Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasih Ibu tak berbatas.
Pagi menyapa se isi hutan,dan kehidupan baru pun segera di mulai.
Dengan mempergunakan tumbuhan merambat, Bocah Si Chun turun dari goa menuju arah sungai kecil.
Setelah melepaskan semua pakaian compang camping nya itu, Bocah Si Chun pun langsung meredamkan tubuh nya di air sungai yang jernih itu,di basuh nya mukanya serta sesekali di celupkan ya kepalanya di air sungai yang dangkal itu.
Setelah selesai mandi,karena tubuhnya menggigil kedinginan, maka tanpa terlebih dahulu memakai pakaiannya dia duduk diatas batu pipih di pinggir sungai.
Kebetulan tepat di batu itu cahaya mata hari pagi memancarkan panas nya.
Sambil duduk bersila diatas batu pipih itu,dia mengumpulkan rasa panas dari sengatan cahaya mata hari pagi.
Tanpa disengaja dan tanpa dia sadari,dia sedang ber kultivasi menyerap cahaya mata hari pagi dan dingin nya pagi secara bersamaan.
Karena merasa nyaman di tubuh nya, Bocah Si Chun pun terus melakukan hal itu hingga cahaya mata hari terlindung di balik dedaunan pohon, barulah dia bangkit dari atas batu pipih itu.
Hari itu dengan bersenjatakan panah dan pisau belati,dia mulai berjalan perlahan lahan sambil melihat lihat ke sekeliling nya,kalau kalau ada binatang buruan.
Setelah berjalan agak jauh,akhirnya dia melihat seekor kijang jantan muda sedang minum di pinggir sungai.
Dengan menggunakan panah buatannya sendiri,di bidik nya kijang muda itu.
Anak panah nya menancap tepat di rusuk kiri kijang muda itu,dan spontan kijang muda itu langsung tersungkur ketanah.
Ini adalah pertama kali nya dia membunuh binatang darat.
Bocah Si Chun itu gembira bukan main,kini dia merasa tidak akan kelaparan lagi untuk hidup sendirian di hutan belantara ini.
Bocah Si Chun memanggul kijang muda itu di pundak nya menuju ke tempat dia duduk diatas batu pipih tadi.
Meskipun usianya baru enam tahun,tetapi tenaganya sebanding dengan remaja empat belas atau lima belas tahun.
Itu terjadi,karena kuat nya deraan penderitaan serta siksaan dan kerja paksa yang dia alami semenjak dahulu.
Semenjak bayi kecil,tidak ada kemanjaan ataupun kasih sayang yang dia rasakan,yang ada cuma caci maki dan siksaan saja.
Setelah sampai di tempat batu pipih itu,dia langsung membersihkan binatang buruannya itu, dengan mengulitinya, membelah perutnya serta membuang jeroan yang tak akan dia makan.
bocah Si Chun berpikiran bahwa tidak setiap hari dia akan mendapatkan binatang buruannya, makanya timbul akal di dalam pikirannya untuk mengawetkan sebagian daging itu seperti yang sering di lakukan Ma Lai sang pengasuhnya dulu.
Segera bocah Si Chun itu membuat apar apar dari kayu setinggi tiga jengkal dari tanah,dan daging daging kijang muda yang dia iris iris itu ,di letakan ya di atas lantai apar apar,lalu di bagian bawah apar apar itu di hidupkan nya api.
Lumpang dari kulit labu tempat menyimpan air yang selalu dia bawa itu di isinya dengan air sungai.
"Aku juga harus memotong beberapa ruas batang bambu untuk tempat air ku"pikir bocah Si Chun.
Di carinya kayu yang agak lapuk untuk kayu bakar di bawah apar apar itu,agar mengeluarkan asap yang banyak.
Sementara asap mengepul, bocah Si Chun mencari batang bambu untuk tempat air minum nya.
Setelah mendapatkan dua ruas bambu besar,bocah Si Chun segera kembali ke tempat daging nya diasapi tadi.
Daging asap itu kini telah berubah agak kecoklatan pertanda suda cukup matang.
Sedangkan sebagian dari daging itu dia bakar diatas api.
Setelah matang,bocah Si Chun segera makan daging itu sambil duduk diatas batu pipih di pinggir sungai kecil itu.
"Hari ini aku harus membersih kan goa itu serta membuat tangga agar mudah turun naik ke goa itu" pikir bocah kecil Si Chun.
Hari itu bocah kecil Si Chun itu membersihkan ruangan goa,lalu membuat tangga dari tumbuhan merambat yang banyak terdapat di sekitar situ.
"Agar tidak kedinginan, aku harus membuat tempat tidur dari kayu,kalau harus beralas batu lantai goa pasti dingin" pikir bocah Si Chun itu.
Segera dia bergerak mengumpulkan kayu kayu kecil beberapa akar kecil serta kulit pohon yang kesemuanya itu dia bawa naik ke atas goa.
Tidak berapa lama, tempat tidur dari kayu dan kulit kayu pun telah selesai,lalu daging daging asap dia bawa naik semua ke dalam goa.
Setelah itu barulah dia mencari kayu kering beberapa ikat yang langsung dia bawa naik ke goa.
"Semenjak dahulu aku sudah biasa hidup seadanya dan memanfaatkan apa yang ada disekitar ku"pikir bocah Si Chun.
Setiap waktu luang, bocah Si Chun tidak lantas berdiam diri,dia mengasah ketrampilan memanahnya,serta melemparkan pisau belati nya ke sasaran.
Malam itu bocah Si Chun tidur dengan tenang,hati dan pikirannya benar benar rileks sekarang.
Baru sekarang dia merasa pikirannya tenang tanpa rasa khawatir lagi.
"Duhai penguasa alam semesta, ku pasrahkan jiwa dan raga ku dalam genggaman mu" itulah yang selalu di ucapkan olehnya sebelum tidur.
Malam ini bocah Si Chun bermimpi berada di sebuah istana sangat indah dengan Beratus ratus pelayan.
"Tuan muda, tuan muda sudah di tunggu tuan putri di ruangan nya,silahkan ikuti hamba tuan muda" seorang pelayan datang menghampirinya sambil memberi hormat,dan mengajak nya kesatu ruangan.
Seorang putri nan cantik jelita sedang duduk di atas sebuah kursi terbuat dari emas.
"Selamat datang putra ku tersayang,maap ibu mengajak mu kesini tiba tiba"kata wanita cantik jelita itu.
bocah Si Chun terkejut melihat wanita cantik jelita itu yang ternyata adalah ibu nya.
"I ibu,mengapa ibu berada di sini bu?"tanya bocah Si Chun kepada sang ibu.
Putri cantik jelita itu turun dari kursinya dan memeluk serta menciumi putra nya itu,diangkat nya sang putra kedalam gendongannya.
"Ini adalah tempat ibu sayang,kelak kita akan selalu bersama sama di sini untuk selama lamanya nak,cuma syaratnya kau harus sabar dan tabah menjalani takdir mu sayang,yakin lah bahwa ibu akan selalu mendampingi mu sayang,menjaga mu, meskipun seisi dunia membenci mu,ibu lah orang satu satu nya yang menyayangi mu, meskipun seisi dunia mencaci maki mu,ibulah orang satu satunya yang memuji mu anak ibu yang tampan,meskipun seisi dunia menghindari mu,masih ada dada ibu tempat kau berlindung anakku"kata wanita cantik itu kepada bocah Si Chun.
Ditempat itu,sang ibu mengajari putranya tentang baca dan tulis serta beberapa ilmu lainnya.
Karena pada dasar nya sang bocah adalah manusia yang memiliki kecerdasan diatas rata rata,maka dengan sangat mudah nya dia mengingat dan menghapal semua yang di ajarkan sang ibu melalui mimpinya itu.
Ketika pagi tiba,untuk pertama kalinya bibirnya tersenyum menyambut matahari pagi.
Setelah turun dari goa,dilepaskannya pakaiannya dan langsung berendam di dalam air sungai berbatu batu yang menjadikan air nya cukup dingin.
Setelah merasa cukup lama berendam di dalam air dingin,dia segera naik dan duduk bersila diatas batu pipih di pinggir sungai kecil itu untuk menghangatkan badannya.
Dan tanpa disengaja serta tanpa disadarinya, dia sudah menyerap energi matahari pagi dan menyimpan energi itu di dalam dantiannya.
Energi mata hari pagi adalah energi kehidupan paling besar di semesta ini,dan batu pipih itu adalah batu giok yang bisa mengumpulkan energi matahari serta menyalurkannya kepada orang yang mendudukinya.
Makanya setiap duduk diatas batu pipih itu,dia merasa tubuh nya menjadi enteng dan terasa nikmat di sekujur tubuh nya, pegal pegal dan sakit sakitan di sekujur tubuh nya langsung menghilang.
Setelah selesai menyerap hawa mata hari pagi,dia bangkit berdiri, diambilnya arang sisa pembakaran,lalu mulai mencoret Coret tulisan yang tadi malam dia pelajari dari ibunya itu.
Setelah itu barulah dia mengambil busur dan anak anaknya dan mulai berburu untuk cadangan makanan nya.
Setelah berjalan cukup lama,dia belum juga menemukan binatang buruannya,sedangkan hari mau turun hujan, dengan berjalan perlahan bocah Si Chun itu celingukan melihat kiri dan kanan,kalau kalau ada goa tempat berteduh.
Setelah berjalan cukup lama,akhirnya dia menemukan sebuah mulut goa di dasar tebing.
Mulut goa itu meskipun agak kecil,tetapi untuk anak usia enam tahun, tentu masih terasa sangat besar.
Dengan berhati hati,bocah Si Chun itu melangkah memasuki ruangan dalam goa kecil itu.
Ternyata ruangan di dalam goa itu cukup besar,dan sepertinya pernah juga di tempati orang,itu terbukti dari sisa sisa arang dan alas tidur terbuat dari kulit hewan.
Ketika bocah Si Chun itu bermaksud duduk di tikar kulit hewan itu,mata nya tertuju kepada sesuatu di sudut ruangan goa itu.
Seperti seorang yang sedang duduk bersandar di dinding goa.
Tidak jauh dari tempat itu terdapat sebuah busur terbuat dari besi serta selusin anak panah nya.
Bocah Si Chun mendekati orang yang sedang bersandar di dinding goa itu, diamatinya dengan seksama tubuh orang itu,ternyata sudah tinggal tulang belulang nya saja.
Sebuah cincin bermata biru tergeletak di dekat tangannya.
Bocah Si Chun itu tidak mengerti tentang cincin, mengambil cincin itu cuma karena terlihat bagus saja.
"Bapak yang sudah mati disini,maapkan aku,aku mengambil cincin mu pak,kan kau sudah mati dan tidak perlu cincin lagi,biar aku saja yang menyimpan nya,juga busur dan anak panah mu pak,ku minta ya?" ucapan lugu meluncur dari mulut sang bocah.
Setelah di tunggu tunggu ternyata hujan tidak juga turun,malahan kembali cerah lagi,akhirnya si bocah keluar dari tempat itu dengan membawa cincin bermata biru itu dan busur serta anak panah nya.
"Busur panah ini agak berat,tetapi aku masih bisa menggunakannya" gumam sang bocah sendirian.
Dia mencoba menarik tali senar busur itu,meskipun usia nya masih enam tahun, tetapi untuk menarik tali senar busur itu, hal yang mudah bagi nya.
Di buang nya busur yang lama, kini dia menggunakan busur asli dan anak panah ber mata besi.
Si bocah kecil kembali melangkah menyusuri hutan mencari binatang buruan nya.
Tidak seberapa jauh,dia mendengar suara harimau dan lolongan kecil serigala.
Dengan langkah hati hati dia berjalan mendekati arah suara itu.
Dari balik semak semak,dia melihat seekor harimau jantan sedang mengaum mendekati seekor anak serigala putih,atau sering di katakan orang serigala perak.
Anak serigala itu bertubuh kurus dan berjalan terhuyung huyung.
Tidak jauh dari tempat itu,nampak bangkai induk serigala yang sudah terkoyak koyak oleh sang harimau.
...****************...
Dari sekian banyak cerita, baru kali ini aku menemukan cerita yang sangat buruk seperti ini, baik cerita di Novel Toon maupun di Fizzo Novel, cerita ini adalah yang paling buruk.
Mulai dari terjemahannya dan juga kata-katanya sangat buruk.