NovelToon NovelToon
Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:719
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Dari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang memberikan kepercayaan diri untuknya.

Sedangkan Ratu, Ia sosok perempuan sempurna. Ratu terkenal tak mau berkomitmen dan berpacaran, Ia seorang pemain ulung. Hidup Ratu berubah saat Ia dan Syailendra satu team mewakili olimpiade kimia dari sekolahnya. Mereka tak pernah sekelas, dan Ratu bahkan baru mengenalnya. Tapi sosoknya yang misterius merubahnya, Ratu merasakan sesuatu yang berbeda dengan pria itu, membuatnya merasa hangat dan tak mau lepas darinya.

Namun dunia tak mendukung mereka dan mereka harus berpisah, mereka lalu bertemu sepuluh tahun kemudian. Apakah kisah kasih mereka akan tersambung kembali? Atau malah akan semakin asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Keraguan

"Jangan lupa periksa lagi semuanya. Kartu peserta kamu jangan lupa. Kalau nggak bawa nanti kita nggak diizinin ikut lomba."

"Iya, Ratu. Udah semua kok."

"Baju kamu bawa agak banyakan. Soalnya kita empat hari di sana. Bawa jaket juga jangan lupa."

"Astaga, kamu bawel banget. Ini aku udah siapin semua kok, tenang aja. Nggak usah khawatirin aku..."

Besok adalah hari Rabu. Oleh karena itulah malam ini Syailendra menyusun baju-baju yang akan ia bawa selama empat hari ke depan. Seperti biasa, apa pun kegiatan Syailendra, pasti cowok itu tidak lupa memvideo call Ratu. Mereka saling unjuk koper masing-masing. Hanya saja di sini Syailendra hanya membawa koper kecil. Beda dengan Ratu yang ukurannya agak besar.

"Baju kamu kok aku lihat masih dikit? Kamu bawa baju apa aja?"

Syailendra melirik ke kopernya. Ah, iya. Syailendra hanya membawa beberapa potong baju ganti selain seragam dan almamater sekolah. Itu semua karena ia takut membawa baju banyak nanti dikira ayahnya minggat dari rumah. Ini saja Syailendra masih belum izin akan pergi besok pagi.

"Iya, belum masuk semuanya," bohong Syailendra.

Di saat bersamaan, pintu kamar Syailendra terbuka, membuat lelaki itu menoleh dan mendapati sang ayah berdiri di pintu kamarnya dengan tatapan menginterogasi.

Detik itu juga Syailendra matikan video call nya dengan Ratu karena takut gadis itu akan ditandai oleh sang ayah.

"Pa—Papa?" panggil Syailendra gugup.

Gunawan tampak menoleh ke arah koper Syailendra yang tergeletak di lantai. Lelaki paruh baya itu kemudian masuk ke dalam kamar. Tiap langkahnya membuat Syailendra merasa cemas. Berusaha keras ia memutar otak untuk mencari alasan agar ayahnya itu tidak tahu ia ikut olimpiade.

"Kenapa kamu beres-beres baju? Mau ke mana kamu? Pergi dari rumah ini karena tidak tahan ikut aturan Mama sama Papa?"

Syailendra menggeleng. Untungnya ia sudah dapat ide untuk berbohong.

"Besok ada kegiatan pramuka, Pa. Jadi diwajibkan menginap. Nggak lama kok, cuma sampai akhir pekan. Ini pun nggak ada orang tua. Jadi Papa nggak perlu khawatir soal statusku sebagai anak Papa kebongkar," jelas Syailendra sambil menekukkan wajah.

Gunawan mengangkat sebelah alisnya. "Benar begitu?"

"Iya, Pa."

"Kenapa kamu berkeinginan untuk pergi? Bukannya kegiatan pramuka ini hanya sebatas pilihan dan bukan pelajaran wajib?"

Syailendra meneguk salivanya susah payah. Berada di dekat ayahnya sendiri ternyata menimbulkan rasa takut dan traumatis. Berbeda dengan anak-anak lain yang merasa beruntung bisa dekat dengan ayah mereka.

"Tapi ini pelajaran wajib, Pa. Kalau nggak pergi, ini akan mempengaruhi nilai akhir. Tolong sekali aja izinin aku pergi. Aku janji nggak akan bikin masalah. Nggak akan ada yang tahu kalau aku anak Papa." Syailendra tergugu.

Gunawan pun membungkukkan badan, lalu meraih dagu Syailendra hingga membuat anak itu mendongakkan wajahnya. Dengan tatapan tajam penuh tuntutan, Gunawan berkata—

"Kamu nggak sedang membohongi Papa, 'kan?"

Jantung Syailendra terasa mencelus. Namun sebisa mungkin ia bersikap tenang. "Enggak, Pa. Aku serius. Papa bisa pegang kata-kataku."

Terdapat sorot keraguan di manik legam pria tersebut. Namun pada akhirnya ia mengangguk, memperbolehkan sang anak ikut kegiatan tersebut.

"Ya sudah kamu boleh pergi. Tapi ...." Kali ini dagu Syailendra dicengkram lebih erat. "Jangan sampai ada yang tahu kalau kamu anak Papa. Sempat itu terjadi, habis kamu di tangan Papa."

Dan setelah mengatakan itu, Gunawan keluar dari kamar Syailendra tanpa mau tahu lebih jauh urusan anaknya itu.

Detik itu juga Syailendra menghela napas lega. Untuk kali ini ia selamat. Dan Syailendra harap ke depannya juga begitu. Jangan sampai ayahnya tahu ia ikut olimpiade, dan malah berbohong dengan mengatakan ia ada acara pramuka.

Bisa dijamin Gunawan tidak akan pernah memaafkannya....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!