NovelToon NovelToon
Ruang Hati Sang Kekasih

Ruang Hati Sang Kekasih

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:690
Nilai: 5
Nama Author: Yarasary

Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.

Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.

Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.


bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

" Dokter. " Hanian bersuara dengan tangan menerima dua kapsul obat, menelan nya lebih dulu sebelum kembali melanjutkan kalimat yang ingin ia ucapkan.

" Apa anda cuti? "

Arsenal menggeleng, " Kakak mu yang memberiku tugas menemani mu, dia khawatir karena sempat lepas kendali dan lebih takut lagi jika sampai melukai mu kalau terus berada di dekat mu. "

" Apa kak Tin tega melukai ku? Dia orang yang sangat baik dan menyayangi ku, tidak mungkin kan dia mau melukai orang yang di sayang nya? "

" Tentu saja, tapi siapa yang bisa menahan amarah. Tin menyayangi mu, dan seperti yang kamu katakan, dia tidak akan menyakiti orang tersayang nya. Hanya saja, Tin memang orang yang keras sejak dulu, dia tidak suka di bantah atau larangan nya di langgar. Makanya kakak mu sempat meledak kemarin, karena dia merasa kecewa pada kyler yang tidak bisa amanat untuk menjaga kepercayaan nya.... "

" T-tapi paman kyler.... "

" Ya aku tahu, " Arsenal memotong cepat "dia mau karena kamu mengancam nya, tapi sebenarnya alasan kyler mengiyakan bukan karena dia takut dengan ancaman mu tetapi kyler lebih tidak ingin kamu akan jatuh sakit karena keinginan nya tidak terpenuhi. "

" Paman sangat peduli dengan kesehatan ku. "

" Kami semua peduli pada mu Hanian, semua berharap kesembuhan mu. "

" Maaf. "

" Sudah cukup, " Tangan kekar Arsenal bergerak menangkup wajah Hanian sebelum air mata terjun bebas membanjiri pipi putih gadis itu, " Berhenti menangis, semua nya sudah lewat. "

" Aku merasa sangat menyesal sekarang. "

" Ingat lah perasaan itu, dan jangan berpikir akan mengulangi lagi lain kali. "

Hanian mengamati pergerakan Arsenal yang tengah menata beberapa jenis obat untuk di masukkan ke dalam kotak penyimpanan, "aku akan membuatkan mu sandwich kalau mau. "

" Masih kenyang, dokter duduk saja di sini. Temani aku ngobrol. " Tangan Hanian menepuk-nepuk sofa samping tubuhnya.

" Oke, topik apa yang menarik untuk kita bahas. Film, novel, atau selebritis.... "

" Tidak, " Hanian menyela, merampas remote dari tangan Arsenal dan kembali mematikan televisi yang tengah menampilkan iklan sebuah sabun mandi, "cerita kan lebih banyak tentang kehidupan ku saja, aku ingin mempelajari semuanya. Meskipun akan sulit mendapat kan ingatan ku kembali, aku tetap bisa menjalani hidup seperti biasa nya sebelum kecelakaan yang merampas ingatan ku terjadi. "

" Mau dari segi apa dulu? " Arsenal menyanggupi, berbeda dengan otak nya yang ingin menolak karena mungkin dia perlu merancang sebuah cerita bohong untuk menyenangkan Hanian dan itu jelas bukan pekerjaan seorang dokter, hanya saja Tuhan berbaik hati memberi Arsenal kesempatan untuk menguasai ilmu mengarang.

Apa aku coba jadi author saja setelah ini. Ucap Arsenal dalam hati.

" Rumah. Ceritakan pada ku bagaimana keseharian ku selama ini, baik itu kegiatan, teman dan tentang kakak ipar. "

" Tidak banyak yang aku tahu. selama ini yang aku lihat kamu lebih sering diam di rumah, menonton film, bermain game, dan hanya keluar jika itu tidak bisa di alihkan ke rumah. Kamu akan meminta teman-teman mu datang berkunjung untuk mengerjakan tugas kelompok, bermain di rumah, bahkan tidak banyak yang bisa aku ingat dari wajah-wajah mereka. "

" Apa aku dulu memang sedingin itu? " Kening Hanian mengerut, seakan tak mau mempercayai penjelasan Arsenal.

" Tidak, kamu bukan nya dingin zizi, tetapi lebih ke menyukai kemandirian. Kamu sering menolak bantuan orang lain untuk berusaha melakukan nya sendiri, karena seingat ku kamu pernah bilang kalau 'bergantung pada seseorang sama halnya membiarkan diri kita dilukai dengan sengaja oleh mereka'. Dan aku mempercayai itu. "

Hanian berbinar, dia lebih tak percaya jika dirinya yang dulu ternyata begitu jenius dari apa yang bisa ia tebak, " Aku bicara begitu? "

" Hmm? "

" Sangat menakjubkan, tapi kenapa semua ingatan ini harus hilang. Aku bahkan belum memuji diriku sendiri! "

Salahkan pengarang nya! aku bahkan tidak bisa menemukan kata pujian yang tepat untuk diriku sendiri Zizi, tapi seharusnya ucapan ku sudah masuk akal dan semoga saja karangan menakjubkan ini secepatnya berakhir. Keluh Arsenal dalam hati.

" Kamu akan melakukan nya nanti, " Jawab Arsenal, meraih segelas air dan meneguk nya untuk menghilangkan dahaga akibat berbicara panjang lebar.

" Sudah kan? "

" Masih kurang satu dokter, tentang kakak ipar! "

Ini lebih rumit, apa sudah zaman nya dokter butuh dokter sekarang.

" Aku mungkin tidak bisa bercerita banyak. tanyakan saja apa yang ingin kamu tahu, dan jangan mengeluh jika aku tidak bisa menjawab nya. "

" Ada apa lagi sekarang? " Suara Hanian rendah tanda tak suka.

Arsenal menghela nafas panjang, " tidak ada apa-apa. Aku dokter zizi, dan aku hanya berkunjung ke rumah mu jika di perlukan. berbeda dengan orang yang tinggal satu rumah dengan mu. Dia pasti bisa bercerita lebih baik karena sering melihat interaksi kalian. "

" Apa dokter sedang menyuruh ku untuk bertanya langsung pada kak Tin? "

" Apa kau mengartikan ucapan ku seperti itu? "

" Iya," Hanian mengangguk " karena hanya dia yang pastinya sering melihat interaksi kami. "

" Lalu... Apa kau akan menanyakan hal itu? Menyuruh kakak mu untuk bercerita panjang lebar?"

" Dia tidak akan mau. "

" Kau sudah tahu jawabannya, jadi berhenti lah. kakak ipar mu orang baik, dia menyayangi mu sama seperti kakak mu sendiri. Tapi aku tidak tahu kamu lebih dekat dengan siapa, dan aku pikir hanya itu yang bisa ku beritahu untuk mu. "

Hening beberapa saat, pikiran Hanian kembali berputar mengingat pertemuan tak sengaja dengan Velora. Rasa ganjal di hatinya membuat Hanian terlihat resah, tidak ada yang bisa Hanian lakukan untuk sekarang, mempercayai ucapan Arsenal adalah hal utama yang akan selalu ia lakukan. Tapi jika memang benar velora menyayangi nya, kenapa pertemuan waktu itu terkesan seolah mereka pertama kali berjumpa? Suara gagap dan terkejut memperparah rasa heran Hanian, Hingga perasaan itu lebih buruk ketika melihat air mata yang menetes dari pelupuk mata indah sang kakak ipar yang di anggap nya hanya sebatas perih akibat tak sengaja ada debu yang masuk.

Namun Hanian menyadari jika itu bukan benar-benar kesalahan angin yang meniupkan debu, tapi wanita itu murni meneteskan air mata karena tekanan emosi dalam diri. bahkan Hanian dapat melihat jelas ekpresi murung dan kesedihan yang mendalam meski dalam setiap menitnya velora berusaha untuk terlihat baik-baik nya, mempoles semua perasaan yang muncul dengan seulas senyuman indah.

" Dokter? " Hanian kembali terduduk tegak.

" Iya. "

" Satu pertanyaan lagi, setelah ini aku janji akan kembali ke kamar dan beristirahat. " Pinta Hanian, dengan dua jari yang ia acungkan setinggi kepala.

" Apa masih menyangkut tentang Velora? "

" Benar. Dokter tahu pekerjaan apa yang sedang kak lora lakukan? "

" Tidak. "

" Terima kasih. " Hanian memberikan seulas senyum, lalu bangkit dan melangkah mendekati anak tangga.

" Apa jawaban itu memuaskan? " Tanya Arsenal, menghentikan langkah kaki Hanian.

Hanian berbalik, menatap Arsenal yang masih tak beranjak dari sofa, " Tidak, tapi mungkin aku akan berpikir untuk menanyakan hal ini pada kak Tin langsung."

" Sebesar itu rasa ingin tahu mu? "

" Aku hanya bingung, kenapa kak lora tidak pulang ke rumah, apa mungkin pekerjaan nya belum selesai. Padahal kami tidak sempat bicara banyak, dia terlihat menghindari ku dan pergi tergesa-gesa. "

Arsenal tersentak, " Apa kamu bertemu dengan nya? "

Hanian mengangguk.

Apa? Jadi velora tetap tinggal di Verona selama ini. Dia tidak pergi ke mana pun, dan aneh nya Krittin bilang anak buahnya tidak bisa menemukan wanita itu.

" Aku ada di taman belakang jika kau mencari ku. " Arsenal bangkit, menarik ponselnya dari saku dan melenggang pergi.

" Oke dokter. "

.

.

******

Verona bagian selatan.

SHOOTING RANGE.

Suara tembakan menggema di lapangan, peluru melesat memenuhi papan bundar, membelah jarak dari ujung lapangan ke ujung lain dengan ukuran sekitar tiga puluh meter jauhnya.

Dor... Dor....

Tak ada yang melenceng dari garis tengah, semua peluru yang meluncur bertebaran pada titik tengah dengan sempurna. Tangan kekar itu meletakkan senapan dalam genggaman nya di atas meja yang seukuran pinggang di hadapan nya, memilih senjata api yang lain sebelum kembali memusatkan pikiran untuk fokus pada objek di depan.

" Bagaimana menurut anda tuan? "

Satu tembakan lagi. Krittin menurunkan tangan nya, melepas kaca mata dan mengeluarkan semua peluru yang sempat ia masukkan. " Tidak buruk. Tapi tetap tak ada yang sebanding dengan pretty ku! "

" Bulldog .457 terlalu bagus untuk di bandingkan dengan objek percobaan. " Krittin menambahkan, meninggal kan area lapangan dan berjalan menuju mobil yang terparkir di bawah salah satu pohon besar di sana, sebelum beralih memasuki hutan dengan senjata angin kesayangan nya yang sempat ia bawa dari mansion.

" Apa anda akan mulai berburu sekarang tuan? "

" Hanya sebentar, mungkin dua atau tiga tembakan. Kau tunggu saja di sini."

Jayden mematuhi, terduduk di atas bebatuan dan menghidupkan ipad dalam genggaman nya untuk melakukan pekerjaan yang sempat tertunda. Sesekali ia akan mendongak ketika suara dentuman peluru terdengar, dan itu jelas tidak seperti yang tuan nya katakan. Ada kemungkinan lebih dari tujuh kali Jayden menghitung suara senapan itu memuntahkan isi nya, entah apa yang jadi target saat ini, intinya Jayden hanya berdoa semoga Krittin tidak menyuruh nya memunguti semua hasil buruan, karena itu lebih merepotkan dari pada mengecek ulang semua dokumen perusahaan selama satu tahun.

*****

jangn lupa dukungan nya, macii

1
Nur Rohimah
emosi banget ni orang, 😑
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!