Bilah seorang anak orang kaya, dia jatuh cinta kepada laki-laki bernama Ranu yang bekerja di perusahaan ayahnya. 5 tahun menikah mereka belum dikaruniai momongan.
Bilah sangat mencintai Ranu, akan tetapi suaminya malah bermain dibelakangnya, berselingkuh dengan model. Hati Bilah terasa hancur menghadapi kenyataan, ketika Ranu ketahuan selingkuh, dia berkata kepada Bilah bahwa dia tidak pernah mencintainya, ia mengakui bahwa dirinya menikahi Bilah karena suatu alasan yaitu dendam.
Bilah sangat bucin kepada Ranu. Dengan kenyataan itu, apakah ia akan bercerai atau malah mempertahankan pernikahannya?
Baca yuk kisah lengkapnya, hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janda berhati Emas
Bilah masih di rumah sakit ditemani Bulik Anggun di ruang rawat Bagas. Paklik Wahid mengurus administrasi Bagas karena hari ini dia diperbolehkan pulang. Bagas melarang untuk mengabari Abah dan Umminya agar mereka tidak cemas.
Benda pipih Bilah berdering, lalu ia menerima panggilan dari benda pipih miliknya.
Assalamu'alaikum Mah, ada apa?
Waalaikumsalam, Bilah coba kamu buka Youtube. Video trending dari sahabatmu Dina, ia mengadakan konferensi pers membuka semua kebusukan Ranu terhadapmu.
Aku akan lihat Mah, terima kasih Mah sudah kasih tahu aku. Assalamu'alaikum.
Bilah langsung membuka youtube dan mengklik trending, matanya membulat ketika ia menonton video Dina yang mengadakan konferensi pers membela dirinya, bahkan dia membuka semua kebusukan tentang Ranu. Begitu berani sahabatnya itu tanpa berpikir panjang apa yang akan terjadi kepada dirinya. Orang yang emosi karena hidupnya dihancurkan akan membalas dendam. Tidak semuanya manusia yang mempunyai sifat seperti Bilah yang tidak menyimpan dendam. Dendam jangan dilawan oleh dendam, dendam lawan dengan kepala dingin dan kecerdikan, agar dendam jangan sampai berkepanjangan.
Kini Bilah mengkhawatirkan Dina, Ranu mengincar Bilah karena dendam kepada ayahnya yang sudah 12 tahun berlalu.
"Kamu kenapa, wajahmu terlihat cemas?" tanya Bulik Anggun.
"Sahabat aku dalam bahaya Bulik, karena dia membuka kebusukan mantan aku," ucap Bilah.
"Gus, hari ini kamu pulangkan? Besok aku ke Jakarta yah," izin Bilah.
"Terlalu bahaya, jika kamu ke Jakarta sendirian, sama aku yah?" pinta Bagas.
"Gak usah, kamu masih sakit Gus," ucap Bilah.
Bilah duduk dan menulis sesuatu di secarik kertas.
"Kamu tulis apa?" tanya Bulik.
"Aku menulis untuk sahabatku Bulik, dia gak akan percaya jika tiba-tiba aku hubungi dia karena nomorku baru. Dia hafal tulisanku jadi dia akan langsung menghubungiku,"
Lalu Bilah memfoto tulisannya dan mengirimkan pesan WA kepada Dina.
'Dina, ini gue Bilah. Telepon gue yah'
Tidak lama, Dina menelepon Bilah.
Din, loe gak apa-apa 'kan?" Thanks Din, loe bela gue. Gue gak berani seperti loe. Din loe harus hati-hati, gue takut Ranu akan berbuat jahat sama loe.
Gue baik-baik aja Bil, gue pasti belain loe karena loe sudah seperti saudara gue sendiri. Gue gak mau kalau cecurut itu sakitin loe terus, gak puas apa ambil harta loe. Loe dimana sih? loe marah sama gue? kenapa gak hubungin gue? pergi pamit hanya pakai surat.
Gue sempet pamit sama loe, loe nya aja yang ngambek gak mau ngomong sama gue. Cemburu sama gue, mana gue kepikiran suka sama cowo. Yang lalu aja masih berasa sakitnya.
"Ehem..." Bagas berdehem.
Bilah lupa jika di situ dia sedang ada di ruang rawat Bagas. Bilah menjadi salah tingkah karena kalimatnya yang terakhir. Kenyataannya Bagas kini menjadi calon suaminya, dan dia harus membuka hatinya untuk Bagas.
Suara siapa tuh Bil?
Bilah melirik ke arah Bagas
Suara...
Ucapan Bilah menggantung.
Bil, loe masih di situ? siapa sih itu?
Bagas terdiam, tidak mau bicara. Ia mau tahu reaksi Bilah. Mengakui sebagai calon suaminya atau tidak.
Suara Gus Bagas, Din.
Gus Bagas siapa Bil?
Banyak tanya deh loe, besok gue ke Jakarta kita ketemuan.
Bagas terlihat kecewa dengan jawaban Bilah, dia langsung merebahkan tubuhnya dari posisi sebelumnya duduk, lalu ia memejamkan matanya. Bilah melihat sikap Bagas yang berubah.
"Ya Allah dia tersinggung," gumam hati Bilah.
Din, gue mau jujur sama loe tentang sesuatu. Itu suara calon suami gue, gue sudah di khitbah. Gue mau ke Turki dulu bertemu kakek, setelah dari sana gue akan menikah.
Mendengar pengakuan Bilah, bibir Gus Bagas tersenyum tapi matanya masih dipejamkan. Bulik yang berada di ruang rawat hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah keponakannya.
Subhanallah, temen gue langsung laku. Benerkan doa gue yang sebelumnya. Bukan dapat ustadz tapi ini diatasnya Gus, anak Kiai. Ketemu dimana Bil?
Udah ah nanti gue ceritain, kita ketemuan di cafe cantik yah.
Gue di Bandung, bukan di Jakarta. Jangan tanya kenapa gue ada di Bandung sekarang. Ceritanya panjang Bil, nanti gue ceritain. Bil sorry nanti kita WA an aja yah. Ada pasien soalnya. Dah cantik Assalamu'alaikum.
Dina mematikan handphonennya.
Selesai menelepon Dina, Bilah izin keluar dengan alasan mau ke kamar mandi. Ternyata Bilah hanya beralasan, dia keluar ingin menelepon Bagas karena merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan. Sifat Bilah dari kecil hatinya lembut, tidak mau menyakiti orang-orang terdekatnya.
Gus... jangan jawab, kamu diam aja. Aku malu mengatakan langsung karena di ruang rawatmu ada Buklik, aku hanya ingin meminta maaf sama kamu atas kejadian tadi ketika aku menelpon Dina.
Di ruang rawat inap, Bagas ingin membalas ucapan Bilah. Lalu Bagas membuat alasan oleh Bulik. Dia meminta tolong untuk dibelikan jus alpukat di kantin rumah sakit. Bulik pun keluar dari kamar Bagas, Bilah melihat lalu dia bersembunyi agar tidak terlihat oleh Bulik.
Bagas \= ["Kamu masih di situ?]
Iya Gus.
Terima kasih yah, kamu sudah mengakui aku sebagai calon suamimu.
Tapi maaf Gus, aku bilang telat karena aku melihat Gus terlihat kecewa sebelumnya, aku menjaga perasaanmu karena kamu sudah mengkhitbahku, walaupun rasa cinta untukmu belum tumbuh, maaf...maaf Gus.
Bilah langsung mematikan teleponnya.
Seketika hati Bagas seperti di hantam oleh bambu runcing. Cinta memang tidak bisa dipaksa. Jika Bagas tak mengetahui hukum islam, ia ingin langsung memiliki Bilah.
Dengan rasa cinta yang dia punya, Bagas hanya mempasrahkan hatinya kepada Sang Pemilik hati. Jika Allah mentakdirkan pasti diberi jalan kemudahan.
"Dimana pun kamu selalu berada, ku akan tetap cinta walau raga jauh tak dimata. Aku hanya berharap tidak ada laki-laki lain yang masih di hatimu karena akulah yang akan mengisi hatimu kelak," gumam hati Bagas.
Bilah masuk ke kamar rawat kembali setelah Bulik masuk. Ia melirik Bagas sesekali, yang dilirikpun merasa ada yang sedang memperhatikannya. Bagas menatap Bilah dan memberikan senyumannya. Bilah merasa tak enak hati dengan Bagas, tapi seenggaknya dia sudah jujur, dan tidak menutup hati untuk Bagas. Bagas boleh melakukan cara apapun agar Bilah bisa jatuh hati kepadanya.
***
Gus Bagas sudah dibolehkan pulang, untuk sementara waktu tinggal di rumah Paklik Wahid. Bagas terlihat murung wajahnya.
"Ada apa kamu?" tanya Paklik Wahid.
"Aku khawatir Bilah, Paklik, dia bilang mau ke Bandung. Aku mau ikut dilarang. Bagaimana nanti jika dia bertemu dengan mantannya. Mantan suaminya itu gak segan-segan melukai Bilah," ucap Bagas.
"Telepon Mba mu, minta bantuan dengan Mas mu. Agar salah satu ajudannya mengikuti Bilah," saran Paklik.
"Terima kasih Paklik atas sarannya," ucap Bagas.
Bagas menelepon Aisyah untuk meminta bantuan kepadanya, 1 ajudan ditugaskan untuk membuntuti Bilah. Sebelumnya dia sudah berkomunikasi dengan Bilah, bahwa dimana dia akan bertemu dengan Dina.
Tiba-tiba dari luar rumah Paklik kerumunan ibu-ibu berdatangan. Mereka memberi salam dan tujuan mereka datang adalah meminta maaf kepada Bilah karena telah menuduh selingkuh padahal yang selingkuh yang membuat gosip. Mereka juga berterima kasih kepada Bilah karena tidak dilaporkan kepada polisi tentang kejadian yang membuat Gus Bagas masuk ke rumah sakit.
"Iya ibu-ibu, nanti saya akan sampaikan permintaan maaf kepada Bilah, lain kali jangan percaya dengan yang namanya gosip, karena itu belum tentu benar. Sebenarnya kemarin saya yang mau melaporkan kejadian ini, tapi calon istri saya itu yang melarangnya. Mau tahu apa yang iya katakan Bu, sehingga saya tidak jadi melaporkan Ibu?" tanya Bagas.
"Mau Gus," jawab Ibu-ibu.
Bilah berkata, 'Jangan laporkan mereka Gus, kalau di penjara nanti yang jaga anak-anaknya siapa? yang masak untuk suaminya siapa? jangan laporkan yah Gus.'
"Bilah masih memikirkan kondisi keluarga Ibu-ibu," ucap Bagas.
Para ibu sangatlah menyesal, begitu baik orang yang mereka aniaya itu. Mereka berbondong-bondong memberikan sesuatu kepada Bilah sebagai tanda permintaan maaf.
"Terima kasih Gus, salam dengan Mba Bilah," ucap salah satu ibu sebagai perwakilan.
"Assalamu'alaikum." Ucap para ibu yang meninggalkan kediaman Paklik Wahid.
"Wa'alaikumsalam," jawab Bagas.
"Bersyukur kamu mendapatkan Bilah, walaupun janda tapi hatinya seperti terbuat dari emas. Jaga dia baik-baik setelah kamu nikah nanti," nasihat Paklik Wahid.
Bersambung