Akhir diskusi di majelis ta'lim yang dipimpin oleh Guru Besar Gus Mukhlas ternyata awal dari perjalanan cinta Asrul di negeri akhirat.
Siti Adawiyah adalah jodoh yang telah ditakdirkan bersama Asrul. Namun dalam diri Siti Adawiyah terdapat unsur aura Iblis yang menyebabkan dirinya harus dibunuh.
Berhasilkah Asrul menghapus unsur aura Iblis dari diri Siti Adawiyah? Apakah cinta mereka akan berakhir bahagia? Ikuti cerita ini setiap bab dan senantiasa berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendro Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perintah Asrul
"Lucifer, Panglima suku Iblis telah terkena luka serius akibat serangan yang telah dilakukan oleh Panglima Jenderal Asrul. Kemungkinan besar Lucifer tidak akan selamat dari lukanya." Ajudan pribadi Jenderal Umar melaporkan.
Sementara itu di Pulau Es Utara, Bion sedang meminta laporan dari pengawal ratu.
"Bagaimana keadaan Lucifer pasca tragedi beberapa hari yang lalu?"
"Lucifer, Panglima suku Iblis telah terkena luka serius akibat serangan yang telah dilakukan oleh Panglima Jenderal Asrul. Kemungkinan besar Lucifer tidak akan selamat dari lukanya." Pengawal ratu melaporkan.
Bion memerintahkan. "Aku menginginkan kepastian. Cari dia, aku menginginkan mayatnya."
"Baik Penasehat Kerajaan. Lantas, bagaimana dengan pengikutnya?" Pengawal ratu khawatir akan terjadi pembalasan dendam.
Bion menjawab. "Semua pengikutnya telah terbunuh."
Sementara di kediaman Asrul, Asrul sedang memanggil Jenderal Kan'an untuk memberikan laporan atas tugasnya di Pulau Es Utara.
"Salam Panglima. Bolehkah aku mengetahui alasan Panglima memanggilku?" Jenderal Kan'an menunduk.
Asrul meminta pertanggungjawaban dari Jenderal Kan'an. "Bukankah engkau bertugas menjaga keamanan Pulau Es Utara dari para pemberontak?"
Jenderal Kan'an berlutut dan siap menerima hukuman atas perbuatannya meninggalkan tugas. "Maaf Panglima, itu semua salahku. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka memerintah aku."
"Itu bukan kesalahanmu. Memang tugasmu sebagai militer. Sekarang berdirilah." Asrul tidak menyalahkan Jenderal Kan'an atas tidak keterlambatan dirinya atas misi mengatasi pemberontakan.
Kemudian Asrul menjelaskan latar belakang para pemberontak.
"Lucifer adalah putra dari Aazar. Engkau tahu siapa Aazar?"
Jenderal Kan'an menjawab. "Iya, Panglima."
Asrul melanjutkan. "Apa yang dilakukan oleh Lucifer adalah sebuah pemberontakan, karena Lucifer dan pengikutnya telah mengikuti ajaran suku Iblis. Namun diantara keluarga Lucifer, ada anak-anak dan lansia. Kita tidak perlu menghukum semuanya. Sekarang engkau harus kembali ke Pulau Es Utara."
Jenderal Kan'an menanggapinya. "Ya, aku mengerti."
"Aku titip sebuah surat untuk engkau sampaikan kepada ratu Salamah. Katakan padanya bahwa surat ini dari Panglima negeri akhirat."
Jenderal Kan'an mohon undur diri. "Saya pamit, Panglima."
Setelah Jenderal Kan'an keluar ruangan, Asrul mengikutinya. Asrul memergoki Siti Adawiyah yang sedang menguping percakapan antara Asrul dengan Kan'an.
"Siti Adawiyah, apa yang telah engkau dengar?"
Siti Adawiyah menyangkalnya.
"Apa yang aku dengar? Apakah Panglima sedang mengobrol dengan Jenderal Kan'an? Maaf, aku tidak mendengar apa-apa. Aku terlalu sibuk membersihkan ruangan ini."
Siti Adawiyah membuka pembicaraan dengan Asrul.
"Panglima, Bukankah Jenderal Kan'an sangat tampan? Bukan hanya tampan, Jenderal Kan'an juga sangat baik. Terlebih lagi ketika aku melihat dia menasehati ibunya agar tidak terlalu arogan. Aku yakin, kakaknya, Jenderal Jahal juga pasti orang yang tampan dan baik."
Asrul membenarkan perkataan Siti Adawiyah. "Ya, memang benar yang engkau katakan. Apakah engkau menyukai Jenderal Kan'an?"
"Aku tidak mengerti apa itu menyukai yang Panglima maksud. Apakah Panglima cemburu?"
Melihat Asrul tidak menjawab, Siti Adawiyah melanjutkan pertanyaannya. "Panglima, beritahu aku. Bolehkah aku mendaftar di pendidikan militer dan menjadi Jenderal negeri akhirat?"
Asrul langsung menjawab.
"Tidak boleh."
Siti Adawiyah tidak terima dengan jawaban Asrul. "Kenapa Panglima?... Ayahku juga melarang aku keluar lembah taman seribu bunga, dia bilang alasannya adalah karena aku terlalu cantik, ayah takut nanti menjadi rebutan para lelaki. Apakah Panglima juga berfikir demikian?"
Asrul malah menyalahkan ayahnya. "Ayahmu, tabib Jena itu orang yang suka mabok. Jangan begitu mudah percaya dengan perkataannya. Kamunya saja yang terlalu memikirkannya."
Asrul berfikir sebaiknya Siti Adawiyah segera keluar dari ruangannya. "Apakah engkau telah selesai?"
"Sedikit lagi, Panglima." Jawab Siti Adawiyah.
"Bersihkan dengan benar, jangan bermalas-malasan." Asrul melanjutkan membaca bukunya.
Sementara itu Jenderal Kan'an telah sampai di Pulau Es Utara. Jenderal Kan'an sedang menghadap ratu Salamah.
"Salam, ratu. Saya diperintahkan oleh Panglima Jenderal Asrul untuk menyerahkan surat darinya."
Jenderal Kan'an menyerahkan surat itu.
Ratu Salamah menerimanya.
"Aku telah mendengar berita bahwa Panglima Jenderal Asrul telah kembali ke negeri akhirat. Aku belum sempat mengunjunginya."
Jenderal Kan'an menanggapinya. "Ratu Salamah sangat perhatian. Tentu saja Ratu Salamah memiliki jadwal yang ketat. Saya memaklumi betapa sibuknya ratu."
Ratu Salamah menyanjung Asrul. "Panglima Jenderal Asrul begitu berjasa, telah menyegel kekuatan Iblis di jurang neraka."
Jenderal Kan'an menyampaikan pesan dari Asrul. "Lucifer adalah pengkhianat negara yang telah mengikuti suku Iblis. Dia pantas mati. Namun pengikutnya tidak pernah melakukan kejahatan, maka mereka tidak perlu dihukum. Ratu, tolong maafkan mereka."
Ratu Salamah kebingungan. "Aku bahkan tidak mengetahui bahwa Lucifer telah tertangkap."
Jenderal Kan'an menjawab. "Mungkin bawahanmu tidak melaporkannya."
"Cepat segera cari tahu." Ratu Salamah memerintahkan kepala pelayan untuk segera mencari tahu kebenarannya.
Ratu Salamah mulai membaca surat dari Asrul. "Sejak kecil aku mengetahui bahwa Panglima Jenderal Asrul selalu membantu keluarga Alam Ruh. Hingga kini ternyata Panglima Jenderal Asrul masih melindunginya. Panglima Jenderal Asrul sungguh berhati mulia."
Beberapa saat kemudian kepala pelayan menghadap Ratu Salamah.
"Lapor ratu.."
"Ada apa?"
Kepala pelayan berkata. "Penasehat kerajaan baru saja membawa seluruh anggota keluarga Alam Ruh ke penjara bawah tanah."
Di penjara bawah tanah, penasehat kerajaan sedang merenungi kejadian saat seluruh keluarganya dieksekusi mati di penjara bawah tanah ini.
Lamunan Bion terhenti ketika Pengawal Ratu melaporkan bahwa sudah saatnya mengumumkan keputusan terhadap para keluarga pemberontakan.
"Tuan Penasehat Kerajaan, waktunya telah tiba."
Bion mengangguk, lalu pengawal ratu mulai berpidato dihadapan seluruh anggota keluarga Alam Ruh.
"Kalian semua patut bersyukur dan berterimakasih kepada Penasehat Kerajaan, karena beliau mengampuni nyawa kalian. Sebagai gantinya, kalian harus pindah ke jurang neraka untuk merenungi kesalahan keluarga kalian."
Semua anggota keluarga Alam Ruh tertunduk dan pasrah, kehidupan yang selama ini mereka rasakan begitu nyaman dengan perlindungan kerajaan Pulau Es Utara, kini mereka harus tinggal di jurang neraka yang rentan terhadap aura Iblis, yang sewaktu-waktu dapat merenggut kebahagiaan mereka.
Ketika prajurit kerajaan Pulau Es Utara hendak menggiring mereka, tiba-tiba Ratu Salamah bersama Jenderal Kan'an menemui mereka.
"Ada apa ini?" Ratu Salamah berteriak.
"Salam Ratu Salamah" Bion, pengawal Ratu dan seluruh prajurit kerajaan Pulau Es Utara menunduk tanda penghormatan.
Seluruh anggota keluarga Alam Ruh meminta pertolongan dari Ratu Salamah.
"Tolong selamatkan kami, ratu.."
"Tolong selamatkan kami ratu.."
Ratu Salamah dan Jenderal Kan'an merasa kasihan melihat keadaan anggota keluarga Alam Ruh.
"Apa yang akan engkau lakukan terhadap anggota keluarga Alam Ruh, Bion?" Ratu Salamah mendekati Bion, penasehat kerajaan Pulau Es Utara.
Bion menjawab dengan tegas. "Mereka adalah anggota keluarga pemberontakan, Ratu Salamah."