Devina Arsyla meninggal akibat kecelakaan mobil, saat dia hendak menjemput putrinya di sekolah. Mobil Devina menabrak pohon ketika menghindari para pengendara motor yang ugal-ugalan di jalan raya.
Sejak kejadian itu Mahen Yazid Arham, suami Devina sangat terpukul. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kantor serta di club malam bersama teman-temannya daripada tinggal di rumah.
Hal ini membuat kedua keluarga sangat cemas dan prihatin, lalu mereka sepakat untuk meminta Mahen ganti tikar yaitu dengan menikahi Devani Arsya, adik kembar sang istri.
Namun, Mahen dan Devani sama-sama menolak. Keduanya beranggapan tidak akan pernah menemukan kecocokan, dengan sifat dan keinginan mereka yang selalu bertolak belakang.
Mahen sejak dulu selalu mengira Devani itu adalah gadis liar, urakan yang hanya bisa membuat malu keluarga, sedangkan Devani juga merasa kehadiran Mahen telah membuat dirinya jauh dari Devina.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Apakah akhirnya mereka akan menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia Fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. NASEHAT MAHEN
Setelah mendengar cerita Papa Bastian, mama Bastian pun akhirnya luluh, dia memaafkan mereka tapi tidak bersedia untuk ikut ke rumah sakit.
Papa Bastian kembali memohon, beliau akan menebus kesalahan itu dengan mengabulkan semua permintaan mama Bastian.
Akhirnya mama setuju dan beliau mengajukan syarat, jika wanita itu hidup setelah menjalani operasi, maka harus pergi, selamanya menjauh dari kehidupan rumah tangganya.
Masalah tanggungjawab biaya pengurusan anak akan diberikan sekaligus dengan menandatangani perjanjian dan tidak akan ada lagi tuntutan setelah perjanjian itu di setujui.
"Baiklah, aku setuju," jawab papa Bastian.
"Tapi bagaimana jika dia meninggal Ma dalam proses melahirkan nanti?" Tanya papa Bastian berharap sang istri bisa memberikan keputusan yang bijak.
Walau bagaimanapun anak itu adalah darah dagingnya dan Papa Calvin tidak akan mungkin untuk menelantarkannya apalagi saat dia sudah tidak memiliki seorang ibu.
"Sesaat mama Bastian terdiam, lalu dia berkata, "Aku akan mengurus bayi itu seperti putriku sendiri."
Papa Calvin memeluk dan menciumi mama Bastian lagi sambil mengucapkan terimakasih, beliau tidak menyangka sang istri bisa mengambil kebijakan seperti itu.
Beliau tahu keputusan itu sangat berat bagi mama Bastian, istri manapun tidak akan pernah rela melihat suami berbagi kasih dengan wanita lain, meski alasan apapun.
"Pergilah mandi Pa, aku akan bersiap dan bicara dulu dengan Bastian, sepertinya dia tidak jadi pergi karena tidak ada pamit denganku."
"Iya Ma, tadi aku yang melarang dan memintanya untuk menemani mama di rumah,"
Mama Bastian bersiap lalu dia menemui Bastian dan menceritakan semua yang telah beliau sepakati dengan sang suami.
Bastian menghela nafas lalu bertanya, "Apa Mama siap? Dan apakah Mama tidak akan menyesal dengan keputusan tersebut?" tanya Bastian.
"Jika ditanya siap, tentu saja tidak Bas, tapi banyak yang harus mama dipertimbangkan. Mama juga seorang Ibu dan ingin yang terbaik buat anaknya, begitu juga wanita itu. Dia ingin anaknya yang di selamatkan daripada dirinya. Kamu sendiri bagaimana Bas? jika bayi itu nanti tinggal disini?" tanya balik sang mama.
"Aku juga tidak bisa menyalahkan mereka Ma, walau bagaimanapun bayi itu tidak salah, dia adalah adikku dan lahir karena kesalahan papa."
"Baiklah jika begitu Bas, mama pergi dulu ya, papa kamu pasti sudah menunggu."
"Iya Ma, hati-hati ya Ma."
Mama Bastian pun pergi menemui papa Calvin lalu mereka berangkat ke rumah sakit, Bastian yang mengintip lewat jendela kamarnya pun bermonolog, "Aku bangga sama mama yang telah berjiwa besar, mau memaafkan kesalahan Papa."
Sementara itu Mahen dan yang lain sudah tiba di rumah keluarga Andara, mereka mengantar Devani pulang terlebih dahulu sebelum pulang ke kamboja.
Ketika Devani sudah membuka pintu mobil dan hendak turun, Mahen pun berkata, "Tunggu Van! Sebentar, ada yang ingin aku berikan," ucap Mahen.
Kemudian Mahen pun turun, dia bergegas menuju jok belakang dan mengambil beberapa paperbag berisi pakaian yang tadi dia beli dan diletakkan di sana. Setelah itu diapun kembali ke depan untuk menyerahkannya kepada Devani.
Sambil mengulurkan barang-barang itu, Mahen pun berkata, "Pakailah saat hendak keluar rumah! Wanita akan terlihat lebih anggun jika memakai yang seperti itu," ucap Mahen.
Kemudian dia berkata lagi, "Bukan aku sok menggurui atau menceramahi, tapi kewajibanku untuk menyampaikan hal ini."
"Seperti yang kita sama tahu Van, dalam ajaran Islam, tidak boleh berpakaian ataupun berpenampilan seperti lawan jenis, hal ini di tegaskan dalam sabda Rasulullah SAW, “Allah melaknat para perempuan yang menyerupai laki-laki, dan para lelaki yang menyerupai perempuan.”
Dalam hadis lain juga disebutkan, “Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan.”
"Larangan tersebut tak hanya berkaitan dengan persoalan busana, melainkan juga cara berjalan dan berbicara."
"Pada dasarnya setiap manusia diciptakan dalam kondisi yang sempurna. Allah SWT berfirman, yang artinya, "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS at-Tin [95]:4)."
"Maknanya Van, bagaimana kondisi manusia diciptakan, hakikatnya adalah bentuk yang paling baik menurut Allah. Jika Yang Maha Pencipta berfirman demikian, maka kita sebagai makhluk sungguh tak elok mencap wujud diri kita belumlah sempurna dan pantas diubah-ubah."
"Allah Ta'ala juga telah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan yang saling melengkapi. Keduanya ada perbedaan fisik, psikis serta pemikiran sehingga bisa saling melengkapi. Ingatlah firman-Nya dalam surah al-Hujurat ayat 13, artinya, "Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal..."
"Sehingga bisa dikatakan, penciptaan laki-laki dan perempuan adalah sebuah fitrah yang tidak bisa diubah. Soal mengubah ciptaan Allah ini, Nabi SAW dengan sangat tegas melarangnya."
"Nabi SAW juga bersabda, "Allah SWT melaknat wanita-wanita yang membuat tato, meminta ditato, mencabuti alis dan memperbaiki susunan giginya untuk mempercantik diri, yang telah merubah ciptaan Allah" (HR Bukhari dan Muslim)."
"Soal lelaki yang berpenampilan dan berperilaku menyerupai wanita dan sebaliknya, ulama sepakat jika hukumnya adalah haram."
"Dan Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya, Al-Kabaair, menggolongkan perkara ini sebagai salah satu dosa besar. Hukumannya pun sangat keras yakni akan mendatangkan laknat dari Allah SWT dan Rasulullah SAW, seperti telah dijelaskan dalam hadis sebelumnya."
"Sekali lagi maaf Van, jika apa yang aku katakan membuatmu tersinggung. Aku hanya ingin menyampaikan kebaikan kepada sesama yang seakidah denganku, terutama orang-orang terdekatku. Aku tidak ingin keluargaku dilaknat oleh Allah," ucap Mahen sambil mengatupkan kedua tangannya.
Devani tertunduk malu, semua yang dikatakan oleh Mahen memang benar, karena Papa, mama serta kakaknya juga pernah mengatakan hal itu.
Sebenarnya Devani sudah berniat ingin berubah, tapi tidak bisa sekaligus. Mungkin inilah saatnya dia harus mulai berubah dengan merubah cara berpakaian, baru nantinya menutup aurat lain seperti yang mama dan kakaknya lakukan.
Hans dan Annisa juga mendengarkan nasehat Mahen, awalnya mereka takut Devani tidak akan terima, tapi saat melihat Devani diam, tidak membantah sepatah katapun, hati mereka menjadi lega.
Kemudian untuk menormalkan suasana lagi, Hansen pun berkata, "Terimakasih Van, sudah bersedia menemani kami. Kamu pasti cantik jika memakainya, aku jamin semua temanmu juga pasti mengatakan hal yang sama."
"Iya Bun, terimakasih ya, sudah temani Nisa. Nisa juga senang jika lihat Bunda tambah cantik. Yang terpenting bagaimana pun penampilan Bunda, Nisa selalu sayang sama Bunda," ucap Annisa.
Devani pun keluar dari mobil sambil mengucapkan terimakasih kepada semua, lalu diapun memencet bel dan tidak lama muncullah Papa Andara di balik pintu.
Papa Andara sengaja belum tidur karena menunggu kepulangan mereka.
Dari atas mobil, Mahen, Hans dan Annisa pamit. Bukannya tidak sopan, tapi berhubung hari telah larut, papa Andara lah yang meminta mereka untuk langsung pulang dan berhati-hati di jalan.