Nafisah kaisa Az-Zahra tidak pernah menyangka kalau dirinya dipilih oleh Ibrahim Al Kahfi untuk menjadi istrinya.Seperti yang diketahui oleh semua orang,tidak ada seorang wanita manapun yang mau menikahi Ibrahim karena keadaannya yang penyakitan dan divonis dokter memiliki sisa umur hanya satu tahun lagi.Maukah Nafisah menerima pinangan dari Ibrahim untuk menjadi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Dan sekarang di saat Ibrahim mengetahui sendiri bagaimana cantiknya wajah yang dimiliki oleh Nafisah, membuat Ibrahim merasa sangat bahagia karena ia bisa mempersunting Nafisah sebagai istrinya.
Meskipun pernikahan ini terjadi atas keinginan sepihak dari Ibrahim,Ibrahim berjanji akan membuat Nafisah jatuh cinta kepadanya sekaligus bisa membuat wanita itu mau menerimanya sebagai suaminya.
Ibrahim yang dibuat kelelahan saat memikirkan cara untuk membuat Nafisah mau menerimanya sebagai suaminya, tanpa sadar hal itu membuat Ibrahim mengantuk dan akhirnya membuat laki laki berusia tiga puluh tahun itu tertidur pulas di samping Nafisah.
Keesokan paginya,Nafisah yang bangun tidur terlebih dahulu sebelum Ibrahim dibuat kaget saat ia mendapati dirinya tidur di ranjang pengantin bersama suaminya dan dalam posisi tengah merangkul pinggang suaminya dengan erat.Nafisah yang dibuat panik dengan kenyataan itu buru buru turun dari ranjangnya dan menjauh dari jangkauan suaminya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah kemarin aku tidur di sofa? lalu bagaimana bisa aku tidur di ranjang bersama mas Ibrahim? Sebenarnya apa yang sudah terjadi kemarin malam?" tanya Nafisah kepada dirinya sendiri.
Tak lama kemudian Ibrahim pun terbangun setelah pantulan sinar matahari menembus jendela kamarnya dan mengenai matanya, membuat kedua matanya merasa silau.
'Selamat pagi Nafisah" ucap Ibrahim sembari meregangkan tubuhnya.
"Selamat pagi mas Ibrahim" ucap Nafisah dengan datar, pikiran Nafisah masih dibuat sibuk memikirkan bagaimana bisa ia tidur di ranjang.
"Ada apa Nafisah? Kenapa kau terlihat kesal pagi pagi begini?" tanya Ibrahim ketika melihat raut wajah Nafisah yang terlihat kesal.
"Tolong jawab pertanyaan ku dengan jujur mas, kenapa aku bisa tidur seranjang dengan mas Ibrahim?Mungkinkah semalam kita berdua telah melakukannya? Bagaimana bisa mas melakukan ini kepadaku?" tanya Nafisah dengan nada putus asa.
"Tenangkan dirimu Nafisah,kau sudah membuat dirimu khawatir tanpa alasan.Kemarin malam saat kau sudah tertidur pulas,aku diam diam bangun untuk memindahkan mu ke ranjang.Aku melakukan itu karena aku tidak tega melihat istriku tidur di sofa yang sempit.Selain hal itu,aku tidak melakukan hal apa apa lagi kepadamu.Jadi berhentilah merasa khawatir." ucap Ibrahim yang langsung membuat Nafisah merasa lega karena tidak terjadi sesuatu diantara dia dan juga suaminya.
"Nafisah,jangan khawatir!Jika aku Ibrahim berani memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,kau boleh menghukum ku dengan cara apapun.Sampai kau bersedia menerima pernikahan kita dan aku sebagai suamimu,aku Ibrahim bersumpah untuk tidak akan memaksamu untuk melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri." ucap Ibrahim yang berupaya untuk meyakinkan istrinya untuk mau percaya kepadanya.
"Beneran ya mas?Mas Ibrahim sendiri lho yang bilang,mas Ibrahim tidak boleh melanggar sumpah dan janji yang sudah dibuat oleh mas Ibrahim sendiri." ucap Nafisah.
"Iya Nafisah,mas janji." ucap Ibrahim yang akhirnya membuat Nafisah bisa bersikap santai dan tidak tertekan di dekat suaminya.
Tak lama kemudian beberapa pelayan mengetuk pintu kamar Ibrahim dan juga Nafisah yang datang untuk mengantar sarapan pagi sekaligus mengganti srei ranjang Ibrahim dan Nafisah.
"Selamat pagi tuan Ibrahim,nona Nafisah,kami datang untuk membawa sarapan sekaligus ingin mengganti sprei ranjang tuan dan nona." ucap salah satu pelayan dari luar pintu kamar Ibrahim.
Ibrahim yang sadar bahwa kedatangan para pelayan itu yang selain datang untuk mengantar sarapan dan mengganti sprei,adalah untuk melaksanakan tugas pak Darmawan untuk memastikan bahwa Nafisah telah melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang istri dalam melayani Ibrahim.Tak ingin istrinya mendapat masalah karena belum melakukan tugasnya sebagai seorang istri, Ibrahim pun segera menggigit jarinya untuk membubuhkan darahnya di sprei ranjangnya agar terlihat seolah olah ia dan Nafisah telah melakukan malam pertama pernikahan.
"Apa yang mas lakukan?Kenapa mas Ibrahim menggigit jari tangan mas Ibrahim sendiri?" tanya Nafisah yang tidak mengerti dengan tindakan yang saat ini sedang dilakukan oleh suaminya.
"Kau akan tahu nanti Nafisah,untuk sekarang kau hanya perlu diam sampai pelayan itu pergi dari kamar ini." ucap Ibrahim yang kemudian meminta para pelayan itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Selamat pagi tuan Ibrahim,nona Nafisah,kami mengantar sarapan pagi untuk tuan dan nona." ucap pelayan itu.
"Tolong letakkan di meja dekat sofa sana." perintah Ibrahim
"Baik tuan" ucap pelayan
Disaat pelayan yang bertugas untuk mengantar sarapan telah melakukan tugasnya, pelayan yang lain segera mengerjakan tugasnya dari pak Darmawan untuk mengecek ranjang Ibrahim dan Nafisah.Dan setelah melihat noda darah yang menempel di sprei ranjang Ibrahim dan Nafisah,pelayan itu pun dibuat senang dan bisa menyampaikan informasi yang ia lihat kepada pak Darmawan.
"Permisi tuan Ibrahim kami diminta untuk menyampaikan pesan dari ayah tuan yang meminta tuan Ibrahim dan nona Nafisah segera bersiap siap berkumpul di ruang tamu untuk pemberian hadiah pernikahan." ucap pelayan itu.
"Aku dan istriku akan segera datang kesana,beritahu ayah kalau kami berdua akan segera bersiap siap menemuinya." ucap Ibrahim
"Baik tuan, kalau begitu kami permisi dulu." ucap pelayan pelayan itu yang segera meninggalkan kamar Ibrahim dan Nafisah.
Seusainya para pelayan itu pergi dari kamarnya,Nafisah pun segera menanyakan alasan Ibrahim yang membubuhkan darahnya di sprei ranjangnya.Sesuai janjinya kepada Nafisah,Ibrahim pun segera memberitahu istrinya alasan mengapa ia melakukan hal itu.
"Apakah kau tahu Nafisah,sengaja aku membubuhkan darahku di sprei ranjang pengantin kita agar para pelayan itu bisa menyampaikan kepada ayahku kalau kita berdua sudah melakukan malam pertama pernikahan." ucap Ibrahim yang langsung membuat Nafisah terkejut saat mendengar alasan tindakan suaminya.
"Apa!!!Kenapa mas Ibrahim melakukan hal itu?" tanya Nafisah.
"Aku melakukan itu karena aku ingin melindungi mu dari ayahku, Nafisah.Sebenarnya para pelayan yang datang ke kamar kita tadi bukan bermaksud untuk mengantar sarapan bagi kita berdua,melainkan untuk melaksanakan tugas dari ayahku untuk memeriksa apakah kau sudah melakukan tugasmu dengan baik sebagai istriku atau tidak.Aku tidak ingin kau sampai mendapat masalah hanya karena kau tidak mau melayaniku di malam pertama pernikahan kita,jadi untuk itulah aku melakukan itu semua." ucap Ibrahim yang membuat Nafisah bergidik memikirkan ini semua.
"Ya tuhan,haruskah ayahmu melakukan ini kepadaku?Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika ayahmu sampai tahu kalau aku dan mas Ibrahim belum melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri di malam pertama pernikahannya?" ucap Nafisah dengan tidak habis pikir dan membuat Ibrahim tertawa saat melihat ekspresi Nafisah.
"Kau tidak perlu takut Nafisah,aku tahu bagaimana caranya supaya kau terbebas dari masalah ini" ucap Ibrahim.
"Benarkah? Bagaimana caranya mas?" tanya Nafisah yang benar benar ingin tahu.
jangan salah paham dulu. beri kesempatan nafisah menjelaskan semuanya. dan sebagai orang tua, harus bijaksana yaaaaaa
awal bab sudah sangat menarik kak,
semangat ka!