"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.
"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.
"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.
"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.
"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.
"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.
"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
.
.
Malam berlalu kini terlihat seorang lelaki berdiri. Di depan pintu kamar pasien dimana shely di rawat.
"Eh dek adrian. Ngapain disitu bikin kaget mbak aja." ujar nya yang sehabis dari kamar mandi. Ia sedikit terkejut ada seorang lelaki berdiri diambang pintu kamarnya.
"Hehehe. Iya mbak. Tadi aku lihatin mbak berjalan dulu. Udah betul apa belum. Tapi ya mbak sepertinya udah membaik ya." tebak adrian sambil berjalan membantu shely naik kekasur.
"Eemmh. Iya nih mbak udah membaik sekarang. Oh ya kapan mbak bisa pulang dek.?" kata shely yang tak sabar menghirup udara diluar ruangan.
"Coba ya nanti tak tanyakan sama dokternya mbak. Mbak jangan banyak gerak kan masi dalam pemulihan. Walau dah sehat kan dalamnya belum." ujarnya sembari menujuk perutnnya sendiri. Namun shely hanya menganggukkan kepalanya.
"Lah ibu kemana mbak." tanya nya saat nenyadari jika tak ada seorang wanita yang sudah melahirkan itu.
"Oh ibu lagi cari nasi goreng. Yang berada di samping rumasakit.? Jawab shely drian pun seketika menoleh lalu manggut-manggut.
Tak lama yang dibicarakan pun datang. Dengan membawa 2 bungkus plastik hitam.
" Beli apa buk.?"tanya adrian membuat bu ilma tersentak kaget.
"Oh kamu nak. Ini ibu beli nasi goreng sama kebab. Kamu dah makan nak.?" kini bu ilma pun balik bertanya pada putranya.
"Udah tadi buk. Oh ya kapan mbak bisa di bawa pulang.?" kata adrian yang merasakan jika kakaknya sudah tidak betah.
"Sudah besok malah boleh pulang? Hemm. Kamu udah nggak sabar mau pulang kekamar kan?" goda sang ibu shely pun hanya bisa tertawa beserta adiknya.
Dreett. Dreet.
"Ponsel kakak berdering tuh?" tanya adrian sambil melirik ponsel shely.
"Oh.. Ini dari ulfa.?" seketika raut wajah adrian terlihat murung. Shely yang sudah pernah tinggal bersama adrian bertahun tahun. Kini melihat wajahnya terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.
"Adrian?" panggil shely membuat adrian sedikit gelagapan. Shely yang menangkap prilaku adiknya. Kini ia menatap tajam adiknya.
"Ke-kenapa ya mbak. Li-lihatin aku kok gitu amat." ujarnya sambil menunduk.
"Kamu sama ulfa kenapa? Apa kalian ada hubungan dengan ulfa.?" tebaknya. Adrian pun mengangguk.
"Ya allah sejak kapan dek?" tanyanya lagi.
"Se-seja jadi adek kelasku. Sewaktu smp.?" terangnya membuat shely bola matanya membulat. Kini justru shely mencubit pinggang adiknya. Yang kini sudah meringis kesakitan.
"Adududuh. Mbak sakiiiitt. Mbakkk sakiitt ya ampuuunn! Mbak ku kok abis sembuh malah makin galak siih! Lontonggg!.. Eh tolongg!.. Sutelll eh aduh? salah lagi kan manggilnya. Suster sunting aja ni sus biar diem." paparnya setelah para suster masuk dan hendak memeriksa pasiennya. Saat susternya melihat seorang lelaki muda. Yang seperti sedang disiksa ibunya.
"Diam kamu adrian! Awass ya kamu!! Mbak kok selama ini nggak tau?, Kenapa kamu nggak pernah ceritaaa sih adriaannn?." teriak shely dalam ruangan yang merasa jengkel pada adiknya. Dirinya tak tau jika adiknya ada hub sepsial dengan sahabatnya. Meskipun tua an shely namun dia sahabatnya di saat susah maupun senang, Hanya seribu satu yang memiliki sahabat pengertian juga mau diajak susah bersama.
Tiba-tiba saat adrian bisa tertawa tersenyum namun. Semuanya hanya terlihat sekilas saja kini ia kembali murung. Shely pun yang melihat adiknya menunduk dirinya pun bergegas menanyai nya.
"Heyy?. Kenapa adik mbak ini kok tiba-tiba murung gini." tanyanya. Seketika adrian menoleh.
"Tapi seksrang ulfa benci mbak sama adrian." seketika alis shely bertautan.
"Emang kamu buat dia kecewa tau marah gitu nggak." kata shely yang kini tadi nya berbaring beralih duduk diatas ranjang nya.
"Ada kak?." kini adrian pun menceritakan. Awal mula adrian hendak menemui ulfa namun. Hingga penjelasan andi menyadarkan nya. Dan terjadilah kesalahfahaman.
Shely pun manggut-manggut hingga tersennyum pada adrian. Dan memberikan semangat berjuang mendapatkan hati seorang wanita yang dicintai nya.
"Adrian apa kamu sayang sama dia. Apa kamu cinta sama dia. Dan jujur kakak sih yakin kalau ulfa masih sayang sama kamu. Namun keberanian mu itu kurang bisa meyakinkan dia." tak sadar obrolan mereka pun terdengar oleh ulfa yang berdiri diambang pintu. Tadinya ulfa ingin mengetuk ruangan shely namun ia mendengar suara adrian dan shely berbicara.
Saat itu bu ilma pun keluar dari kamar mandi. Dan melihat di kaca jendela seperti ada seseorang. Sehingga ia membuka pintu nya namun tak ada orang.
'Hemm... Kaya ada orang namun kok sepi ya. Paling juga orang yang lewat kali ya' batin nya sehingga bu ulfa pun turut bergabung pada kedua anaknya.
"Haduh. Pada ngomongin apa sih ini. Kayaknya kok serius banget?." ujarnya sembari mendekati kedua anaknya. Yang sedang asyik mengobrol.
Adrian dan shely pun menoleh. Lalu melemparkan senyuman pada sang ibu.
"Ini loh buk adrian. Lagi curhat soal awewek?." Ujarnya sambil tersenyum jail pada adiknya. Adrian yang mendengarnya sontak menyenggol lengan shely. Sehingga membuat bu ilma tersenyum.
"Oh iya drian kamu kesini sama siapa tadi. Ibu jadi lupa nanya karna masuk tadi langsung kebelet." paparnya yang mencoba bertanya pada anak lelakinya.
"Adrian sendiri bu. Ayah tadi ada pengajian dirumah pak khoirun. Emang ada apa buk." tanyanya
"Enggak. Apa-apa tadi kayak ada yang ngintip di jendela. Setelah ibu bukak dan di cek nggak ada siapa-siapa. Apa mungkin ini perasaan ibu aja kali ya. Tau ada yang lewat gitu." tebaknya dan shely adrian sempat berpandangan lalu bicara.
"Iya itu paling firasat ibu aja. Kali aja ada yang ngintip ngecek ini ruangan yang dia cari apa bukan. Gitu makanya setelah ibu cek kaga ada." sambung adrian dan disetujui oleh sang kakak.
"Yasudah kalau begitu. Ibu mau sholat dulu. Drian kamu udah sholat belum kalau belum ambil wudhu. Kamu juga shel mau sholat nggak?." ajak bu ilma pada anak-anaknya.
"Bu?. Aku nggak dulu ya lagi ada tamu bulanan." terangnya.
"Aku tadi udah sholat kok bu pas datang kesini tadi.?" ujar adrian lagi dan bu ilma pun mengacungkan kedua jari besarnya. "Bagus!." ujar bu ilma.
.
.
Tak lama suster pun datang untuk mengecek. Seluruh kondisi pasiennya.
"Permisi? Cek tensi dan detak jantung ya?." ujar susternya sambil mendorong. Gerobak almunium berisikan ob4t sekaligus sunt1kan
"Iya sus. Mari silahkan. Kalau perlu suntik aja kepala atau pipinya mbak." Gurau adrian sambil cekikikan. Shely akhirnya melototkan kepalanya.
"Hahaha. Mbak mbak. Udah lah ngapain takit disuntik. Kan biar sehat." timpal adrian lagi yang takut dengan suntikan.
"Diam! Kau dek!?." pekik nya namun langsung di bingkem adrian. Agar tak mengganggu ibunya sholat. Susternya pun ikut cikikikan.
.
"Iya iya adek nggak gangguin mbak lagi deh. Yasudah adek mau ketoilet. Mbak jangsn lupa itu mulutnya si suntik aja ya." ledeknya sambil mencium kakaknya. setelah melepas bekapannya. Adrian pun segera berlari membuat sustenya ikut tersenyum.
"Jangan didengerin sus. Dia anaknya agak sedeng jadi maklumi ajah ya." ucapnya setengah berbisik. Namun sayang nya terdengar dari orang yang ada. Dibalik pintu kamar mandi.
"Apa mbak! Aku dengar loh haha!." teriaknya dari balik kamar mandi.
"Aduhh apa-apaan kalian ini? Ibu lagi sholat loh malah teriak-teriak macam dihutan saja. Maaf ya sus anak-anak saya suka begini." papar bu ilma yang selesai sholat. Dan meminta maaf pada sang suster.
"Oh tidak apa-apa bu. Ini mbak shely nya besok udah boleh pulang ya. Jadi infusnya saya cabut aja ya." ujarnya dan shely pun mengangguk.
Bersambung..