NovelToon NovelToon
KAMPUNG TERKUTUK

KAMPUNG TERKUTUK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Balas Dendam
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nurulina

Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.

Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.

Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Sepuluh menit berlalu, bus yang akan membawa Kirana pun siap berangkat. Dengan cepat, Kirana naik dan memilih duduk di bangku ketiga sebelah kanan dekat jendela. Sebelum bus bergerak, ia tak lupa melambaikan tangan pada sahabatnya, Azka, yang masih berdiri di luar, mengiringi perpisahan itu dengan senyum.

Azka pun membalas lambaian tangan Kirana dengan tangan kanannya. Sebuah perasaan sedih menyelimuti hatinya, mengingat tidak tahu kapan lagi dia bisa bertemu dengan Kirana. Meskipun mereka pernah dekat, perpisahan ini seperti memberi jarak yang tak terbayangkan sebelumnya.

Bus pun mulai melaju, meninggalkan Azka yang masih berdiri di tempat, melambaikan tangan dengan perlahan. Sesaat, ia hanya bisa menatap bus yang semakin menjauh, menyadari bahwa pertemuan mereka mungkin akan lama terlupakan. Jam di tangannya menunjukkan pukul 09.21, dan suasana sekitar terasa hening, seiring berlalunya waktu.

Kirana duduk sendirian di dekat bangku jendela, memilih posisi itu agar bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Sesekali, matanya menyapu pemandangan yang semakin jauh dari kota, dan ada perasaan campur aduk di hatinya—antara rasa rindu dan harapan untuk memulai sesuatu yang baru di kampung.

Kirana juga sengaja tidak mengabari ibu dan adiknya, karena ia ingin memberi kejutan. Niatnya adalah untuk pulang tanpa pemberitahuan, berharap bisa mengejutkan mereka dengan kedatangannya yang tak terduga, dan merasakan kembali kehangatan keluarga yang sudah lama dirindukannya.

Tiga jam berlalu, bus yang tadinya hampir kosong kini telah penuh sesak dengan penumpang. Di sebelah Kirana, duduk seorang wanita paruh baya yang tampaknya juga sedang dalam perjalanan jauh. Kirana pun mencoba memejamkan mata, berusaha tidur agar perjalanan terasa lebih singkat dan beban pikirannya sedikit terangkat.

Jam menunjukkan pukul 15.40 saat bus akhirnya berhenti di terminal. Kirana segera terbangun, merapikan barang-barangnya, dan bersiap untuk turun. Dengan bantuan kenek bus, tasnya pun diturunkan dari bagasi, sementara Kirana melangkah keluar, siap melanjutkan perjalanannya menuju kampung.

Setelah sampai di terminal, Kirana celingak-celinguk mencari ojek untuk melanjutkan perjalanannya. Alhamdulillah, tak lama kemudian, seorang bapak-bapak mengendarai sepeda motor tua mendekat dan menawarkan jasa ojek pada Kirana. Senyum ramahnya membuat Kirana merasa sedikit lega, karena akhirnya ada yang bisa membantunya menuju kampung.

"Ojek neng?"

"Oh, iya mang. Saya mau ke Desa Sukatani, berapa harganya, mang?" tanya Kirana, sambil menatap bapak itu dengan sopan, berharap perjalanan ini tidak terlalu menguras kantongnya.

"50 aja neng"

Setelah menyepakati harga, Kirana segera naik ojek dan menuju kampung nya.

"Neng pulang kampung ya?" tanya bapak ojek itu sambil melajukan sepeda motornya, memecah keheningan perjalanan dengan suara ramah.

"Iya, mang, udah 5 tahun nggak pulang, hehe," jawab Kirana, sedikit tersenyum mengenang waktu yang sudah lama berlalu sejak terakhir kali dia pulang kampung.

"Seharusnya jangan pulang dulu, neng," kata bapak ojek itu dengan nada serius, seolah ingin memberikan nasihat.

"Lah, ngapain gitu, mang?" tanya Kirana, penasaran dengan perkataan bapak ojek yang tiba-tiba terdengar serius.

"Kampung itu sekarang lagi mencekam, neng," ujar bapak ojek itu dengan suara pelan, "Banyak anak gadis dan wanita muda yang hilang di kampung itu, dan banyak juga yang ditemukan sudah nggak bernyawa. Denger-denger, korban yang hilang udah delapan orang, neng." Suaranya terdengar penuh kekhawatiran, membuat Kirana terdiam, perasaan cemas mulai menggelayuti hatinya.

"Iya, mang, ibu juga ada cerita soal itu," jawab Kirana dengan suara pelan, "Itu sebabnya saya pulang, mang. Khawatir sama ibu dan adik saya, apalagi bapak udah nggak ada." Mata Kirana menatap ke jalan, berpikir tentang betapa beratnya situasi yang dihadapi keluarganya tanpa kehadiran ayah.

"Owh, gitu ya neng," kata bapak ojek itu dengan wajah serius, "Saran saya hati-hati ya neng di sana. Kalau bisa sih pindah aja neng. Mudah-mudahan keluarganya neng selalu dilindungi yang Maha Kuasa." Ia menatap Kirana sejenak, seolah berharap agar keluarga Kirana selalu dalam perlindungan.

"Amiiin, iya makasih, mang, atas do'anya," balas Kirana dengan penuh rasa terima kasih, merasa sedikit lebih tenang meskipun kecemasan masih menyelimuti pikirannya.

.

.

.

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di gapura kampung Sukatani. Kirana melihat tulisan "Selamat Datang di Kampung Sukatani" yang terpampang di atas gerbang, dan meskipun kampung itu tampak familiar, ada perasaan cemas yang menggelayuti hatinya, mengingat cerita yang baru saja didengarnya.

Aneh rasanya, kampung ini tampak begitu sepi. Tidak seramai dulu, saat anak-anak kecil berlarian di sore hari. Kini, sama sekali tidak ada, bahkan di lapangan bola—tempat yang dulu selalu ramai dengan suara tawa dan permainan bola—terlihat sangat sunyi. Banyak rumah yang pintunya tertutup rapat, padahal masih sore. Suasana yang tadinya penuh dengan keceriaan kini berubah menjadi sepi dan mencekam, membuat Kirana merasa ada yang tidak beres di kampungnya.

"Aneh," gumam Kirana dalam hati, merasa ada sesuatu yang tak biasa di kampungnya. Perasaan was-was semakin menguasai dirinya. Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah Kirana. Rumah yang dulu penuh dengan kenangan kini tampak sunyi, seolah menyimpan cerita yang belum terungkap.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.05. Setelah membayar, mang ojek pun melaju pergi. Sebelum pergi, dengan suara pelan namun penuh perhatian, ia berkata, "Neng, hati-hati ya di kampung ini." Kata-katanya terdengar seperti peringatan yang membuat Kirana semakin merasa cemas tentang apa yang sedang terjadi di kampungnya.

Kirana hanya tersenyum dan mengangguk pelan mendengar perkataan mang ojek itu. Meskipun perasaan cemas mulai menguasai, ia berusaha terlihat tenang. "Terima kasih, mang," ujarnya dalam hati, berharap semuanya baik-baik saja di kampung.

1
Nganu Kae
lanjut dong kak author
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
Nganu Kae
bagus sih penulisanya nggak bikin bingung pembaca dan menggambarkan situasi yang terjadi
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!