Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Mila seketika menegakkan badannya, tangannya ia tarik cepat saat mengetahui sang pujaan hatinya berjalan mendekat ke arah mereka.
"Kalian ngapain di sini?" tanya Ustadz Fari mengernyit heran.
"Calon zauj ehh, maksudnya Ustadz. Ini anak miskin ini tiba-tiba gangguin kita. Aku nggak terima, aku mau kasih dia pelajaran." ucap Mila mengadu.
"Anak miskin, siapa yang kamu maksud anak miskin?"
"Dia.." Mila menunjuk Fifia.
"Kamu kalau bicara yang baik. Jangan panggil orang dengan sebutan merendahkan orang lain."
"Maaf Ustadz." Mila menunduk, tangannya mengepal erat. Ia tidak terima Ustadz Fari malah membela Fifia.
"Ustadzah Yulia, bukankah kamu seharusnya membantu Ustadzah Nurul di ndalem. Kenapa masih di sini?"
"Ahh iyaa Ustadz. Mari Ustadz, kita permisi dulu." Yulia menarik tangan Fifia menjauh dari sana.
"Kamu berdua, kenapa masih di sini? Cepat bantu yang lain membersihkan halaman pesantren."
"Baik Ustadz" ucap Mila dan Ulya bersamaan. Mereka pun lantas pergi.
Sebenarnya Ustadz Fari tau apa yang tengah terjadi di antara mereka berempat tadi. Ia hanya tidak ingin para santri saling bertengkar. Ia sengaja menghentikan aksi mereka agar tidak terjadi perkelahian. Ia akan berbicara pada Ustadzah Nurul agar memberikan peringatan pada anak muridnya itu.
"Huuuufftt.. untung Ustadz Fari datang tepat waktu." ucap Yulia menghela nafas.
"Ho,oh Mbak. Jika tidak, sudah ku bejek-bejek tuh muka mereka berdua." ucap Fifia.
"Sudah sudah ayoo kita masuk dan bantu, Ustadzah Nurul."
Terlihat di ndalem sudah ada Ustadzah Nurul yang tengah menyapu. "Maaf Ustadzah, datangnya telat." ucap Yulia tak enak hati.
"Nggak papa, Ustadzah. Fifia kamu ikut?"
"Iyaa, Ustadzah. Bosen di kamar sendirian."
"Ya sudah kalian bantu ngepel sama lap-lap yaa." ucap Ustadzah Nurul tersenyum.
"Siap Ustadzah" ucap Yulia dan Fifia serempak.
Mereka bertiga pun lantas membersihkan ndalem bersama-sama. Lebih dari satu jam, akhirnya pekerjaan mereka sudah selesai.
"Terima kasih sudah di bantu." ucap Ustadzah Nurul.
"Sama-sama, Ustadzah." balas Yulia.
"Emm Ustadzah, kita masak atau nggak untuk Abah dan Umi?" tanya Fifia.
"Masak, tapi bentar. Kita istirahat dulu saja. Kalian pasti capek kan." ucap Ustadzah Nurul yang di angguki oleh Yulia dan Fifia.
"Memangnya Abah dan Umi pergi ke mana, Ustadzah? Kok pagi-pagi buta sudah tidak ada di ndalem." ucap Fifia
"Abah dan Umi menjemput Ustadz Rehan di bandara. Abah dan Umi berangkat dini hari sekitar jam 02.30"
"Ustadz Rehan itu siapa?"
"Ustadz Rehan itu putra semata wayangnya Abah dan Umi. Beliau yang akan memimpin pesantren ini kelak jika sudah menikah. Saat ini beliau sedang membuka cabang perusahaan di Jawa Timur."
"Oohhh.. Jadi Ustadz Rehan itu belum menikah?"
"Iyaa, Fifia. Kamu boleh kok mendaftar jadi calon istrinya." canda Ustadzah Nurul
"Enggak enggak. Aku nggak mau."
"Kenapa nggak mau? Beliau itu paket komplit, Fifia. Jika kamu menikah dengannya. Ustadzah jamin, hidup mu akan tentram."
"Hehe... Nggak deh, Ustadzah."
Sedangkan Yulia, yang mendengar akan candaan Ustadzah Nurul dengan Fifia. Sebenernya ia tidak suka, namun ia juga sadar jika ia mencintai Ustadz Rehan secara diam-diam bukan secara terang-terangan.
Ia hanya mampu mencintai hamba Allah itu secara diam-diam. Namun suatu saat ia juga ingin hamba nya Allah yang ia cintai itu membalas akan perasaannya.
"Kenapa nggak Ustadzah aja yang daftar jadi calon istrinya Ustadz Rehan?" tanya Fifia
"Ustadzah tidak bisa Fifia."
"Kenapa?"
"Karena Ustadzah Nurul sudah menikah, Mbak." bukan Ustadzah Nurul yang menjawab melainkan Yulia. Ia tersenyum dengan terpaksa.
"Benarkah?" Fifia menatap Ustadzah Nurul. Ustadzah Nurul mengangguk dan tersenyum.
"Ayoo kita masak sekarang. Nanti keburu Abah, Umi dan Ustadz Rehan kembali." ucap Yulia
"Memangnya kita mau masak apa?" tanya Fifia
"Kita lihat dulu di dalam kulkas ada sayuran apa saja. Baru kita masak sayurnya." ucap Ustadzah Nurul yang di angguki oleh Yulia dan Fifia.
Sedangkan Nayla serta Sherly, mereka saat ini baru saja selesai murojo'ah bersama. Mereka gegas membantu santri-santri yang lain membersihkan halaman pesantren.
"Mbak, kita cabut rumput aja di sana. Banyak banget rumputnya. Biar cepat kelar." Sherly menunjuk santri-santri yang tengah mencabuti rumput.
"Ayoo kita ke sana." ajak Nayla
BRUUKKK....
"Aaaauuuuu....." Sherly terjatuh.
"Kalau jalan tuh lihat pake mata jangan pake dengkul." ucap Ulya yang memang sengaja menjulurkan kakinya untuk menjatuhkan Sherly.
Nayla membantu Sherly berdiri. "Kamu nggak papa kan, Sher?" tanya Nayla khawatir.
"Aku nggak papa kok, Mbak."
Sherly menatap Ulya tak suka. "Sudah jelas-jelas kamu yang buat aku jatuh. Jadi orang tuh jangan suka cari masalah. Ntar situ kena karma sendiri baru tau rasa." ketus Sherly emosi.
"Jangan pakai emosi, Sher. Tenang, bicara yang tenang. Istighfar Sherly. Jangan mau di hasut sama setan." ucap Nayla membuat Sherly membuang nafas kasar.
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr