu dari mereka.
"Dasar jiwa-jiwa pelakor.. haha," mereka tertawa sambil melirik Fi. Sebenernya dia sudah sering mendapatkan sindiran pedas seperti itu, baik di kampung maupun di kampus. Sebelum-sebelumnya ia tak pernah ambil hati, tapi entah sekarang perasaan menjadi sensitif.
mata kuliah komputer akuntansi pun telah selesai. Masing-masing mahasiswa keluar dari kelasnya.
Sambil berjalan Fi menghubungi Ilham. Baru beberapa saat meletakkan benda pipih itu di daun telinganya telpon sudah tersambung.
"Halo Sayang, sudah pulang?" tanya Ilham dengan mesra.
"Iya! kamu bisa jemput sekarang, gak?" suara Fi terdengar lemah.
"Kamu kenapa, kok lemes gitu?"
"Iya pokonya jemput sekarang, ya!" pungkas Fi.
Setelah menutup sambungan telponnya ia berjalan menuju pintu gerbang. Disana ia menunggu Ilham sekoorang diri dengan gelisah.
***
Saat Fi menghubunginya,Ilham tengah berada di toko bunga. Ia sengaja membeli buket bunga lily Casablanca dan mawar putih. Walaupun dia tak tahu apakah istrinya itu akan menyukai hadiahnya itu.
Ilham menunggu dengan gelisah, jarinya mengetuk-ngetuk meja kasir sambil celingak celinguk memandang ke arah lorong di mana buketnya di buat.
"Mbak, bisa di percepat, gsk sih? istri saya sedang menunggu ini."
"Iya Mas, sedang di usahakan ya, karena pembuatannya sedikit rumit, ujar wanita itu.
" Oh iya, deh semoga tidak lama ya!" Ilham memang memesan buket khusus, tanda cintanya pada sang istri yang kini mengandung anaknya. Harapan dengan hadiah itu, Fi akan merasakan senang dan tak terbebani di hidupnya.
Sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya buket bunga yang indah dengan pita emas itu siap dibawa.
Ilham langsung menghampiri Fi ke kampus. Setibanya di pintu gerbang ia melihat istrinya itu terlihat termenung dengan ekspresi wajah yang sedih dan murung. Saking larutnya Fi dalam lamunannya ia sampai tak menyadari Ilham datang mendekat sambil menyembunyikan sesuatu di belakangnya
"Hay Sayang!" sapa Ilham .
Seketika Fi tersadar dari lamunannya, senyum kecut terbit di bibirnya.
Ilham menelisik wajah istrinya. Fi yang biasanya ceria dan energik,tiba-tiba berubah drastis. Namun Ia mencoba untuk memahami mood swing istrinya itu.
"Kamu kok sendirian saja di sini? Ratu di mana?" tanya Ilham .
Bibir Fi mencebik, bola matanymengkilat Menatap llham
"Eh kok kamu jadi sedih, sih? ada apa?" tanya Ilham dengan heran. .
"Ratu marah sama aku, Bang, hiks," ujarnya dengan suara yang terxekat.
"Marah kenapa?" tanya Ilham sambil mengusap punggung istrinya itu.
Fi terdiam, karena ia tak mau memberitahu rahasia sahabatnya itu. Melihat istrinya seperti enggan untuk berbicara, Ilham tak ingin memaksanya. Dia mengeluarkan bulet indah itu di hadapan istrinya.
"Tara! hadiah spesial untuk istriku!" ujarnya sambil menyodorkan buket tersebut .
Seketika Fi langsung tersenyum.
"Ini buat kamu, jangan sedih lagi," kata Ilham sambil menghapus air mata istrinya.
Fi yang terharu secara reflek memeluk Ilham. "Terima kasih, ya Sayang, " ujarnya sambil dengan suara tercekat dan hampir menangis
"Sama- sama, kita pulang sekarang yuk," ajak Ilham sambil merangkul istrinya.
Fi yang tadinya sedih, perlahan kembali ceria, sesekali ia mencium buket bunga itu sambil tersenyum.
Ilham membukakan pintu untuk istrinya, setelah itu barulah dia memutar menuju pintu kemudi.
Dari kejauhan Ratu dan gengnya menyaksikan pemandangan itu. Mereka sengaja mengintai Fi, agar Ratu yang tajir iru mau bergabung bersama mereka.
"Waw ternyata Ilham sudah begitu bucin pada Fi, kasihan deh loh, Ra.Lo baru ada di garis start ,sementara Fi sudah jadi pemenangnya," ujar salah satu dari mereka memanasi Ratu.
Ucapan itu sukses membuat Ratu terbakar emosi, dengan langkah kaki yang menghentak-hentak untuk melampirkan rasa kesalnya"Awas saja, kau, Fi! Kau tega merampas Ilham dari ku, maka akan ku rampas Ilham darimu! biar kita sama sama sakit hati.
Sesampainya di mobilnya, Ratu membuka pintu itu dengan kasar, lalu membanting pintu bagian kirinya.
Dengan penuh emosi ia meninggalkan area kampus.
"
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂