Terlahir kembali di dunia yang dikuasai iblis dan makhluk ketiadaan, Ling Tian mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya.
Namun takdir sekali lagi menempatkan dirinya dalam posisi sulit. Meskipun akar spiritualnya lemah dan memiliki roh pelindung saling berlawanan yang bisa menghancurkan dirinya kapan saja, tak membuat Ling Tian gentar sedikitpun.
Dengan tekad baja, Ia berjuang melawan nasib buruknya, mengubah setiap kelemahan menjadi kekuatan, dan menantang kekuasaan iblis yang menindas dunia.
Mampukah Ling Tian mengatasi keterbatasannya, menyatukan roh pelindung yang berlawanan, dan mencapai ranah tertinggi? Ataukah dia akan terperangkap dalam lingkaran kehancuran yang menunggu dibalik kekuatan kegelapan?
Penuh ketegangan dan intrik, ikuti petualangan dan pertarungan intens yang ada di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Jast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengikut Sekte Pedang
Kamar asrama yang diterangi cahaya lilin temaram, Ling Tian duduk bersila dengan penuh konsentrasi.
Membuka tutup botol giok perlahan, tampak pil pemulih akar spiritual yang berkilauan lembut, memancarkan aura hangat dan menyegarkan, seolah mengundang jiwa yang lelah untuk pulih.
Dengan napas yang teratur, Ling Tian menelan pil itu dan segera merasakan aliran energi lembut yang mulai menyusuri tiap helai nadinya.
Seperti tetesan embun yang jatuh di tanah kering, energi dari pil tingkat 5 itu langsung meresap dalam, membangunkan akar spiritualnya yang lemah, dan membangkitkan semua merdian sampai puncaknya.
Saat energi pil menyatu sempurna dengan seluruh nadi, Ling Tian merasakan akar spiritualnya yang dulu rapuh kini memancarkan vitalitas yang lebih kuat dari sebelumnya.
Setiap aliran energi terasa jernih, mengalir tanpa hambatan, menyebarkan kekuatan yang hangat ke seluruh tubuhnya.
Hari demi hari berlangsung dengan singkat, ketika semburat mentari pagi memancar hangat dari arah timur, Ling Tian perlahan membuka mata, memperlihatkan tatapan teduh dengan kekuatan mendalam yang terkandung di dalamnya.
“Akhirnya masalah akar spiritual sudah teratasi. Sekarang aku harus mencari cara agar bisa menembus ranah Pembentukan Inti Spiritual dengan aman,” batin Ling Tian di dalam hati, mencoba memikirkan langkah berikutnya.
Bangun dari tempatnya berada, Ling Tian lantas pergi ke tempat pelatihan, memulai pelatihan siang dengan begitu bersemangat.
Setelah berhasil memperbaiki akar spiritualnya, Ling Tian merasakan perubahan yang luar biasa di setiap serat tubuhnya.
Gerakannya kini terasa lebih ringan, seolah beban yang selama ini menahannya telah lenyap.
Energi dari langit dan bumi mengalir dengan mudah, memasuki tubuhnya seperti aliran sungai yang jernih, tak terhalang dan lebih murni dari sebelumnya.
Berlari dengan sangat tangkas melewati hutan dan pegunungan, Ling Tian mengitari pusat pelatihan barat menggunakan zirah besi seberat 250 kg yang sebelumnya Ia beli dari Pagoda Sembilan Tingkat Lantai Pertama, dengan mudah menyelesaikan 20 putaran bahkan sebelum tengah hari tiba.
“Emp… Setelah mengkonsumsi pil pemulih akar spiritual, kekuatanku meningkat drastis, begitu pula dengan penyerapan energi spiritual di antara langit dan bumi, meningkat 10 kali lipat. Sepertinya aku harus membeli zirah besi baru untuk pelatihanku ke depan,” ucap Ling Tian di dalam hati, menatap telapak tangan yang Ia kepalkan kuat.
Ketika Ia akan beranjak dari tempatnya berada, terdengar suara berat sedikit tinggi dari belakang membuat Ling Tian mengalihkan pandangan ke sumber suara.
“Apakah kamu Ling Tian?”
Tampak seorang gadis berdiri angkuh menyilangkan kedua tangan di depan dada, dengan tatapan meremehkan tertuju ke arah Ling Tian berada.
Surai hitam terurai panjang sampai ke punggung, melambai lembut mengikuti angin yang menerpa, menciptakan kontras dramatis dengan pakaian putih yang dikenakannya, Nalan Yuri.
“Kamu siapa?” ucap Ling Tian balik bertanya dengan acuh tak acuh ke arah beberapa murid pelatihan yang menghampiri dirinya.
“Ck… Orang udik tidak sopan. Seharusnya kamu bersyukur karena mendapatkan perhatian dari tuan muda Qing Yun. Kalau tidak, mana mungkin kami mau menemuimu,” pungkas Nalan Yuri dengan angkuh, mengacungkan jari telunjuk ke arah Ling Tian.
"Apa maksudnya itu?"
"Tuan muda menginginkan kamu untuk jadi bawahannya. Sekarang ikutlah bersama kami untuk menemuinya," timpal Nalan Yuri kemudian.
“Kalian pergilah, aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian,” balas Ling Tian dengan nada sinis sambil berbalik arah, mengabaikan Nalan Yuri dan para pengikut lain yang lebih tua darinya.
“Kamu berani mengabaikan kami? Kurang ajar, bocah yang bahkan belum menembus ranah Pemurnian Tubuh berani bersikap arogan! Sepertinya kamu perlu diberi pelajaran,” sambut seorang pemuda yang ada di samping Nalan Yuri, melangkah tegas menghampiri Ling Tian, kemudian tanpa ragu mencengkram pundak Ling Tian dengan kuat, Yao Yao.
Melirik tipis ke arah belakang, tatapan tajam tertuju ke arah Yao Yao, tanpa mengatakan sepatah kata membuat Ia tertegun sesaat.
“Anak ini, kenapa dia memiliki sorot mata seperti orang yang sudah membunuh banyak orang?” batin Yao Yao tak bisa berkata-kata, kemudian Ling Tian mengibaskan pegangan kuat Yao Yao dengan kasar.
“Menyingkir dariku!” tegas Ling Tian tak takut sedikitpun, membuat para pengikut Qing Yun sontak naik pitam.
“Kalian, beri anak itu pelajaran!” perintah Nalan Yuri kepada para pengikut lain dengan suara tinggi, membuat mereka dengan tangkas mengepung Ling Tian dari segala arah.
Mendapatkan kepungan itu, membuat Ling Tian menghela napas singkat, dan ketika Ia akan menghancurkan mereka, terdengar suara menggelegar di angkasa, membuat semua pandangan teralih ke sumber suara.
“Hentikan! Berani sekali murid pelatihan selatan berbuat onar di tempat ini!” pungkas seorang pemuda, tak lain Jia Lu yang pernah Ia selamatkan saat dihutan terlarang.
Langkah demi langkah Jia Lu tapaki dengan tegas, menatap para perundung yang tengah mengepung Ling Tian dari berbagai arah.
“Siapa kamu?” tanya Yao Yao dengan arogan, melangkah tegas berhadapan langsung dengan Jia Lum
“Jia Lu!” balas pemuda gagah itu singkat, meletakkan kedua tangan di depan dada, membuat Yao Yao sontak terbelalak.
“Jia Lu… Salah satu murid inti pelatihan bagian barat? Sial, kenapa dia bisa muncul di tempat ini,” batin Yao Yao tampak sedikit panik, melirik tipis ke arah Nalan Yuri berada.
Menatap senyum tipis yang tergaris di paras Nalan Yuri, membuat Yao Yao mengerti dengan apa yang Ia pikiran, lantas kembali menatap Jia Lu dengan tatapan remeh.
“Ini bukan urusanmu! Kalau kamu tidak pergi, maka kamu akan berurusan dengan sekte pedang!” pungkas Yao Yao membawa kehebatan latar belakang sekte, membuat Jia Lu sontak tertawa terbahak-bahak.
“Hanya seonggok sekte pedang apa yang harus di takutkan!” timpal seorang pemuda lain, tak berselang lama muncul bersama kedua rekannya.
Menatap pemuda yang tak asing itu, membuat harga diri Yao Yao yang tinggi seketika runtuh, begitupula dengan para pengikut lain, tampak tertegun tanpa bisa berkata-kata.
“Han Ji? Kenapa dia ada di tempat ini? Ck… Sial, kalau diteruskan maka masalah ini akan semakin runyam,” batin Nalan Yuri mengetahui identitas Han Ji yang sesungguhnya, membuat Ia seketika mengerutkan dahi, lantas mengalihkan pandangan ke arah Ling Tian berada.
“Kenapa mereka juga ada di tempat ini? Apa mungkin ini hanya sebuah kebetulan?” batin Ling Tian di dalam hati, terheran dengan kemunculan Jia Lu dan rekan-rekannya.
“Ling Tian… Kamu beruntung hari ini, lihat saja nanti, aku akan membuat perhitungan denganmu,” ancam Nalan Yuri dengan sinis kemudian kembali bersama pengikut lain dengan tangan kosong.
Menatap para pengikut Qing Yun pergi tanpa ada perlawanan, Ling Tian lalu mengalihkan pandangan ke arah Jia Lu dan teman-temannya berada.
“Terima kasih senior karena sudah menolongku, kalau tidak ada senior, mungkin aku sudah dihajar oleh mereka,” ucap Ling Tian seraya menautkan kedua tangan ke depan.
Mendengar apa yang dikatakan Ling Tian, membuat Han Ji dan yang lain saling bertukar pandangan, lalu tertawa kecil seakan ada yang lucu, membuat Ling Tian sedikit kebingungan.
“Senior… Apa ada yang salah? Kenapa kalian malah tertawa?”
***