Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
^Klub Malam Jakarta Barat
Langkah Silas sangat mantap menyusuri koridor Klub Malam tersebut, ia tidak perduli dengan tatapan wanita yang terus tertuju padanya. Malah Silas terus memperhatikan Alana yang merasa takjub dengan tempat yang ia datangi ini. Disaat mereka sudah sampai di ruangan yang telah disiapkan, sebelum masuk Silas ingin mengatakan sesuatu hal pada Alana.
Alana tiba-tiba terkejut karena Silas menatapnya sangat tajam, bahkan menunjuk wajahnya. "Dengar, jangan minum apapun di ruangan nanti. Minum jus saja yang sudah aku pesan, mengerti?" Silas tetap memberikan peringatan kepada Alana.
"Apa urusannya sama dia jika aku mabuk nanti, dia memang selalu saja sok perhatian!" Balas Alana tentunya didalam hati, untuk kali ini Alana hanya mengangguk saja sebagai bentuk menuruti apa yang Silas katakan.
Merasa jika memang Alana memegang teguh semua peringatannya maka Silas yakin untuk masuk. Membuka pintu ruangan masuk disusul oleh Alana dibelakangnya, ternyata kolega mereka sudah menunggu disana.
"Selamat datang, Tuan Silas.." Sapa orang-orang yang ada disana, Alana terus memperhatikan cara Silas menghadapi para kolega tersebut.
Tangan Alana diam-diam diraih Silas untuk duduk disebelahnya, akibatnya Alana tidak bisa memberontak karena menjaga images didepan para kolega yang ada. Jadinya Alana duduk di samping Silas dengan jarak yang sangat dekat, bahkan aroma Silas saja dapat Alana rasakan.
Terus membicarakan masalah perusahaan dan perjanjian saham, banyak hal hingga Alana merasa sedikit bosan sebenarnya. Pandangan mata Alana tertuju pada minuman anggur yang sangat menggoda itu. Tanpa berpikir panjang Alana langsung mengambil minum anggur tersebut, menenggaknya separuh.
Mata tajam Silas melihat kearah Alana yang tetap santai memegang gelasnya. Seakan tidak merasa bersalah akan apa yang telah Alana janjikan sendiri tadi.
"Sudah, jangan minum lagi.." Bisik Silas, ia yakin pastinya kadar alkohol Alana sedikit. Dua gelas saja sudah membuatnya mabuk, tapi malah Alana tetap santai bercerita dengan sekretaris para kolega sembari menikmati minuman anggurnya.
Beberapa jam berlalu akhirnya pertemuan para kolega akhirnya selesai juga, Silas menatap tajam Alana yang masih menenggak habis satu gelas. Bisa dikatakan jika Alana sudah meminum sebanyak lima gelas, pastinya sekarang sedang bertahan untuk tetap sadar diri.
"Alana!" Silas menyadarkan Alana yang tengah memejamkan mata meskipun masih dalam posisi duduk. "Kenapa kau tidak pernah mendengarkan aku, ha?! sudah aku katakan jangan minum alkohol tapi kau tetap_"
"Hust..." Jari telunjuk Alana mendarat pada bibir Silas, ia menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian. "Jangan banyak bicara, Silas. Kau adalah penipu!" Ucap Alana, tubuhnya sempoyongan.
Silas tersenyum sinis akan apa yang Alana katakan, ia memegang erat tangan Alana meskipun penuh pemberontakan.
"Kau salah paham, Alana! Justru kau yang jahat padaku, kenapa kau meninggalkan aku tanpa sebab, ha?!" Tanya Silas dengan berteriak, semua rasa kesal dihati ia tumpahkan sekarang.
Pandangan mata Alana semakin kabur, tubuhnya terasa panas. Apa yang ditanyakan Silas dengan kemarahan tadi sama sekali tidak digubris oleh Alana, ia malah berusaha untuk bangkit.
"Ahhh... kepalaku!" Alana memegang kepalanya yang terasa sakit sekali, mencoba bangkit untuk pergi dari Silas.
Silas terus memperhatikan Alana yang sempoyongan, ia berdecak sebal karena tidak bisa mengabaikan Alana yang sedang tidak sadarkan diri seperti itu.
"Kau selalu saja membuatku khawatir," Ucapnya, Silas bangkit mengikuti Alana yang sudah membuka pintu.
Langkah Alana gontai menyusuri Koridor klub malam sementara Silas tetap mengikuti dibelakangnya. Alana hampir saja terjatuh untungnya ada pria yang menangkap tubuhnya, hal itu membuat darah Silas seakan mendidih.
"Hati-hati, Nona. Kau terlihat menggoda sekali disaat_" Omongan pria itu terhenti karena Silas langsung merebut Alana, ia menatap tajam pria yang hampir saja berkata mesum.
"Dia wanitaku!" Peringatan Silas sangat tegas dan terdengar tidak terbantahkan, hingga pada akhirnya Pria asing tersebut langsung melangkah pergi.
Silas dan Alana saling pandang satu sama lain, Sama-sama saling memberikan tatapan penuh permusuhan. Alana mendorong tubuh Silas meskipun ia kesusahan untuk berdiri tegak tanpa bantuan siapapun.
"Jangan sentuh aku! Ingat, aku membencimu!" Alana ingin melangkah pergi tapi ia sudah tidak tahan mengangkat kepalanya lagi, hingga Alana terduduk di lantai.
"Kadar alkoholmu sangat rendah, lain kali tidak usah minum anggur sialan itu." Ucap Silas, ia berjongkok dihadapan Alana yang tengah menatapnya sendu.
Tiba-tiba saja tangan Alana memegang wajah tampan Silas, menatap pria itu dengan senyumannya. "Mari habiskan malam bersama, bagaimana?" Tanya Alana, ntah kenapa ia bisa mengajak Silas untuk melakukan tindakan itu.
Silas tertawa kecil saja. "Kau bahkan tidak mau bicara baik-baik padaku, lalu sekarang dengan randomnya kau mengajak aku untuk making love?" Silas merasa sangat rendahan dimata Alana.
"Baiklah kalau kau tidak mau, aku akan cari pria lain." Alana berusaha bangkit, tapi segera ditarik oleh Silas hingga kembali berjongkok lagi. "Ada apa? Kau tidak maukan, yasudah aku mau cari pria lain!"
"Apa kau sering menghabiskan malam dengan pria lain selama ini?" Tanya Silas dengan nada berat serta tatapan mata yang sangat tajam. Silas masih menyelidiki apakah Alana memang sedang dikuasai alkohol atau memang inilah sikap aslinya. "Jawab, Alana!" Tuntut Silas.
Alana tetap diam tidak mau menjawab, dengan sedikit sempoyongan Alana bangkit untuk pergi mencari pria malam ini. Alana tidak memikirkan apapun kecuali kesenangan saja, ia sedang dibawah pengaruh alkohol.
Silas tetap diam berdiri menatap Alana yang sudah pergi itu, ia memikirkan semuanya. Membayangkan jika selama ini seperti itulah cara Alana bergaul, hati Silas sangat sakit dengan fakta menyedihkan ini.
"Baiklah, kau boleh dengan kehidupan kelam seperti itu karena belum ada aku. Sekarang tidak akan aku biarkan ada pria lain yang menyentuh tubuhmu!" Silas berjalan cepat menuju Alana, ia menggendong tubuh wanita tersebut dari belakang.
"Ahhhhh!" Alana menjerit tapi segera dibungkam oleh bibir Silas, hingga Alana tidak memberontak lagi. Langkah kaki Silas sangat mantap membawa Alana menuju kamar di mana mereka akan saling menyerahkan diri malam ini.