Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 019
Bukan hanya karena penolakan Allasca di masa lalu. Hati Viera trauma dan beku karena pengkhianatan Hudson juga.
Pernah mencintai sedalam-dalamnya pada Allasca, hanya berakhir ditinggal menikah pria sok higienis itu. Mencoba beralih pada hati yang lain ternyata, Hudson bukan pria yang tepat untuknya.
Dua kali mengalami kegagalan, rasanya cukup sudah bagi Viera. Kariernya cemerlang, hidupnya tak berkekurangan, tak ada yang Viera inginkan selain menata hati, hidup bersama kesendirian dan status jomblonya.
Lagi pula, bukankah lamaran Allasca bahkan hanya terkesan mempermainkan? Tiba-tiba saja laki-laki itu mengincarnya setelah biduk rumah tangga bersama Pingkan hancur.
Cukup Viera patah, Viera tetap akan menolak meski Allasca serius sekalipun. Memiliki dua orang tua angkat yang menganggap dirinya anak kandung sudah cukup baginya.
"Ya Tuhan..."
Daddy Sky menyambut miris putri angkat kesayangannya. Gadis yang ia fasilitasi kemewahan sedari masih empat tahun, harus mengalami pembullyan karena drama perpecahan putra sulung dan menantunya.
"Bajumu kotor semua, amis, bau telur mentah, Neng, ya Tuhan, separah ini kebencian orang- orang ke kamu yang bahkan tidak bersalah."
Perhatian Mommy sempat membuat bibir Viera bergetar. Ingin menangis sekeras- kerasnya, bila perlu sampai keluar segala rasa yang bercampur aduk di dalam dadanya.
Namun, ternyata pelukan ibunya sudah cukup menentramkan hati yang lara. "Mandi, ganti baju, istirahat. Kalau belum makan, di dapur sudah Mommy siapin makanan buat makan malam kamu sama Aa. Tadi Alhambra sama Kinara juga baru selesai makan malam lagi."
"Mmh." Viera mengangguk. Kemudian bertolak ke lift usai Mommy dan Daddy mengusap-usap kepalanya.
Saat yang sama, Allasca meraih ponsel berdering di saku celana. Dia angkat panggilan dari Nick setelah sebelumnya membuka kiriman video amatir.
Seperti biasa, Mommy Daddy tak pernah ikut campur urusan Allasca. Bahkan sekadar bertanya sudah makan saja tidak dilakukan sebab mereka yakin, Allasca cukup disiplin.
"Apa ini?" Allasca berjalan menuju lift. Dia masih harus membersihkan diri setelah semua jenis kuman menempel di tubuhnya.
📞 "Kau pangling dengan istrimu sendiri?"
"Apa wanita itu, Pingkan ku?"
Allasca perlu penjelasan. Masalahnya, video amatir tadi menampilkan pertengkaran sengit sepasang orang di kamar hotel dan dilerai oleh beberapa petugas keamanan.
📞 "Hmm, media sedang digegerkan dengan rekaman amatir salah satu tamu hotel. Tadi, saat kita pulang dari kantor, ternyata Pingkan sedang menyerang Hudson di Millers Hotel."
"Turut prihatin." Allasca masuk ke dalam lift silinder yang terbuka demi menaiki lantai empat untuk tiba di kamar luasnya.
Sempat Allasca menatap ke atas langit-langit di sudut paling kanan. Di lantai lima masih kamar milik Viera. Dahulu, Viera sering mengintipnya dari kaca transparan itu.
Hanya kaca darurat, sebab kamar-kamar di mansion ini, luasnya hampir memakai satu lantai bangunan. Bertingkat, lantai tiga kamar Alhambra, lantai dua ruang makan dan lantai paling bawah kamar utama Mommy Daddy.
Namun, lain dulu lain sekarang. Sejak menikah dengan Pingkan, Viera tak pernah lagi mengintip dirinya dari sepetak kaca itu.
📞 "Untuk apa, prihatin lagi?"
"Bagaimana pun dia masih istriku." Allasca masih sering menatap kaca di sudut atas walau dia yakin, Viera takkan muncul di sana.
📞 "Kau sudah menceraikannya."
"Aku tahu..." Allasca memasuki kamar mandi kemudian meletakkan ponselnya di sisi wastafel setelah mengeraskan suaranya.
Kancing baju penuh noda itu, Allasca tanggalkan satu persatu. Rasanya baru kali ini, Allasca bergelut dengan kuman-kuman dan dia masih cukup tenang menyikapinya.
"Besok, suruh Nandar urus perceraian ku secepatnya. Satu lagi. Gantikan aku membesuk Daddy Galaxy di Rumah Sakit."
📞 "Karena kemarin gajiku baru saja naik, maka baiklah. Aku akan besuk mertua mu untuk rasa terima kasih ku, Boss."
📞 Nick tertawa setelah itu. "Oya, berarti sebentar lagi, kau duda seperti ku."
"Kau saja yang duda. Karena aku akan segera menikahi Viera." Allasca sudah putuskan, dan itu yang akan terjadi.
📞 "Kau serius mau menikahinya?"
"Aku rasa, aku..." Allasca terpaku. Entah apa yang mendominasi dirinya. Tapi, sejak bisa menyentuh Viera, Allasca yakin bahwa tidak ada salahnya jika ia dan Viera menikah.
"Sudahlah, lakukan saja tugasmu, Nick ... oya, sore tadi bukannya aku menyuruhmu membuat janji dengan Pak Wirawan?"
📞 "Besok pukul empat." Nick dan otaknya selalu bergerak cepat. "Semoga kali ini, kau benar-benar menemukan solusi."
...∆{/+--__--+}∆...
"Aaa!!" Viera berteriak histeris sambil memegangi handuk di dadanya. Baru saja akan mengganti pakaian, Allasca muncul di kamarnya secara tiba-tiba.
"Aa ngapain?!" Hari masih pagi, Allasca telah rapi dengan pakaian eksekutifnya.
Sempat melihat moleknya Viera, mata Allasca lantas berpaling sedikit ke arah jendela, lalu, tangannya menjatuhkan tablet pintar di atas ranjang empuk merah muda milik Viera.
"Itu tablet baru mu."
"Tablet baru?"
Kening Viera berkerut, sebelum kemudian memeriksa isi tablet tersebut. Tablet yang menjelaskan bahwa ia dan tablet itu akan bekerja sama lebih lama.
"Asisten eksekutif? ... Aku?" Setengah kaget Viera menunjuk hidung sendiri.
"Hmm," gumam Allasca. "Sekarang, kau asisten eksekutif ku."
"Tidak bisa begitu, A." Viera menolak dengan keras tentu saja. "Aku mau kembali ke Eropa dan menjadi staf ahli komisaris lagi."
Allasca terkekeh. "Aku yang memimpin perusahaan. Aku yang boleh memutuskan apa posisi dan di mana kamu bekerja, Viera."
"A..."
Viera membujuk dengan meraih lengan Allasca, ia sampai lupa bahwa dirinya masih hanya mengenakan handuk saja. Sungguh, Viara tak ingin tinggal berdekatan dengan Allasca seperti dahulu lagi.
"Tolong kembalikan posisi staf ahli ku di Eropa saja. Aku mau kembali ke Jerman."
"Mulai sekarang, kamu yang akan mengatur jadwal, mengelola komunikasi, menyiapkan materi rapat, mengatur perjalanan, dan menangani urusan pribadi ku," putus Allasca.
Viera sudah kehilangan kata-kata. Apa lagi saat Allasca mencetus tanya. "Mau dipecat?"
"Tidak," gelengnya memelas. Selain tidak ingin dipecat, Viera juga tak mungkin menolak keputusan seorang CEO sementara dia masih menjadi seorang bawahan.
"Sekarang, pakai bajumu. Dan ini memalukan, tapi, aku perlu ingatkan ini padamu ... handuk mu terjatuh," urai Allasca.
gak jadi kebablasan deh Lasca 🤣
Senangnya Alasca...
Awasin mereka terus Dad,,jgn sampai lengah,,f
2 wanita 2nya melahirkan anak🤭🤦🏻♀️🤣🤣
gugel mn Gugel wwoooiii 🤣🤭🤣
jd penassran bayi nya pingkan anak siapa ya ? milik allasca apa milik hudson?