NovelToon NovelToon
Single Parent Tapi Perawan

Single Parent Tapi Perawan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Badboy / Nikahmuda
Popularitas:587.5k
Nilai: 5
Nama Author: Irma Marmaningrum

Fimi Klarisa seorang designer muda dengan karir cemerlang. Namun, kehidupan pribadinya tak semanis karirnya, karena di usianya yang masih muda, ia harus menjadi single parent untuk putra kecilnya, Firdaus Iskandar.




"Firdaus segalanya bagiku, hingga tak ada waktu bagi diriku untuk berbagi hati dengan orang baru."
Fimi Klarisa




Davanka Pramudya adalah seorang pengusaha sukses, yang sudah insyaf menjadi seorang Playboy, setelah sang mantan kekasih berubah menjadi kakak iparnya. Namun, sebuah pertemuan tak sengaja dengan seorang wanita muda yang ternyata ibu dari salah satu anak di sekolah keponakannya kembarnya, membuat hati pria itu tak karuan.




"Apa iya gue mencintai istri orang? Please, Dav lo emang patah hati, tapi nggak usah jadi perebut istri orang juga."




Davanka Pramudya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Marmaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi

Besok adalah hari kepergian Rafa dan Fiona ke luar kota. Mereka akan pergi berdua ke kota Jogja. Fiona terlihat sibuk membereskan baju sang suami dan dirinya. Mereka akan menginap selama dua hari di kota yang terkenal dengan gudegnya itu.

"Mas, aku pengen banget bawa Fir, emang nggak boleh bawa anak ya?" Fiona berkata sambil terus melipat pakaian yang akan ia bawa.

"Nggak bisa, Sayang. Nanti kita ke sana kalau acara keluarga kita saja. Mas janji akan bawa kalian berdua ke sana." Rafa mengusap pucuk kepala istrinya dengan lembut.

"Baiklah." Hanya satu kata yang keluar dari bibir mungil Fiona.

Saat wanita itu baru saja selesai menutup kopernya dan menyimpannya di sudut kamar. Tiba-tiba Karisa mengetuk pintu kamar sang putra.

"Raf, bisa Mami bicara sebentar?" ucap wanita paruh baya itu sambil terus mengetuk pintu berwarna putih itu.

"Iya, Mi." Rafa membuka pintu kamarnya bersama sang istri, kemudian mereka keluar dan duduk di sofa ruang tengah.

"Besok kalian mau ke Jogja, kan?" tanya sang mami ragu.

"Iya, Mi. Kenapa?" Rafa melihat kekhawatiran di wajah sang mami.

"Papi kamu juga katanya mau ke sana ada keperluan mendadak, apa boleh Mami sama papi ikut kalian?" 

"Oh, ayo Mi, biar Fio ada temen ngobrol juga, Fir biar sama Mama dan Fimi saja." Fiona yang menjawab.

"Memang ada apa sih, Mi, kok dadakan banget?" Rafa masih belum mengerti dengan situasinya.

"Papi mau ketemu klien di sana, Raf. Klien Papi yang sekarang sudah lama ingin bertemu, tetapi sangat sulit dan kali ini beliau mau, ini kesempatan emas buat perusahaan Papi." Tiba-tiba pria paruh baya itu menyela dan duduk di samping sang istri.

"Kenapa Mami harus ikut juga?" Rafa mengerutkan dahinya.

"Beliau juga ingin tahu keluarga Papi, Nak. Kebetulan kan kamu juga ke sana jadi sekalian saja," jawab Tubagus.

Akhirnya Rafa pun mengangguk, kemudian mereka berbicara pada kedua orang tua Fiona bahwa besok tidak bisa merawat Fir, karena ada urusan mendadak. Marina dan Hendra dengan senang hati menerima, Fimi juga.

"Tidak apa-apa, Bu Karisa, kami siap menjaga cucu kami juga, kalian tenang aja, semoga acaranya lancar dan kalian bisa kembali dengan selamat dan sehat," ucap Marina sambil menggenggam tangan Karisa.

"Terima kasih." Wanita paruh baya itu memeluk tubuh Marina.

Mereka semua bergantian menggendong cucu kecilnya, yang entah kenapa menjadi sangat rewel.

"Apa Fir sakit, Ma?" Fiona meraba kening dan leher putranya yang suhunya normal-normal saja.

"Mungkin dia gerah kali, Kak. Coba ganti bajunya?" saran Fimi.

Fiona mengangguk dan menggendong sang putra untuk mengganti pakaiannya. Saat Fiona dan Fir berada di kamarnya, keduanya terlihat begitu saling merindukan, entah kenapa Fir seperti takut ditinggalkan oleh sang mami.

Malam pun mulai larut, Fir dan Fiona tak kembali ke ruang keluarga, mereka langsung tertidur.

Keesokan paginya, Fiona dan Rafa juga kedua orang tuanya sudah bersiap untuk berangkat. Mereka sudah rapi, koper berisi baju mereka juga sudah tersimpan rapi di bagasi mobil.

Fir terus meronta ingin digendong sang mami dan papinya. Seperti tahu bahwa hari ini bayi itu akan ditinggal oleh kedua orangtuanya. Fimi mencoba mengalihkan perhatian Fir pada mainannya, tetapi tetap saja bayi itu menangis makin keras.

"Bisa kan, berangkatnya sebentar lagi, Mas?" Fiona membujuk sang suami agar bisa mendekap putra kecilnya lebih lama. Rafa akhirnya mengangguk, lalu pria itu juga mendekap sang istri dan putra kecilnya.

"Papi sama Mami pergi dulu ya. Fir main sama Mimi dulu ya, jangan nakal! Kamu harus nurut sama Mimi sama kaya kamu nurut sama Mami dan Papi ya, Nak!" Rafa mengecup kening putranya lama. Entah mengapa pagi itu, Fimi merasa kalau kakak dan kakak iparnya akan pergi jauh.

"Kalian kalau sudah samapi cepet hubungi kami ya!" Tiba-tiba Fimi datang dan menggendong Fir yang sudah diam.

"Kenapa aku ngerasa kalau kalian akan pergi jauh banget ya, padahal kan cuma ke Jogja," imbuhnya sambil mengusap pipinya yang sudah basah.

"Ish, udah ah jangan cengeng! Jauh lo, Fi. Jogja itu kamu kira perjalanan kita cuma sejam dua jam," ucap Fiona sambil mengacak rambut adiknya dengan gemas. Fimi sejak kecil memang anak yang cengeng, jadi selalu mengadu pada sang kakak. Namun, entah mengapa sejak dewasa wanita itu jadi sosok yang jutek dan jauh dari kata cengeng.

Akhirnya Rafa dan keluarganya pun pamit untuk pergi. Fiona melambaikan tangannya sambil memberi Kissbye pada putra dan keluarganya.

Fir menatap kepergian orangtuanya dengan netra yang berkaca-kaca. Sampai akhirnya mobil mereka tak terlihat lagi, Fimi dan keluarganya pun masuk kembali ke dalam rumah. Suasana masih hening sampai Fir tiba-tiba berteriak histeris.

"Ya Allah, Ma. Ini Fir kenapa?" Fimi yang menggendong keponakannya langsung berdiri dan menimang bayi kecil itu sampai akhirnya terlelap.

"Mungkin dia ngantuk, Fi. Kamu tenang aja, tuh Fir beneran langsung tidur." Marina menghampiri putri bungsunya dan mengusap kepala bayi kecil itu.

Setelah dirasa lelap, Fimi pun menidurkan Fir di ranjang kecilnya.

Benar saja bayi itu begitu lelap hanya gumaman kecil saja, saat Fimi menidurkannya, tetapi tidak terbangun.

Setelah dirasa Fir sudah aman, Fimi pun pamit pada kedua orang tuanya untuk pergi ke butik yang baru dirintisnya. Setelah mendapat izin, wanita itu pun pergi dengan mobilnya. Selama perjalanannya menuju ke butik perasaannya sudah tak karuan bahkan wanita itu hampir saja menerobos lampu merah.

Ketika sampai di butik. Fimi hanya menatap laptopnya tanpa melakukan apapun. 

"Kenapa perasaan gue nggak enak gini ya?" gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Siang pun menjelang, Fimi baru saja akan pergi untuk makan siang, tetapi tiba-tiba ponselnya berdering. Sang mama yang menelepon. Namun, bukan suara sang mama yang terdengar, tetapi suara tangis seseorang yang ia kenal. "Kak Fio? Kak kenapa?" Fimi berucap dengan nada khawatir, tetapi tak ada jawaban dari sana sampai akhirnya sambungan telepon itu terputus.

Fimi langsung berlari dan masuk ke dalam mobilnya, gadis itu melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Rasa khawatir yang sejak tadi menghantuinya takut menjadi kenyataan. 

Namun, beruntungnya saat itu jalanan ramai lancar, sehingga Fimi bisa lebih cepat sampai ke kediaman sang kakak.

Saat sampai di halaman rumah sang kakak, Fimi memarkirkan mobilnya sembarangan. Gadis itu langsung berlari ke dalam. Namun, di rumah itu suasana terlihat sepi, Fimi memanggil orang tuanya dan keponakannya, sampai akhirnya Fimi menemukan mereka berada di taman belakang.

"Ma, Pa, Kak Fio ...." Fimi tak melanjutkan ucapannya.

"Fimi?"

Dering telepon kembali terdengar di tas Fimi. Nama sang kakak tertera di sana. Fimi ragu untuk mengangkatnya, tetapi sang mama akhirnya yang mengambil ponsel Fimi.

"Apa?"

Bersambung...

Nah lo dikit-dikit aja dulu biar baper eh, wkwkwwk biar pinisirin ya.

Komengnya makin sini makin dikit aja apa udah pada bosen ya?🤧

1
Ima Kristina
next
Ima Kristina
tenang Dava kamu kan banyak pendukungnya
Ima Kristina
sabar ya Dava mo nikahin fimi ada aja gangguannya
Ima Kristina
dua Minggu gak ketemu fimi mana kuat bang angka hehehe
Ima Kristina
makin mendekat trus apanyang terjadi thor/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
waduh....sampe orang tua turun tangan gitu ....parah parah
Ima Kristina
Bang Angka ....bikin mama Alifa malu aja kirain mau jemput ternyata mo ketemu fimi /Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
haduh siapa lagi yg datang ganggu ketenangan bang angka sich /Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
mikirin fimi sampai kurang tidur ...lebay banget bang angka /Grin//Grin//Grin/
Ima Kristina
kalau jodoh emang gak kemana bisa gitu kebetulan berada di tempat yang sama
Ima Kristina
ngadepin cewek model fimi harus extra sabar ....semangat ya bang Dava
Ima Kristina
fimi judes amat jadi cewek ....bener kata om Hendra benci bisa jadi cinta loh
Ima Kristina
boleh boleh-boleh ..fir kan mau pipi /Grin//Grin//Grin/
Ima Kristina
wahhh Dava menang banyak tuh ....
Ima Kristina
emang boleh doa merebut istri orang .... hanya boleh di dunia novel hahaha
Ima Kristina
kenapa lagi itu Dava
Ima Kristina
next
Ima Kristina
waduh kenapa Thor jangan bilang fimi tabrakan
Ima Kristina
hayo Dava semangat pepetin teyus fimi
Ima Kristina
wah kayaknya ada bau bau perjodohan tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!