Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGTB And CEO BAB 17 - Pintu Ajaib
Beberapa hari setelah berpamitan dengan pak kades.
Haura memboyong semua keluarganya untuk pindah ke kota Jakarta. Sebelumnya Haura juga sudah meminta bantuan Shakir untuk mencarikannya tempat tinggal di sana.
Shakir begitu bahagia, mengetahui sang pujaan hati membutuhkan bantuannya, tanpa pikir panjang ia langsung pergi ke Jakarta dan mencarikan tempat tinggal Haura.
Bukan hunian mewah, namun rumah sederhana berlantai 1. Dengan halaman yang luar didepannya.
Tinggal di daerah Jakarta Selatan, tak begitu jauh dari sekolah yang akan menjadi tempat belajar Azzam dan Azzura, sekolah AIG (Academic Internasional Group) School.
Sekolah bertaraf internasional, salah satu yang terbaik di Jakarta.
Tepat jam 10 pagi, mereka semua sudah sampai di depan rumah baru mereka. Shakir ikut mengantar.
"Ini rumah baru kalian," ucap Shakir, seraya melihat kearah Haura. Dilihatnya Haura yang tersenyum, menatap kearah kedua anaknya. Tak sedikitpun melihat ke arah matanya.
Menyadari itu, ia mengulum senyum. Baginya, Haura seperti sebuah misteri. Misteri yang ingin ia pecahkan. Tak bosan-bosannya ia memandangi Haura, meski sadar betul selama ini Haura memasang dinding pembatas.
"Ayo masuk," ajak Haura pada semua orang.
Azzam dan Azzura bahkan langsung berlari menuju pintu rumah itu. Ia tak sabar ingin melihat isi dan juga kamarnya.
Di rumah ini, mereka memiliki kamarnya sendiri-sendiri.
"Ini kamarku," teriak Azzura disebelah sana.
"Ini kamarku," balas Azzam, lalu keduanya masuk dengan antusias ke kamar masing-masing.
Pun Aminah yang juga langsung melihat sekeliling.
Tinggallah Shakir dan Haura di ruang tamu, sedikit canggung. Karena Haura bingung harus bagaimana.
"Bagaimana jika kita pergi keluar? di dapurmu tidak ada apa-apa," jelas Shakir apa adanya.
Benar juga, batin Haura membenarkan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke salah satu pusat perbelanjaan.
Di dalam salah satu kamar, Azzam membuka tasnya. Mengaktifkan ponsel yang baru diberikan oleh sang ibu.
Tak sampai lama, ponsel itu menyala dan ia langsung berselancar di dunia Maya.
"Adam Malik," gumamnya pelan.
Ia begitu penasaran dengan wajah pria itu. Dulu ia tak sempat mencarinya, kini Azzam akan langsung mencari.
Dengan gerakan cepat, Azzam mengetikan nama itu di mesin pencarian. Namun tetap saja ia tak menemukan satupun foto Adam Malik.
Akhirnya Azzam memutuskan untuk meretas keamanan informasi perusahaan Malik Kingdom, memasukkan beberapa angka yang bentuknya acak.
Hingga nampaklah foto sang penguasa itu, terpampang jelas di profil perusahaan. Ia tersenyum kecil, ketika menyadari wajah Adam Malik nampak seperti wajah Azzura, yang artinya mirip pula dengannya.
"Ternyata Ayahku bukan orang biasa," gumam Azzam yakin. Lalu kembali mematikan ponsel itu dan membantingnya hingga rusak.
Azzam sudah mengatur, jika ponselnya itu berlokasikan di Malaysia. Hingga saat para keamanan Malik Kingdom memeriksa siapa yang meretas keamanan mereka, maka radar itu akan menyala sampai di Malaysia sana.
Setelah ponselnya rusak, Azzam menyimpannya di dalam tas. Besok saat sekolah akan ia buang.
Selesai dengan itu, Azzam kembali duduk di meja belajarnya. Makin bingung dengan semua yang terjadi di masa lalu.
Adam dan sang ibu memiliki perbedaan kasta yang begitu ketara. Ibarat langit dan bumi, lalu bagaimana mereka bisa bertemu?
Bagaimana mereka bisa memiliki kami?
Kenapa Adam tidak mencari mereka?
Dan masih banyak pertanyaan lainnya lagi, terus bermunculan di mata Azzam.
"Abang," panggil Azzura yang tiba-tiba membuka pintu dan masuk.
"Kenapa?" tanya Azzam seraya memutar kursinya dan melihat ke arah sang adik yang sudah duduk disisi ranjang.
"Azzura mau, dinding kamar kita itu dikasih pintu. Pintu ajaib, jadi kalau Zura takut, Zura bisa langsung kesini, nggak repot-repot keluar dulu," pinta Azzura dengan bibirnya yang berceloteh, umik-umik.
"Iya iya, nanti Abang bilang ibu," jawab Azzam dan Azzura langsung bersorak riang.
"Ye!" ucap Azzura tak bisa ditahan.
Lalu dia kembali berlari menuju kamarnya sendiri.
"Aku kasih tau Zura tidak ya tentang orang itu?" gumam Azzam sambil menimbang-nimbang mana baiknya.
"Tidak usahlah, pasti Zura langsung kasih tahu ibu." Putusnya dengan yakin, bahkan ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Biarlah rahasia ini ia simpan seorang diri, hingga saatnya ia bertemu dengan pria itu, Adam Malik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
1 minggu kemudian.
Azzam dan Azzura mulai bersekolah.
Saat awal mendaftar, kedua anak ini langsung di uji sesuai bakatnya masing-masing. Adam begitu cerdas dalam akademik, sementara Azzura lebih ke Musik, suaranya begitu merdu. Bahkan dengan mudah Azzura bisa menebak sebuah not.
Kemunculan Azzam dan Azzura di sekolah ini langsung menjadi pusat perhatian.
Si kembar yang tampak menawan. Azzam begitu tampan dan Azzura sangat cantik.
Siapapun yang melihat kedua anak ini, pasti gemas ingin mencium dan memeluk. Tak susah bagi mereka berdua untuk bisa segera memiliki teman.
Arrabela, anak cantik seusia Azzura dan Azzam yang memprovokasikan dirinya lebih dulu sebagai teman kedua anak kembar itu.
Lalu Arnold dan Julian, sebagai sahabat Azzam.
Dan mulai kini, dimulailah sekolah mereka yang luar biasa.
Sekolah dimana anak-anak yang cerdas berkumpul.
"Azzura, kamu mirip sekali dengan pamanku, Uncle Adam," ucap Arrabela pada sahabatnya itu.
Azzam menoleh dan menatap dengan lekat Arrabela, gadis itu memeluk erat lengan adiknya.
"Benarkah? berarti dia juga mirip dengan abang," sahut Azzura dan Arrabela mengangguk yakin.
Lalu kedua bocah ini tertawa, merasa lucu dengan kebetulan itu.
Lain halnya dengan Azzam yang ketar ketir.
Dengan sendirinya ia mengelus dada, entah kenapa ia merasa lega. Ketika melihat Azzura tak menanggapi serius ucapan Arrabela.