BERI AKU CINTA
"Van...hari ini aku minta tolong dong! Jemputkan Annisa di sekolah, soalnya mang Diman tidak masuk, karena istrinya melahirkan. Saat ini kepalaku pun sedang pusing dan sejak kemaren mual di perutku juga belum hilang, takutnya aku pingsan di jalan. Kamu tahu 'kan, bagaimana jika penyakit asam lambung ku, kambuh?" ucap Devina.
Devani pun mengangguk, lalu dia teringat sesuatu, "Tapi Vin...mungkin agak telat, soalnya hari ini aku ada ujian, takutnya kalau aku terburu-buru mengerjakannya, ntar aku nggak lulus lagi, bisa-bisa benar kata kalian, aku jadi mahasiswa abadi. Maklum deh...otakku 'kan pas-pasan, tidak brilian seperti otakmu!" ucap Vani sambil menyeringai dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Nggak apa-apa deh, nanti aku telepon bu guru, jika kamu telat menjemput Annisa. Jadi, biar Nisa menunggu kamu di ruangan guru," ucap Devina.
"Apa suamimu tidak bakal marah Vin, jika ketahuan aku yang menjemput putrinya? Kamu 'kan tahu sendiri, Mahen tidak suka, jika aku terlalu dekat dengan kalian. Aku cuma akan membawa pengaruh buruk terhadap keluarganya," ucap Vani.
"Bukan begitu Van, Kak Mahen hanya ingin kamu itu berubah, tinggalkan kebiasaan burukmu dan fokuslah pada perkuliahan. Aku saja yang kuliah sambil mengurus anak sudah selesai, nah kamu! Mau sampai kapan? menyandang status mahasiswa terus," ucap Devina.
Flashback
Devina memang menikah dini, saat dia telah menyelesaikan ujian akhir SMU. Hal itu disebabkan karena permintaan Mahen dan keluarganya.
Mahen saat itu akan ditugaskan untuk mengurus bisnis keluarga yang ada di negara asal Emir, papanya Mahen, yaitu Turki.
Namun Mahen mengajukan syarat, dia mau berangkat asalkan dinikahkan terlebih dahulu dengan gadis yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama saat dirinya berkunjung ke perusahaan Andalas, milik Andara, papa Devina dan Devani.
Kedua belah pihak pun akhirnya setuju, tapi Papa Andara juga punya syarat, setelah menikah Devina harus tetap tinggal bersamanya untuk melanjutkan pendidikan.
Walaupun berat hati, Mahen akhirnya setuju dan dia berjanji, sebulan sekali akan pulang ke tanah air untuk menjenguk sang istri. Dan Mahen meminta jika Devina libur kuliah untuk gantian mengunjunginya sekaligus agar mereka bisa berbulan madu.
Dua bulan setelah pernikahan, Devina merasa heran, kenapa menstruasinya tidak kunjung datang dan dia tidak merasakan tanda-tanda apapun yang mengacu kepada kehamilan.
Karena penasaran dan takut mengidap penyakit lain, Devina memutuskan untuk bercerita kepada sang mama dan juga kepada Devani, lalu tanpa menunda lagi ketiganya pun pergi ke dokter.
Dokter memeriksa Devina dan menanyakan kapan terakhir dirinya menstruasi. Setelah melalui beberapa tes, akhirnya beliau memberi selamat bahwa Devina akan segera menjadi seorang ibu.
Selama masa kehamilan, Devina tidak mengalami ngidam sedikitpun. Dia hanya lebih manja, inginnya Marhen sering menelepon walau hanya sekedar bertanya dirinya sudah makan atau belum.
Kehamilan Devina tidak sedikitpun menghambat perkuliahannya, dengan tetap semangat dia menjalani kegiatannya hingga menjelang melahirkan.
Setelah melahirkan dan istirahat untuk beberapa waktu, Devina pun kembali aktif di kampus, dia semangat mengejar target agar bisa lulus secepatnya dengan nilai cumlaude, hingga kedepannya, Devina bisa lebih fokus mengurus keluarga sesuai harapan Mahen.
Dan sejak kelahiran Putri Annisa, Mahen tidak betah lagi untuk tinggal di Turki, akhirnya dia meminta Hansen, adiknya yang kuliah di London untuk pulang.
Mahen meminta Hans pindah kuliah dan menggantikan dirinya untuk menjalankan perusahaan mereka yang ada di Turki setelah mendapatkan persetujuan dari sang Papa.
Kebersamaan mengurus Annisa, membuat rumah tangga Mahen semakin bahagia walaupun mereka masih saja tinggal di istana orangtua.
Andara dan Intan, yang tahu putrinya memiliki penyakit asam lambung akut sejak usia 12 tahun, tidak mengizinkan anak dan menantunya itu untuk tinggal jauh dari mereka, apalagi sejak kelahiran Annisa. Perhatian mereka pun jadi fokus kepada rumah tangga Devina.
Hal itu membuat Devani merasa terabaikan. Dia merasa semua orang lebih menyayangi keluarga saudara kembarnya itu ketimbang dirinya.
Tanpa mereka sadari, Devani semakin menjauh, dengan alasan sering keluar rumah untuk mengerjakan tugas bersama teman-teman kuliahnya.
Devina sebagai Kakak tidak curiga, karena mereka memang beda kampus dan tentu saja beda jurusan. Devina mengambil jurusan ekonomi sedangkan Devani mengambil jurusan tehnik sesuai dengan jiwanya yang sedikit tomboi.
Ternyata Devani terlibat pergaulan bebas dengan para pemuda pembalap motor, hingga dirinya terkadang ikut-ikutan dengan kegiatan yang temannya itu lakukan hingga membuat kuliahnya berantakan dan nyaris putus di tengah jalan.
Devina akhirnya lulus, menyandang gelar sarjana dengan nilai cumlaude sementara adik kembarnya Devani masih harus mengulang mata kuliah untuk beberapa semester.
Pergaulan Devani di luaran, akhirnya di ketahui oleh Mahen dan dari sinilah awal masalah retaknya hubungan antara adik dan kakak ipar tersebut.
Mahen sudah berusaha menasehati, meminta Devani untuk meninggalkan pergaulan buruknya dan fokus saja kepada perkuliahan, tapi Devani merasa tidak senang.
Hingga akhirnya Mahen tidak peduli lagi terhadap Devani, dia memilih lebih posesif terhadap anak dan istrinya untuk melindungi mereka dari dampak buruk, sikap serta pergaulan Devani yang menurutnya salah.
Saat Devina melihat adik kembarnya itu masih saja acuh terhadap nasehatnya, kemudian diapun berkata lagi, "Apa kamu mau hidup seperti ini terus Van? usiamu tidak muda lagi, kamu itu sudah pantas untuk menikah dan kalau bisa, kamulah yang meneruskan usaha Papa, kasihan 'kan Papa? Kalau aku tidak mungkin lagi Van, Kak Mahen nggak bakal setuju jika aku bekerja, dia ingin aku fokus di rumah, mengurus keluarga."
"Nah! Itu salah satu yang aku tidak suka dari suamimu itu, dia selalu mengekangmu, padahal kemampuan dan kecerdasanmu bisa jadi diatas dia, dalam mengelola perusahaan. Dasar pria egois! posesif! Dia pasti takut jika melihatmu lebih maju darinya," ucap Devani ketus.
"Sudahlah Van! Kamu jangan menyalahkan Kak Mahen terus, dia hanya ingin membuat rumah tangga kami bahagia, lagipula apa yang dia punya dan hasilkan sekarang, sudah lebih dari cukup dan tidak akan habis untuk tujuh keturunan. Jadi untuk apa aku kejar karir dan harta, jika rumah tanggaku nantinya bakal berantakan. Bukankah surga seorang istri itu ada pada suami Van? jadi aku ingin mencium aroma dan masuk ke dalam surga itu nantinya."
"Aku tidak sependapat denganmu Vin, emansipasi wanita harus aku perjuangkan. Aku tidak mau hidup dalam kekangan pria, aku mau bebas, hidup cuma sekali untuk apa jika hatiku tidak bahagia. Padahal menjadi pengusaha sukses adalah cita-citamu sejak kecil dan dulu kita sepakat, tidak akan ada satu orangpun yang boleh mengekang keinginan kita untuk maju. Eh... setelah kehadiran Mahen, semuanya berubah. Kamu bukan lagi Devina yang dulu, Devina yang punya semangat berapi-api. Mahen telah mengambil dan menjauhkanmu dariku," ucap Vani sedih sambil berbalik meninggalkan Kakaknya untuk bersiap pergi ke kampus.
"Van...tunggu! Kamu salah paham! Tidak lama lagi kamu pasti akan mengerti!" teriak Devina.
"Tidak akan! Aku tidak bisa mengerti jalan pikiranmu lagi. Kamu telah berubah Vin! Aku benci Mahen! Aku benci dia! dan masa bodoh dengan pernikahan. Aku tidak akan pernah menikah dengan pria seperti suamimu itu!" jawab Devani dengan suara yang keras, hingga membuat Intan, mama mereka yang sedang berada di kamar terkejut dan bergegas keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Namun saat Intan tiba, keduanya telah masuk ke dalam kamar masing-masing. Intan pun hanya bisa menggelengkan kepala, melihat sikap kedua putrinya yang sama-sama keras kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Bunda Aish
tetap semangat ya thor...
2023-07-12
0
Anisnikmah
bagus. Kok masih like sedikit
2022-08-20
0
Safni Mardesi
aku dah mampir thoor...
2022-05-29
0