Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Beberapa hari kemudian.
"Aku berangkat dulu, jaga diri baik-baik, ya." Dodi mengecup kening Arini, sama seperti biasanya ketika ingin pergi bekerja.
"Ya, hati-hati di jalan. Aku sayang kamu, Mas." Arini melemparkan kiss bye dan dibalas oleh Dodi. "Ingat, jangan ngebut, biar lambat asal selamat," lanjutnya.
"Iya-iya. Aku juga sayang sama kamu," balas Dodi sembari melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam mobil.
Di saat yang bersamaan, Anissa memperhatikan pasangan itu dari balik kaca rumah Dodi. Wajahnya terlihat menekuk karena ia benar-benar kesal melihat kemesraan Arini dan Dodi.
"Sebenarnya apa istimewanya Arini di matamu sih, Mas Dodi? Dia itu tidak lebih baik dariku. Malah sebaliknya, ia adalah wanita yang serba kekurangan. Kurang cantik, kurang menarik, dan fatalnya lagi, ia bahkan tidak bisa memberikanmu generasi penerus!" gerutunya sambil menimang-nimang Azkia yang sedang berada di pelukannya.
Kembali ke halaman depan, di mana Dodi sudah melaju bersama mobilnya menuju tempat kerja. Sedangkan Arini masih berdiri di sana sambil memperhatikan mobil Dodi yang semakin menjauh dari pandangannya.
Tiba-tiba Bu Ria muncul dari balik pagar rumah mereka. Wanita itu tersenyum semringah seraya melangkah menghampiri Arini.
"Selamat pagi, Arini sayang!" sapa Bu Ria.
"Selamat pagi, Bu. Tumben pagi-pagi sudah berkunjung ke sini, Ibu kangen Azkia, ya?" goda Arini sambil tersenyum lebar.
"Ehm, ya. Itu salah satunya, tapi ada sesuatu yang ingin Ibu sampaikan kepadamu, Arini. Besok Ibu akan mengadakan pesta syukuran di rumah Ibu. Datang, ya! Tidak boleh enggak, Dodi juga. Pokoknya kalian harus datang, Ibu tunggu," tutur Bu Ria.
"Ya, Bu Ria. Tentu saja. Ehm, kalau boleh aku tahu acara selamatan untuk apa, Bu?" tanya Arini.
"Acara syukuran untuk Hendra PP karena ia sudah dipindah tugaskan ke sekolah yang tidak jauh dari sini, Rin. Itu artinya Ibu tidak perlu berpisah lama lagi sama Hendra," jawab Bu Ria dengan mata berkaca-kaca.
"Wah, syukurlah, Bu. Arini pun ikut senang mendengarnya," jawab Arini.
"Ya, Arini, terima kasih. Oh ya, Ibu boleh masuk 'kan? Ibu ingin menyampaikan berita baik ini kepada Ibumu," ucap Bu Ria lagi seraya merangkul pundak Arini dan mereka pun berjalan bersama memasuki rumah tersebut.
Beberapa jam kemudian.
"Nis, kamu jagain Azkia, ya. Aku mau ke rumah Bu Ria dulu. Aku yakin saat ini Bu Ria pasti sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara besok," tutur Arini sembari melabuhkan ciuman hangatnya untuk si kecil Azkia yang sedang berada di pelukan Anissa.
"Baik, Mbak."
"Oh ya, Bu. Ibu mau ikut?" tanya Arini kepada Bu Nining yang sedang duduk di depan televisi sambil menonton acara kesukaannya, sama seperti biasanya.
Bu Nining menoleh dengan wajah malas. "Ndak. Kamu aja sana," jawabnya.
Arini menghembuskan napas berat. "Baiklah, Bu. Kalau begitu biar Arini saja," jawab Arini yang kemudian segera melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Huh, dasar! Di rumah tetangga aja dia sok-sokan rajin. Buat apa coba? Sudah di rumah sendiri, kerjanya hanya bersantai dan ungkang-ungkang kaki!" gerutu Bu Nining.
Anissa tersenyum mendengar umpatan yang dilontarkan oleh Bu Nining. Ia menghampiri wanita paruh baya itu kemudian ikut duduk di sampingnya.
"Sebenarnya Bu Ria itu punya hubungan keluarga ya sama Bu Nining?" tanya Anissa kepada Bu Nining yang kembali fokus pada layar televisinya.
"Tidak ada hubungan apa-apa, dia hanya tetangga biasa, sama seperti tetangga lainnya. Hanya saja Bu Ria itu memang baik dan sering membantu kami. Khususnya sih kepada si Arini," jawab Bu Nining, kembali memasang wajah malas.
"Oh, begitu. Mbak Arini juga terlihat sangat dekat ya sama Mas Hendra. Soalnya beberapa kali saya melihat mereka sedang ngobrol bareng di depan pagar," lanjut Anissa, sambil memancing-mancing reaksi wanita paruh baya tersebut.
Bu Nining tampak menautkan kedua alisnya. "Masa, sih?"
"Ya, Bu Nining. Saya sering memperhatikan Mbak Arini sama Mas Hendra itu ngobrol bareng di depan pagar. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi sepertinya baik Mbak Arini maupun Mas Hendra nampak begitu nyaman dan mereka terlihat sangat dekat." Anissa tersenyum tipis karena ia berhasil memancing emosi Bu Nining.
Wajah wanita paruh baya itu terlihat menekuk kesal. "Anissa, boleh aku minta bantuanmu?" tanya Bu Nining dengan wajah serius menatap Anissa.
"Bantuan apa itu, Bu Nining? Jika saya bisa melakukannya, dengan senang hati saya akan membantu Ibu," jawab Anissa sambil tersenyum licik.
"Ehm, begini. Aku minta kamu pantau terus kebersamaan Arini dan si Hendra itu. Jika melihat hal-hal yang mencurigakan saat mereka bersama, jangan sungkan untuk memberitahuku. Kalau perlu foto saja, biar sekalian aku tunjukkan kepada Dodi. Biar Dodi tahu bagaimana sikap istri kesayangannya itu di belakangnya," tutur Bu Nining.
"Ok, Bu Nining! Bu Nining tenang saja, saya akan menjadi mata-mata yang handal untuk Bu Nining."
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/