GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17.
Gavin membawa Redyna masuk kedalam mobil nya, gadis itu tidak berhenti memberontak dalam gendongan Gavin. Bahkan sampai ia mendudukkan Redyna dikursi samping kemudi, gadis itu tetap memberontak. Gavin menutup pintu mobil dengan sedikit kencang, hingga Redyna terperanjat kecil ditempat nya.
" Hei, jangan dilepas lagi sabuk pengaman nya, sayang," ujar Gavin begitu duduk dikursi kemudi. Ia memajukan tubuhnya mendekati Redyna, lalu tangan nya terulur untuk memasang kan kembali seatbelt ke tubuh sang gadis.
Redyna pada akhirnya menumpahkan semua tangisan nya,ia menangis sekencang-kencangnya didalam mobil Gavin. Redyna takut kalau pria itu akan menyakiti nya,dan hal-hal negatif terus mulai bermunculan diotak nya.
Sebuah tangan menyeka air mata yang jatuh kepipi Redyna, gadis itu menghentikan isakan nya dan menatap si empunya tangan. Mata nya melihat pemandangan yang indah dan baru pertama kali ia lihat sepanjang kehidupan nya. Tepat didepan wajah Redyna, Gavin tersenyum sampai kedua mata pria dewasa itu menyipit.
Pria itu tampak berkali-kali lipat lebih tampan dari yang sebelumnya. Dimana dia hanya memasang ekspresi datar dan marah diwajahnya. Gavin merangkum wajah Redyna dengan kedua tangan besar nya, kemudian ia berujar," jangan nangis lagi, saya nggak bakal ngapa-ngapain kamu kalau kamu nya nurut sama saya.
" Lepas!" Redyna melepaskan kasar tangan Gavin yang berada disisi wajah nya. Jangan harap ia akan terpesona melihat ketampanan dari pria itu, semua nya tidak mempengaruhi Redyna.
Gavin sama sekali tidak merasa tersinggung akan tindakan Redyna tadi. Pria itu malah tetap memasang senyum tampan nya, setelah itu ia mengecup puncak kepala Redyna dengan gamblang, yang membuat gadis itu melotot marah. Tapi Gavin tidak peduli,ia tak acuh mendapat pelototan dari Redyna.
Mobil yang dikendarai oleh Gavin perlahan melaju dengan kecepatan sedang dan diiringi oleh omelan-omelan ,gerutuan dan ocehan yang berasal dari bibir mungil gadis yang ada disebelah nya saat ini.
Hampir memakan waktu tiga puluh menit, akhirnya mobil milik Gavin berhenti disebuah bangunan yang menjulang tinggi. Gavin hendak turun dari mobil yang sudah terparkir di besment, aka tetapi sebuah tangan menghalangi pergerakan nya.
" Om ngapain bawa aku ke apartemen?" tanya Redyna dengan mata sembab yang memicing.
" Ikut aja." Gavin enggan menjawab pertanyaan Redyna yang sebenarnya. Pria itu membuka pintu mobil, kemudian menutup nya kembali. Ia memutari mobil dan membuka pintu bagian penumpang untuk Redyna.
Saat akan melepaskan seatbelt yang melilit tubuh Redyna, gadis itu menepis tangan nya," aku bisa sendiri".
Gavin menghela napas pelan, mencoba untuk bersabar menghadapi remaja labil ini. Ia memundurkan tubuhnya memberi ruang pada Redyna ketika gadis itu keluar. Gavin tersentak pada saat menutup pintu mobil, Redyna melarikan diri, langsung saja kaki nya ikut berlari mengejar gadis itu mumpung belum terlalu jauh dari jangkauan nya.
Gavin membanting tubuh Redyna diatas kasur yang berada di apartemen nya. Gadis itu berusaha kembali untuk melarikan diri dari jeratan seorang Gavin, tak berapa lama mata nya membola ketika Gavin bergerak dan memposisikan diri diatas tubuhnya.
"Om jangan macam-macam,ya?" peringat Redyna tajam. Tangan nya terulur untuk menghalau wajah Gavin yang perlahan menunduk."jangan macam-macam aku bilang!"
Gavin tidak menghiraukan peringatan dari gadis itu, sedangkan wajah nya terus mendekat sampai tepat berada di lekukan leher Redyna. Hidung nya menghirup dalam aroma minyak telon yang menguat dari sana dan iya menyukai nya. Redyna kembali menangis,dia merasa dilecehkan atas perbuatan Gavin sekarang.