Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Sabira melakukan pertemuan dengan CEO Kejora Properti.
"Maaf Bira, kakak terlambat." ucap pemuda yang mungkin saja umurnya seumuran dengan Kaifan, dia CEO muda Kejora properi.
Laki laki tampan itu, tidak mau klau Sabira memanggilnya dengan embel embel pak, atau tuan, dia ingin Sabira memanggilnya kakak.
Baginya mengenal Sabira adalah sebuah keberuntungan, beberapa bulan terakhir dia hampir frustasi karena usahanya turun drastis karena banyak saingan, dan setelah bertemu Sabira, dan Sabira bersedia mendesain setiap proyek perumahan dan Hotel yang sedang dia bangun, dan berkat desain Sabira yang selalu bagus dan menarik, membuat bisnisnya kembali melejit.
Di tambah, Sabira tidak pernah terlihat seperti wanita lainnya, yang selalu berpura pura baik, sok cantik, sok lembut dan manja yang membuat dia tidak nyaman, dan itu tidak berlaku untuk Sabira, dia berlaku apa adanya, dan tidak pernah terpesona dengan laki laki tampan itu, membuat Fahri sangat tertarik.
"Ehhh... Iya kak, nggak apa apa, Bira juga baru sampai kok." sahut Sabira yang mengalihkan pandangannya dari laptop.
Sabira tersenyum manis, membuat hati Fahri klepek klepek melihat senyum manis Sabira itu.
"Bira sudah sudah pesan minum? " tanya Fahri lembut.
"Belum." ucap Sabira menggelengkan kepalanya.
"Klau gitu kita pesan dulu ya." jawab Fahri memanggil Seorang pelayanan.
Sabira hanya menurut saja.
"Ada yang bisa kami bantu, tuan.? " tanya pelayan kepada Fahri, dengan senyum manis di bibirnya.
"Saya, mau pesan kopi latte sama red velved, kamu mau apa dek? " tanya Fahri lembut ke arah Sabira, berbanding terbalik dengan sikapnya yang dingin kepada pelayan cafe tersebut.
"Aku mau salad buah sama mineral aja." jawab Sabira yang lagi malas makan.
"Baik, mohon di tunggu, tuan dan nona." sopan pelayan tersebut, dengan ramah. Memang tugas mereka untuk harus ramah melayani para pelanggan di cafe itu.
Fahri dan Sabira mengangguk secara bersamaan, setelah pelayan pergi dari tempat mereka duduk, Fahri kembali menatap ke arah Sabira.
"Ada apa, Bira minta bertemu hari ini? " tanya Fahri lembut.
"Ohh... Ini kak, bira mau kasih satu desain bira, nggak tau kakak suka atau nggak." ucap Sabira menggeser laptopnya ke arah Fahri, otomatis tubuh mereka sedikit menempel, karena sama sama melihat ke arah laptop.
"Ini kak, aku bikin desain lantai dua bergaya Eropa, lantai satu ada ruang tamu, kamar utama, ruang keluarga, ruang makan, dapur, laundry dan kamar pembantu, di belakang ada taman kecil, di lantai dua aku bikin tiga kamar tidur, masing masih ada kamar mandinya dan juga ada ruang keluarga." tutur Sabira.
Fahri mengangguk angguk mengerti dan bibirnya mengulas senyum manis, menatap desain Sabira itu, Sabira juga memberi tahu dia bahan bahan yang di gunakan, juga akan membuat taman bermain, ada kolam renang, juga ruang olah raga.
"Wahhh... Ini bagus banget dek, kakak jamin ini banyak peminatnya." ucap Fahri berbinar bahagia.
Sungguh Fahri terkagum kagum dengan gadis remaja itu, bahkan SMA saja belum tamat, tapi desain desainnya sangat sangat bisa bersaing dengan para arsitek handal.
"Kakak bisa aja." kekeh Sabira tersipu malu.
"Beneran loh dek, kakak nggak bohong, sungguh beruntungnya kakak bisa bertemu sama kamu, karena kamu, bisnis kakak semakin berkembang, makasih dek, sudah mau membantu kakak." ucap Fahri tulus.
"Aku yang berterimakasih, akhirnya keisengan akun ini bisa jadi duit." kekeh Sabira merendah.
"Ck, kamu ini." ujar Fahri berdecak sebal.
Tanpa mereka sadari, dari sudut ruang cafe itu, ada seseorang yang memotret Sabira dan Fahri, diam diam dia tersenyum sinis, kembali bisa membuat Sabira semakin di benci keluarganya.
"Hahaha... Nggak menyangka datang ke cafe ini gue bakal menemukan jekpot." kekehnya senyum senyum tak karuan.
"Permisi." pelayan datang mengantarkan pesanan Sabira dan Fahri.
Fahri cuma mengangguk dengan wajah datarnya 😘
"Terimakasih." sahut Sabira tersenyum manis.
Ting." tiba tiba ada notif di M- banking Sabira.
Sabira memeriksa notif yang masuk, dan matanya melotot tidak percaya dengan nominal angka yang dia terima.
"Kak, kamu nggak salah kirim, kenapa sebanyak ini." pekik Sabira.
Fahri hanya tersenyum manis melihat wajah shok Sabira itu.
Puk...
"Ih... Di tanyain, malah senyum senyum." kesal Sabira menepuk bahu Fahri.
Fahri terkekeh melihat wajah kesal Sabira
"Kakak bayar desain kamu yang ini, dan sekalian bonus untuk kamu, berkat desain kamu kemarin, perumahan yang di jalan xx sudah habis terjual, bahkan target waktunya belum habis." terang Fahri.
"Wahhh... Ikut senang mendengarnya." ucap Sabira ikut berbinar.
"Oh ya, setelah lulus sekolah, kamu akan kuliah di mana? " tanya Fahri.
"Rencananya aku mau kuliah di negara p." jujur Sahira.
"Jauh banger dek, tapi kamu tetap kerja sama kakak, kan? " panik Fahri, ya kali harus kehilangan Sabira.
"Kakak tenang saja, aku akan selalu bekerjasama dengan kakak, walau kita berbeda negara, lagian sekarang komunikasi kan canggih, dan klau tidak, kakak bisa menemui aku ke sana." kekeh Sabira.
"Huufff... Kenapa jauh banget sih kuliahnya, di sini kan juga banyak kampus terbaik." keluh Fahri.
Sabira hanya tersenyum melihat wajah kusut Fahri tersebut.
"Memang dari dulu aku sudah bermimpi untuk kuliah di salah satu kampus di sana, aku ingin mencapai cita cita ku, dan ingin nenek dan kakek ku bangga melihat aku dari sana." ucap Sabira menatap langit dengan mata berkaca kaca.
"Gapai lah cita cita mu, kakak tidak akan menghalangi kamu untuk sukses, tapi kakak mohon kamu jangan memutuskan kerjasama kita" pinta Fahri.
"Ok." ucap Sabira memberikan dua ibu jarinya.
Setelah banyak yang mereka bahas, Sabira minta undur diri, karena dia juga akan latihan basket di sekolahnya.
"Ya udah, klau gitu aku undur diri ya kak." ucap Sabira.
"Baiklah, kakak juga ada pertemuan setelah ini." Sahut Fahri, sebelum mereka berpisah, mereka bersalaman terlebih dahulu.
Sabira keluar dari dalam cafe tersebut dengan langkah anggunnya, banyak mata yang menganggumi wajah cantik Sabira itu, tanpa polesan yang tebal dan pakaian sederhana saja, sudah memperlihatkan kecantikan Sabira.
Tentu saja membuat salah satu pengunjung di sana sangat iri.
Dasar murahan, bisa bisanya mencari perhatian dengan orang di cafe ini, awas saja loe, gue bakal membuat loe samakin di benci oleh keluarga loe, jadi hanya gue satu satunya putri Rajendra." gumam Aura menatap Sinis Sabira dari dalam cafe tersebut.
Tanpa Aura sadari, dia pun sedang di pantai oleh orang suruhan Regan, bahkan apa saja kelakuan Aura di luar sana, sudah dj kantongi oleh Regan, hanya menunggu tgl saja, Aura bisa di depan oleh keluarga angkatnya itu.
Bersambung.....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya.. 😘
😘😘
Maaf kemaren mamak nggak bisa up, berhubung anak anak libur sekolah, jadi mamak ngajak anak anak pergi main seharian, sampai rumah sudah lelah, akhirnya mamak nggak bisa Up🙏
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ