Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian dan Kelahiran Kembali
Hujan turun deras, membasahi tanah yang dipenuhi lumpur dan aroma busuk. Seorang wanita dengan pakaian lusuh dan tubuh penuh luka diseret paksa oleh dua prajurit kekaisaran.
Rakyat yang berkerumun di sekitar panggung eksekusi melemparinya dengan batu, sayuran busuk, dan telur busuk, seraya meneriakkan sumpah serapah.
"Pelacur pengkhianat!"
"Kau pantas mati!"
"Beraninya kau mencoba membunuh Selir Li Zhu yang mulia!"
Li Mei tidak bergerak. Rasa sakit dari siksaan yang ia alami selama berminggu-minggu sudah membuat tubuhnya mati rasa. Tatapan matanya kosong, wajahnya yang dulu cantik kini dipenuhi luka dan lebam.
Saat prajurit menariknya ke atas panggung eksekusi, suara kasim kekaisaran menggema, membacakan tuduhan yang telah disusun dengan rapi.
"Li Mei, mantan Permaisuri Kekaisaran Qianlong, terbukti bersalah atas percobaan pembunuhan terhadap Selir Li Zhu dan berkhianat terhadap kekaisaran. Hukuman mati akan segera dilaksanakan."
Di sudut panggung, Kaisar Qianlong berdiri tegap, menatapnya dengan dingin seolah dirinya adalah sampah yang tidak layak hidup. Di sisinya, Selir Li Zhu mengenakan jubah ungu, wajahnya dipenuhi kepalsuan, bibirnya melengkung dalam senyum manis yang penuh tipu daya.
Li Mei menatap keluarganya di antara kerumunan—Jenderal Li Zhen, ayahnya yang dulu begitu ia hormati, serta kedua kakak laki-lakinya yang pernah ia kagumi. Tidak ada belas kasihan di mata mereka. Hanya kehampaan dan keengganan. Di sisi lain, ibu tiri dan saudara tirinya, Li Zhu, tampak menikmati pertunjukan ini.
Jadi, ini akhirnya? Aku mati dalam kehinaan seperti ini?
Sebelum eksekusi mati dimulai, terlihat Kaisar Qian Feng berdiri tegak dengan jubah emasnya, tatapannya dingin tanpa sedikit pun emosi. Di sisinya, Selir Li Zhu—saudara tiri yang telah menghancurkan hidup Li Mei—menundukkan kepala, seolah-olah sedang berduka.
"Li Mei," suara Kaisar Qian Feng terdengar tegas. "Sebelum hukumanmu dilaksanakan, apakah kau memiliki kata-kata terakhir?"
Li Mei mengangkat wajahnya dengan sisa tenaga yang ada. Tubuhnya gemetar, bukan karena ketakutan, tetapi karena kebencian yang membara di dadanya.
"Saya tidak bersalah," suaranya lirih namun tegas. "Saya tidak pernah mencoba membunuh Selir Li Zhu, apalagi berkhianat pada kekaisaran. Saya difitnah."
Kerumunan mulai berbisik. Beberapa orang tampak ragu, tetapi sebagian besar tetap melontarkan cercaan.
Tiba-tiba, Selir Li Zhu mengangkat wajahnya, air mata mengalir deras di pipinya. Dengan suara yang terdengar penuh kesedihan, ia memohon, "Yang Mulia ... tolong bebaskan Permaisuri. Selir ini yakin dia hanya khilaf ... Saya tidak ingin melihatnya mati dengan cara seperti ini, Yang Mulia Kaisar ...."
Tangisan penuh kepalsuan itu membuat rakyat yang menonton semakin terharu. Mereka memandang Li Zhu dengan iba, sementara tatapan mereka terhadap Li Mei semakin dipenuhi kebencian.
"Betapa mulianya Selir Li Zhu!"
"Dia masih peduli pada perempuan jahat seperti Li Mei!”
“Benar!
"Permaisuri memang tidak tahu diri!"
Li Mei mengepalkan tangan yang terikat. Licik! Bahkan di saat terakhirnya, Li Zhu masih berusaha mempermainkannya, berpura-pura menjadi korban yang murah hati.
Tiba-tiba, suara berat dan tajam terdengar dari bawah panggung.
"Kaisar, jangan terpengaruh dengan kebohongan Li Mei!"
Li Mei menoleh dan melihat ayahnya, Jenderal Li Zhen, berdiri dengan wajah dingin.
"Sejak dulu, Li Zhu selalu baik dan berbudi luhur. Sebaliknya, Li Mei selalu keras kepala dan iri hati," kata Jenderal Li Zhen dengan nada penuh kekecewaan. "Dia pantas menerima hukuman ini!"
“Benar, Yang Mulia! Dari kecil adikku Li Zhu selalu disakiti oleh wanita jahat itu,” sambung jenderal muda yang tak lain adalah kakak Li Mei, yaitu Li Yuan.
“Apa yang dikatakan oleh ayah dan Gege Li Yuan benar, Yang Mulia! Dari dulu, Li Mei adalah seorang pembunuh! Dia telah membunuh ibu kami!” suara seorang pemuda juga terdengar, dia adalah kakak kedua Li Mei yang bernama Li Shimin.
Li Mei merasa dadanya sesak. Ayah dan kedua kakak kandungnya sendiri … memilih mempercayai kebohongan orang lain dibanding dirinya. Sedangkan selir ayahnya hanya diam menikmati pemandangan ini.
Li Mei tertawa pelan, getir. Semua orang telah membuangnya. Suaminya, keluarganya, rakyatnya. Ia terlalu bodoh dan buta karena selalu mempercayai perkataan Li Zhu yang membuatnya dibenci oleh seluruh kekaisaran.
Dalam hati, Li Mei berkata jika ada kesempatan kedua untuknya. Ia tidak akan pernah mengemis kasih sayang pada keluarga dan suaminya.
Hanya karena Li Mei dilahirkan dan ibu kandungnya meninggal, ayah dan kedua kakaknya membenci dirinya dan mengatakan jika Li Mei lah yang membunuh sang ibu.
"Baik," katanya dengan suara serak. "Jika kalian ingin aku mati … Aku akan mati dengan kepala tegak.”
Algojo berdiri di belakangnya, mengangkat pedang raksasa yang telah diasah tajam.
Li Mei menarik napas panjang, menerima nasibnya.
Swoosh!
Namun tepat saat pedang hampir menyentuh lehernya, dunia tiba-tiba berhenti.
Ding!
[Sistem Reinkarnasi Aktif.]
Suara mekanis bergema di dalam kepalanya.
[Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?]
Mata Li Mei membelalak. Apa ini?
Sistem? Apakah ia berhalusinasi di saat-saat terakhirnya?
[Pilih Ya untuk kesempatan kedua. Pilih Tidak dan kematian akan segera menyambut Anda.]
Jantungnya berdegup kencang. Amarah, kebencian, dan rasa sakit memenuhi hatinya. Semua pengkhianatan yang ia alami, ketidakadilan yang ia terima—ia tidak bisa mati begitu saja!
Giginya terkatup rapat, tangannya yang gemetar mengepal.
"Ya!"
Waktu kembali berjalan dan saat itu pula sebuah pisau besar menghantam lehernya. Kini kepala Li Mei terlepas dari tubuhnya.
Para rakyat bersorak gembira, tak ada yang menangisi kepergian wanita malang itu sama sekali.
Saat mata Li Mei telah tertutup sepenuhnya. Sekelebat cahaya menyelimuti tubuhnya.
Li Mei membuka matanya dengan terengah-engah. Napasnya memburu, keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Li Mei mendongak dan melihat langit-langit kayu yang familiar—atap kamar tidurnya di kediaman Keluarga Jenderal Li. Tangannya meraba kasur lapuk di bawahnya, jauh berbeda dari tanah keras dan dingin di panggung eksekusi.
Aku … hidup?
Seketika, suara mekanis kembali menggema di kepalanya.
Ding!
[Reinkarnasi berhasil.]
Mata Li Mei melebar. Ia benar-benar kembali ke masa lalu.
Sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan keras. Seorang pelayan muda berlari masuk dengan wajah panik.
"Nona! Anda sadar!"
Li Mei menoleh dan mengenali pelayan setianya, Xiao Lan. Gadis itu tampak terkejut sekaligus lega, matanya sedikit merah seakan habis menangis.
"Saya pikir Anda tidak akan bangun, Nona! Anda sudah tidak sadarkan diri selama tiga hari setelah jatuh ke danau!"
Jatuh ke danau? Ingatan Li Mei berputar cepat.
Tiga tahun yang lalu … tepat sebelum pertunangannya dengan Putra Mahkota … saat itu ia jatuh ke dalam danau. Semua orang mengira itu kecelakaan, tetapi sebenarnya…
Itu perbuatan Li Zhu!
Li Mei mengepalkan tangannya di bawah selimut. Saat itu, ia terlalu naif, berpikir bahwa itu hanyalah kecelakaan biasa. Ia bahkan berterima kasih pada Li Zhu yang berpura-pura menangis dan mengatakan ia merasa bersalah.
Tapi sekarang, ia tahu lebih baik.
Ini adalah awal dari semua tragedinya.
Jika ia tidak bertunangan dengan Putra Mahkota … jika ia tidak terjebak dalam intrik istana … mungkin ia tidak akan berakhir di panggung eksekusi.
Tatapan Li Mei berubah dingin. Tidak lagi ada kepolosan dalam matanya.
Kali ini, semuanya akan berbeda.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt