Single Parent Tapi Perawan
"Fir, ayo sayang cepat sarapannya, nanti Mimi telat." Wanita berambut sebahu itu sedang mengejar seorang anak kecil berusia 3 tahun, sambil membawa mangkuk berisi bubur.
"Ayo kejal Fil, Mimi." Anak lelaki dengan kulit putih itu terus berlari di taman belakang.
"Fir, awas nanti kamu jatuh!" teriak wanita berambut sebahu itu, saat melihat sang putra berlari tanpa melihat ke depan.
"Ayo, Mimi kejal Fil!" Tanpa anak kecil itu duga tubuhnya menabrak sesuatu hingga anak lelaki bernama Firdaus itu mengaduh.
"Aduh!"
"Makanya kalau Mimi bilang makan dulu, makan jangan lari-larian!" ucap wanita paruh baya yang kini menggendong tubuh kecil Firdaus.
"Ah, Oma nggak selu," rajuk Fir sambil melipat kedua tangannya. Sementara itu sang oma dan Mimi hanya tergelak melihat raut wajah Firdaus yang terlihat lucu.
Setelah banyak drama setiap pagi, akhirnya Fimi pun berangkat kerja ke butiknya. Sementara itu, Firdaus pergi ke sekolahnya di kelompok bermain Ar-Riadhah bersama sang oma.
Fimi adalah designer muda yang merintis usahanya dengan sang kakak. Namun, karena suatu hal gadis itu juga akhirnya menjadi single parent untuk sang putra.
Di dalam ruangan yang tak terlalu besar, Fimi sedang berkutat dengan kertas dan pensilnya. Wanita itu sedang merancang sebuah gaun untuk sebuah pesta pernikahan.
Saat wanita itu sedang fokus dengan gambarnya, tiba-tiba seorang wanita yang sebaya dengannya masuk dan menghampirinya.
"Fi, nih ada pesanan baru dari perusahaan baru juga?"
"Simpan saja dulu, Nes di sana!" Fimi menunjuk meja lain, tanpa melihat ke arah wanita yang disebut Nesa itu.
"Oke." Nesa berjalan ke arah lain untuk menyimpan sebuah map berwarna biru.
Kemudian, wanita itu kembali menghampiri Fimi dan duduk di kursi yang tersedia di sana.
"Hei, lo beneran nggak mau nerima Heru lagi. Ini gue ngomong sebagai temen lo ya, Fi. Bukan asisten lo," papar gadis berambut panjang itu.
"Stop ngobrolin dia, Nes. Gue nggak mau." Fimi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Lo ngapain sih ganggu kerjaan gue, emang udah nggak butuh kerjaan?" lanjut Fimi dengan nada mengancam.
"Ish, jangan gitulah, gue masih butuh buat makan, buat ke salon, buat jajan, buat ngasih adik gue juga." Nesa menjawab panjang lebar.
"Ya udah sana kerja!" sela Fimi yang kembali mencoret-coret gambarnya.
"Dih, lo lagi kesel ke siapa? Marahnya ke gue. Gue ke sini mau ngasih kerjaan ya, Fimi Klarisa." Nesa kemudian mengambil map biru tadi dari meja lain.
"Nih, lihat dulu!" Nesa memberikan map biru itu pada Fimi.
Akhirnya, Fimi pun mengambil map itu dan melihat sebuah nama perusahaan yang baru. "Pramudya Group, ini perusahaan besar lo, Nes." Fimi berubah antusias saat membaca nama perusahaan itu.
"Nah, kan?"
Fimi kemudian membaca isinya dengan serius. Ternyata perusahaan itu membutuhkan beberapa pakaian untuk acara tahunan perusahaan.
"Kita punya proyek baru, Nes." Wanita cantik itu berdiri dan berjingkrak.
"Kamu kirim email ke perusahaan Pramudya bahwa kita menerima tawaran mereka, kamu juga jangan lupa beri beberapa contoh baju punya kita," ucap Fimi pada Nesa.
"Oke."
Setelah itu keduanya kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Di Pramudya Group
"Apa kamu sudah menemui butik Klarisa itu, Ris?" tanya pria berjas hitam itu sambil tetap fokus pada layar datar di depannya.
"Sudah, Pak. Nanti mereka akan mengirim email untuk contoh baju yang akan digunakan untuk acara tahunan perusahaan," jawab pria tinggi dengan na lengkap Haris itu.
Dia adalah asisten pribadi Davanka Pramudya. Pria itu sudah mengganti asistennya dengan laki-laki sejak penghianatan yang dilakukan oleh Azrina, sekretarisnya dulu.
"Baguslah, kamu urus saja semuanya." Davanka pun kembali pad pekerjaannya dan menyuruh asistennya itu untuk untuk kembali bekerja.
Pria tampan itu, sekarang menjadi seorang yang gila kerja setelah pernikahan sang abang dengan mantan kekasihnya. Semuanya berubah, apalagi saat ini sang abang sudah dikaruniai dua malaikat kecil, laki-laki dan perempuan.
"Kamu kapan nikah, Dav?" Pertanyaan itu seringkali terngiang jika pria itu sedang sendirian seperti sekarang ini. Sang mami yang selalu bertanya mengenai hal itu. Karena setelah Kavindra menikah, Davanka tidak pernah membawa seorang perempuan ke rumahnya.
"Aku akan menikah jika hatiku bergetar seperti saat melihat Arisha dulu. Aku nggak mau salah lagi memilih calon istri." Davanka bertekad dalam hatinya.
Namun, bukan berarti Davanka masih berharap pada kakak iparnya, tetapi kakak ipar sekaligus mantan kekasihnya itu adalah wanita yang menurutnya paling istimewa dari yang lainnya. Hanya saja dulu dirinya terlalu egois hingga merasa bangga dengan banyak wanita yang hadir dalam hidupnya, sampai akhirnya wanita yang benar-benar tulus malah ia tinggalkan.
"Permisi, Pak!" Tiba-tiba Haris kembali dan membawa satu map di tangannya.
"Iya, ada apa lagi, Ris?" Davanka menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Ini beberapa contoh baju yang dikirimkan butik Klarisa, Pak." Haris menyodorkan map di tangannya.
Davanka pun mulai melihat setiap lembar model baju yang terpampang di sana. Semuanya terlihat unik dan berbeda. Davanka bahkan menarik satu unjung bibirnya membentuk lengkungan.
"Unik," pikirnya.
"Kita akan menggunakan semua model ini, kecuali yang dua ini, ini sudah pasaran dan biasa." Davanka menunjuk pada dua lembar gambar baju laki-laki dan perempuan yang terlihat sudah banyak dipakai orang banyak.
"Baik, Pak. Oh iya, apa Pak Dava mau menemui pemilik butiknya nanti? Katanya sih masih muda dan cantik," goda Haris yang malah terkena lemparan pulpen dari sang atasan.
"Baiklah, biar saya saja, Pak." Haris pun pamit undur diri sambil menahan tawanya.
Haris seringkali menggoda sang bos, karena selama pria itu bekerja sebagai asistennya, belum pernah sekalipun atasannya itu membawa seorang wanita. Haris bahkan pernah menganggap bahwa sang bos memiliki kelainan. Namun, setelah pria jangkung bertanya pada pegawai yang lama, akhirnya ia pun tahu alasannya kenapa.
Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang wanita yang mengikat rambutnya dengan rapi, sedang membereskan rumahnya yang tampak berantakan. Sesekali wanita itu tersenyum saat melihat beberapa mainan anak kecil berserakan di setiap sudut rumahnya.
"Ale sama Aksa memang aktif, tiap hari rumah tak pernah beres." Wanita cantik itu bergumam sambil terus membereskan semuanya.
"Non Riri, bia Bi Sumi aja yang beresin, Non istirahat saja," teriak wanita paruh baya berbaju biru itu sambil menghampiri majikannya.
"Sudah, Bi nggak apa-apa ini cuma ngeberesin mainan anak-anak aja." Wanita bernama Riri itu menolak secara halus.
Kedua wanita berbeda usia itu pun akhirnya membagi tugas mereka. Riri adalah istri dari Kavindra Pramudya, kakak dari davanka Pramudya.
"Assalamualaikum."
Bersambung...
Happy reading
Hai semua ada yang kangen akoh kah? Aku kembali dengan cerita baru lo, lebih tepatnya spin off dari Batal Calon Kakak Ipar ya guys. Jangan lupa tap love nya ya, gerakin jempol doang kok kaya biasa buat like, komen, vote di setiap babnya ya bestie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ima Kristina
mantan jadi kakak ipar ....wow gimana rasanya ya pasti gak nyaman
2024-08-26
0
Bzaa
hadirrrr...
salam kenal ya tor, like, fav, star sudah merapat ya...
2023-01-08
1
Muawanah
aku mampir nieh kak
2022-10-22
0