Kisah ini menceritakan tentang perantauan ku ke Kalimantan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang ternyata perempuan itu menganut ilmu hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amak Tanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Pintu pun dibuka dari dalam muncul Bu Siti, lalu Bagas yang hendak berangkat ke pabrik pun kembali berbalik menghampiri Bu Siti.
"Bu Nina nya ada saya mau mengajak Nina berangkat bareng ke pabrik" ucap Bagas menyampaikan niatnya
"Maaf nak Bagas, seperti hari ini Nina tidak bekerja, dia sepertinya kurang enak badan" ucap Bu Siti berbohong, sedangkan Nina saat ini sedang tertidur dengan pulas,
"Oo begitu ya Bu, boleh saya jenguk Nina sebentar Bu?" Tanya Bagas
"Jangan nak, Nina masih perlu istirahat, supaya keadaannya cepat pulih" Bu Siti mencari alasan supaya kebohongannya tidak diketahui oleh Bagas.
"Baiklah Bu, kalau begitu saya permisi" Bagas pun segera meninggalkan rumah Nina, Bagas merasakan ada yang di sembunyikan oleh Bu Siti, akan tetapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa mengubur dalam-dalam rasa curiganya, karena tidak mungkin juga ia memaksa masuk kedalam rumah Nina. Bagas pun segera melajukan motornya menuju pabrik.
Setibanya di pabrik bagas tidak langsung masuk ke pabrik ia berhenti didepan pos satpam, ia heran melihat seperti sedang ada sejenis upacara adat didepan pabrik, lalu ia menanyakan kepada satpam yang sedang berjaga di pos,
"Pak itu ada acara apa ya?" Tanya Bagas
"Oh itu pak Bagas, ada orang pintar diminta untuk mengusir mahkluk halus yang ada di pabrik ini, emang pak Bagas nggak tahu kalau di pabrik ini banyak makhluk halusnya?" Jelas satpam kepada Bagas
"Tahu sih pak, tapi kemarin pak Samidi bilang kalau nggak ada orang pintar ataupun dukun yang mampu mengusir mereka dari sini" tutur Bagas lagi
"Oo itu, tetua adat itu didatangin dari desa lain pak kalau gak salah desa A pak" ucap satpam mengira-ngira
"Desa A?, dimana desa A pak" tanya Bagas
"Ada pak, masih satu kabupaten sama desa E tapi jauh masuk ke pedalaman, ya kurang lebih 5-6 jam pake sepeda motor" jelas si satpam, Bagas pun hanya ngangguk-ngangguk.
"Itu acaranya berapa lama pak" tanya Bagas lagi
"Ya paling kurang lebih satu jam pak" jawab satpam
"Yasudah deh pak kalau begitu saya nunggu disini saja" Bagas yang tidak terlalu paham akan ritual adat seperti itu pun hanya menunggu di pos satpam
"Silakan pak, duduk di dalam ada kopi" satpam menawari kopi kepada Bagas
"Boleh juga tuh pak" Bagas segera turun dari motor dan segera masuk ke pos satpam
"Ini pak kopinya" ujar satpam sembari menuangkan kopi kedalam gelas "silahkan diminum" sambung satpam. Bagas pun segera meminum kopinya sembari berbincang-bincang dengan satpam.
**
Di pabrik tetua adat yang memimpin ritual pun memulai, membacakan mantra-mantra pengusir mahkluk halus sembari menyembelih seekor ayam kampung, lalu darah ayam tersebut di percikan kesetiap sudut bangunan pabrik, setelah semua rangkaian upacara adat pengusiran mahkluk halus selesai yang diakhiri dengan mengubur kepala ayam yang dipotong di depan pabrik.
"Ini saya kubur disini, jangan lupa setiap pagi hari sebelum pukul sembilan harus sudah disiram" ujar tetua adat yang memimpin ritual tersebut
"Di siram pakai apa akik(kakek)?" Tanya pak Samidi
"Cukup siram menggunakan air putih saja" ucap tetua adat
"Baik kik, terimakasih banyak, untuk bayarannya berapa kik?" Tanya pak Samidi kepada akik tetua adat tersebut.
"Saya minta 7 juta saja" jawab tetua adat,
"Apakah tidak bisa dikurangi lagi kik?" Pak Samidi mencoba menawar bayarannya
"Kenapa kamu tidak kerjakan sendiri saja" ucap tetua adat sembari menaikan suaranya, membuat nyali pak Samidi menjadi menciut.
"Sul, tolong ambilkan tas saya di atas" pinta pak Samidi kepada Samsul
"Baik pak" Samsul berlari ke dalam pabrik lalu menuju ke ruangan pak Samidi, dan langsung mengambil tas yang berada diatas meja pak Samidi, setelah itu dia pun bergegas turun kembali.
"Ini pak" Samsul menyerahkan tas kepada pak Samidi,
Pak Samidi pun mengambil uang dari tasnya setelah menghitung, ia pun menyerahkannya kepada tetua adat itu. Tetua adat menerimanya dengan senyuman yang sumringah.
"Gini dong kan enak" ucap tetua adat
"Iya kik, terimakasih banyak ya Kik atas bantuannya" ucap pak Samidi.
"Iya pak, sama-sama, saya pamit dulu ya pak" ucap tetua adat kepada Samidi, setelah berpamitan kepada pak Samidi dan karyawan lainnya ia pun meninggalkan pabrik menggunakan sepeda motornya.
**
Setelah kepergian tetua adat Bagas pun memutuskan untuk masuk kedalam pabrik,
"Pak saya lanjut ke pabrik dulu ya, terimakasih kopinya" ucap Bagas
"Iya pak silakan, sama-sama" jawab pak satpam
Bagas Menaiki motor nya lalu menuju parkiran, setelah memarkirkan motornya Bagas pun segera masuk ke dalam pabrik. Ia segera menuju ruangannya, ia melanjutkan pekerjaannya. Seperti biasa, setelah semua pekerjaan selesai ia kerjakan Bagas pun segera mematikan komputernya karena sudah tidak ada lagi yang ia kerjakan ia pun hanya mengutak-atik ponselnya sembari menunggu jam makan siang.
Tak lama kemudian Samsul datang membawa beberapa berkas yang harus segera ditandatangani.
"Gas, ini berkasnya tanda tangan sekarang ya mau diserahkan kepada pak Samidi siang nanti" ucap Samsul, sembari menaruh berkasnya di atas meja Bagas, Bagas pun membuka berkasnya lalu ia mengecek, lalu ia menandatangani berkas yang di bawa Samsul sembari mereka mengobrol.
"Eh gimana sul, Apakah bapak tadi bisa mengusir hantunya?" Tanya Bagas
"Katanya sih bisa gas, tapi aku kayak kurang yakin gas, soalnya yang dulu-dulu ngomongnya juga begitu, bilang udah diusir eeh taunya masih ada kan" Samsul tampak meragukan tetua adat yang dipanggil pak Samidi.
"Semoga saja beneran sudah nggak ada lagi sul" jawab Bagas lagi
"Iya gas semoga saja, supaya aman kita jikalau pun harus lembur" ucap Samsul harap-harap cemas.
"Ini sul, udah semua, coba kamu cek lagi" ucap Bagas sembari menyerahkan berkasnya kepada Samsul, Samsul pun mengecek berkas-berkas nya lagi.
"Iya gas udah, terimakasih ya, saya permisi dulu" ucap Samsul lagi
"Iya sul, sudah tugas saya juga" jawab Bagas, tepat pukul setengah dua belas Samsul pun meninggalkan ruangan Bagas. Bagas pun bersiap-siap untuk pergi ke kantin, ia pun keluar dari ruangannya lalu berjalan menuju tangga kebetulan juga Samsul baru keluar dari ruangannya, mereka pun segera pergi kekantin bersama-sama, setibanya di kantin, mereka mengambil makanan masing-masing dan segera menuju meja kosong, lalu menyantap makanannya. Setelah selesai mereka masih duduk-duduk sebentar, tepat pukul satu siang, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke pabrik lagi, tak lupa membayar makanan dan minumannya. Setibanya di pabrik mereka pun berpisah, masuk ke ruangan masing-masing lalu melanjutkan pekerjaannya, kecuali Bagas ia hanya memainkan ponselnya dikarenakan pekerjaannya sudah selesai ia kerjakan tadi pagi. Ia yang kebingungan tidak ada kerjaan pun memutuskan untuk rebahan di sofa yang berada di ruangannya, sembari melihat-lihat foto saat ia masih di kampung halamannya "belum satu bulan saja sudah serindu ini dengan kampung halaman" batin Bagas, di saat sedang melihat-lihat albumnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar tok...tok...tok...
BERSAMBUNG.....
***
di tungguin