NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20_ Kampung Pitam

Sepanjang jalan, Jampi terus celingukan mencari penduduknya. Namun, rumah-rumah ini seperti kosong. Bentuk rumahnya hanya seperti pohon yang ditata menyerupai rumah manusia zaman kerajaan.

Ya, ini jenis rumah yang hidup karena pohonnya tidak dipotong, hanya ditata dan diikat seperti sarang semut di dedaunan.

"Ini kampung jin atau kampung semut?", batin Jampi yang belum menemukan satu sosok pun di sana.

" Hei! Siapa kamu!", tiba-tiba Jampi mendengar suara pria yang begitu berat di belakangnya. Namun, saat ia menoleh, tidak ada sosok apapun.

"Kami semua melihatmu. Untuk apa kemari, anak manusia!", lanjut suara itu.

" Eh, mereka semua melihatku? Di mana?", lirih celetukan Jampi sembari mendongak, mencari keberadaan sumber suara.

Buk

Tiba-tiba punggung Jampi ditendang hingga ia tersungkur.

"Sialan! Aku cuma numpang lewat, kenapa harus kasar?", pekik Jampi yang kesal karena ditendang tanpa tahu kesalahannya.

Namun, kekesalannya tidak mengubah apapun. Baru saja bangkit, ia kembali ditendang di perut hingga terpental dan membentur pohon. Darah segar nampak keluar sedikit di ujung bibirnya, jelas karena organ dalamnya terluka akibat tendangan di perut.

" Yaa Allah, tolong lah hamba", ujar Jampi kemudian membaca basmalah dan mencabut pedang semar mesemnya.

Ngiing

Pedang itu menguarkan kilau keemasan. Seolah ia begitu bahagia. Nampak bola hitam di ujung pedang telah terserap sepenuhnya.

"Semar mesem?", terdengar suara lelaki yang bergemuruh.

Kilau pedang membuat kabut ilusi itu menghilang. Nampak lah sosok-sosok penduduk kampung berbagai bentuk. Tinggi kurus, tinggi besar, pendek bulat dan sebagainya.

Wajahnya tidak seperti manusia. Wajahnya ada yang cuma hitam legam dengan fitur wajah seperti kabut yang terawang dengan dua lubang mata, hidung, dan mulut. Ada yang benar-benar rata tanpa muka dan bentuk wajah oval dengan beberapa sudut tak simetris.

Sedangkan pria yang tadi bersuara berwajah layaknya manusia garang, mirip preman pasar yang biasa keluar masuk penjara dan biasa menghabisi orang. Hanya saja, ronanya agak pucat dan salah satu matanya lebih besar daripada mata satunya.

" Hei bocah! Serahkan pedang dan kantong itu! ", ujar lelaki itu sembari menunjuk pedang semar mesem.

" Ambil saja jika mampu!", tanggap Jampi dengan seringai. Dia bersemangat menjaga hidup, karena masih punya tanggungan merebut kembali ketiga sukma keluarganya secepat mungkin.

"Oh, berani sesumbar di alam kami ha?!", geram lelaki itu dengan cepat sekelebat telah sampai tepat di hadapan Jampi dan menggerakkan lengannya secepat Cleret.

Crat krak

" Argh", terdengar pekikan dan suara patah renyah.

Lengan lelaki itu terbelah menjadi dua, mengucurkan darah kuning kecoklatan berbau anyir seperti darah busuk. Meski kecepatannya tinggi, daya tahan dan kekuatan lelaki itu ada di bawah Cleret. Diadu dengan pedang yang sekedar menahan pukulan, jelas lengannya hancur.

Sret jleb slas

Jampi mengiris lengan tersisa dan menusukkan pedangnya ke kepala lelaki itu, tepat di bawah dagunya. Segera Jampi mundur segera, khawatir terciprat darah lelaki itu.

Grrrr

Terdengar lelaki sekelompok tadi menggeram marah melihat pemuda yang menghabisi salah satu dari mereka.

"Aku tidak ingin mencari masalah. Namun jika kalian ingin merampokku, kemari lah dan jemput takdir kalian!", tantang Jampi dengan kuat menggenggam pedangnya, siap bertempur meski cukup lelah.

" Kamu, apa maumu?", tanya pria kecil bertubuh tua dengan rambut sepanjang paha dan telah memutih.

"Aku hanya lewat dan mencari jalan ke duniaku lagi. Aku ke sini karena diculik Cleret!", ujar Jampi.

" Panglima Cleret! ", sahut pria itu nampak terkejut.

" Baik lah, itu bukan urusan kami. Pergi lah ke arah sana. Ada pohon besar berakar gantung. Putari lah pohon itu tiga kali ke kiri, maka kamu akan jumpai duniamu", pria tua itu memberi petunjuk sembari menunjuk arah belakang Jampi.

"Lalu, bagaimana caraku pergi ke kerajaan lautan selatan?", tanya Jampi lagi. Ia ke sini untuk merebut kembali keluarganya dan pulang bersama.

" Ini wilayah kerajaan lautan selatan. Kamu salah jalan jika ke arah sini. Kembali lah ke tempatmu semula. Di sana ada kunang-kunang hijau yang menempel di pohon. Ikuti saja arahnya, kamu akan sampai ke istana lautan selatan", ujar pria itu.

"Eh, murah hati sekali kau. Apa kamu jujur?", Jampi merasa waspada.

" Kami hanya rakyat biasa. Jika panglima Cleret yang membawamu ke sini, berarti itu urusan istana. Kamu telah menghabisi salah satu pemuda kami, hanya itu masalahmu dengan kami. Tapi, karena dia yang memulai, aku akan memaafkanmu asalkan segera pergi dari sini!", ujar kakek itu.

"Baik lah, terimakasih dan maaf, aku akan pergi", ucap Jampi tetap waspada. Ia tidak segera menyarungkan pedangnya ke dalam kantong. Lumayan sebagai penetral kabut ilusi di alam ini.

" Huft.. Alhamdulillah, masih ditolong Tuhan", ucap Jampi setelah cukup lama berjalan menjauhi kampung. Ia mengikuti nyala kunang-kunang hijau yang entah bagaimana hanya berkeliaran di pohon yang sama, sama sekali tidak berpindah tempat.

Tak lama, pemuda itu sampai di tepi hutan.

"Apa itu istananya?", gumam Jampi setelah nampak sekelompok bangunan megah dengan gerbang penjagaan. Jaraknya sekira 200 meter namun bangunan itu begitu dominan berwarna hijau keemasan.

" Bagaimana caraku masuk dan keluar dengan selamat?", pikir Jampi mencoba menyusun strategi. Berdasarkan pengalaman tadi, tanpa pedang semar mesem, ia tak bisa melihat keberadaan penduduk alam ini. Tapi, jika terus membawa pedang ke mana-mana, itu sama saja dengan memberi suar.

"Ah, sholat saja dulu", gumam Jampi. Ia memperkirakan sekarang sudah masuk waktu sholat  maghrib.

Usai menjalankan sholat, ia mendapat gambaran bahwa ketiga keluarganya berada di penjara yang pernah ia lewati, penjara yang dulu dijaga sosok kekar tanpa kepala.

Jampi juga mendapat gambaran adanya pohon yang berakar tunggal, tidak jauh dari istana. Ia merasa bahwa getah pohon itu bisa membantunya menyamarkan bau manusia dan menyusup ke istana. Sedangkan buahnya yang masam, dapat dimakan agar bisa melihat keberadaan lawan tanpa perlu mencabut pedangnya.

" Wah, alhamdulillah. Aku harus bergegas", lirih Jampi. Segera ia menyusuri area yang ada dalam petunjuk. Dalam 10 menit saja, ia telah menemukan pohon yang ditunjukkan dalam benaknya.

Pohon ini sejenis pohon jambu biji, namun kulitnya bersisik seperti kulit pohon mangga tua. Jampi memetik buahnya yang mirip jambu namun masam dan sedikit manis.

"Lumayan lah daripada lapar", gumam Jampi yang tengah menikmati jambu unik itu. Kenyang memakan buah, ia pun mengupas sisik pohon dan membalurkan getahnya ke seluruh tubuh layaknya prajurit berkamuflase.

" Bismillah", ucap Jampi sembari mengambil benda dalam kantong semar. Ia membayangkan sarung tangan pelindung sekaligus mempermudah lelakunya menembus penjagaan istana.

Saat menarik tangannya, ia mendapati sepasang sarung tangan kulit dengan gerigi di luar dan ujungnya. Bagian tengahnya kesat biasa. Tanpa pikir panjang, Jampi mengenakan sarung tangan itu.

Srett

Sarung tangan itu menyesuaikan diri dengan kedua tangannya secara otomatis.

"Lumayan lah. Biarpun modelnya seperti cacar air dan jelek, ini lumayan nyaman", lirih Jampi, tersenyum puas.

1
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!