Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Dua orang pelayan menghampiri mereka dan membawakan makanan yang mereka pesan. Abi tersenyum manis saat makanan diletakkan di atas meja. Dia bahkan sudah terlihat tidak sabar untuk memakannya tapi dia menahan diri, bagaimanapun dia harus jaga image dan tidak mempermalukan justin.
Sebotol anggur dibuka dan dituangkan ke dalam gelas oleh seorang pelayan, dan setelah itu gelas anggur diletakkan di hadapan mereka berdua.
Abi semakin tidak enak hati tapi dia berusaha tersenyum. Kenapa mereka seperti sungguhan saat ini?
"Justin, kita hanya pura-pura saja tapi kenapa seperti sungguhan?" tanya Abi berbisik saat pelayan restoran sudah pergi.
"Walau ini hanya pura-pura, tapi aku ingin kita melakukannya dengan sunguh-sungguh untuk mendalami peran," jawab Justin asal.
"Oh ya? Bagaimana kabar gadis yang kau sukai?" tanya Abi sambil makan.
Justin tersenyum dan memandanginya sejenak, "Aku melihatnya dan dia baik," jawab justin.
Abi mengernyitkan dahi, lagi-lagi jawaban yang sama. Apa gadis yang disukai oleh Justin ada di tempat itu? Abi melihat sekeliling mereka tapi tidak ada siapa pun di antara mereka, hanya beberapa pelayan pria saja dan mereka tidak gemuk.
"Apa gadis itu ada di sini?" tanya Abigail pelan.
Justin tertawa, dia ingin lihat. Sampai kapan Abi akan menyadari jika gadis yang dia maksud adalah dirinya sendiri?
"Kenapa kau tertawa?" tanya Abi heran.
"Ya, dia ada di sini dan terlihat cantik," jawab Justin.
Abigail semakin heran, dia kembali melihat sana sini tapi hanya mereka saja yang ada di sana. Matanya menatap Justin, sedangkan pria itu tersenyum. Entah kenapa pertanyaan Sarah waktu itu jika dialah gadis yang disukai oleh Justin jadi teringat. Tidak mungkin bukan jika tebakan Sarah benar?
Tapi itu tidak mungkin, dia sangat yakin jika apa yang dikatakan oleh Sarah sangat tidak benar. Abi memandangi Justin dengan serius. Entah kenapa tiba-tiba dia jadi berpikir, jangan-jangan Justin punya indera keenam dan jangan-jangan gadis yang disukai oleh Justin sudah meninggal lalu jadi arwah dan sekarang gadis itu menempel di belakangnya.
Abi langsung merinding, dia juga berpaling untuk melihat bagian belakangnya. Hal itu tidak mustahil, Justin bilang gadis yang dia sukai juga gemuk, bukan? Dia juga berkata dia sedang membantu gadis itu untuk diet. Bahkan setiap dia bertanya keadaan gadis itu, Justin selalu menjawab jika dia sedang melihatnya dan keadaannya baik. Sepertinya apa yang dia pikirkan sangat benar, jika tidak kenapa Justin memberikan gaun itu dan mengajaknya makan malam di tempat mewah itu?
Kecurigaannya semakin kuat, jangan-jangan arwah gadis yang Justin sukai memang menempel di tubuhnya. Sebab itu Justin mau menjadi instruktur fitnesnya.
"Ju-Justin, apa benar gadis yang kau sukai ada di sini?" tanya Abigail ketakutan.
"Ya, dia memang ada di sini," jawab Justin.
Abi diam, ternyata tebakannya benar. Dia semakin merasa takut, tapi dia tidak berani bertanya kepada Justin. Abi kembali makan dalam diam, sedangkan Justin memandanginya dengan heran. Apa yang telah terjadi?
Makan pembuka sudah habis, makanan penutup dikeluarkan lalu makanan pencuci mulut. Puding dengan kadar gula rendah menjadi hidangan pencuci mulut mereka malam itu. Tentu hidangan itu ibu Justin yang membuatnya.
"Coba ini, kau pasti suka," Justin mendorong puding ke arah Abigail.
"Thanks," Abigail tersenyum, pasti semua perhatian yang diberikan oleh Justin untuk kekasihnya yang sudah tiada. Agar Justin senang, dia akan berperan dengan baik.
"Wah, ini enak," ucap Abi saat mencicipi puding yang diberikan oleh Justin.
"Apa kau menyukainya?"
"Yes, ini tidak manis. Mommy pasti tidak akan melarang jika ini aku jadikan cemilan."
"Baiklah, aku akan membawakannya untukmu setiap hari."
Abi memandangi Justin, apa ini juga untuk gadis yang menempel di belakangnya? Sebaiknya dia tidak menolak karena dia tidak mau Justin kecewa.
Selama menikmati pudingnya, Justin memandangi Abi sambil tersenyum. Abi terlibat canggung tapi dia tahu jika Justin bukan melihat dirinya. Pria itu pasti sedih kehilangan gadis yang dia sukai tapi apa yang dia pikirkan salah. Ini bukan kisah horor Abi 😁.
Makanan sudah habis, sekarang waktunya mengajak Abi berdansa. Justin beranjak dan menghampiri Abigail. Pria itu berdiri di samping Abigail dan sedikit membungkuk sambil mengulurkan tangan.
"Mau berdansa denganku, Nona?" tanya Justin.
"A-Aku?" tanya Abi memastikan.
"Yes, apa ada yang lain?"
"Aku tidak begitu pandai berdansa," jawab Abi.
"Tidak apa-apa, aku juga tidak begitu pandai. Lagi pula hanya kita berdua di sini, bukan?"
Abi melihat sana sini, memang hanya mereka berdua saja. Gadis itu tersenyum dan meletakkan telapak tangannya ke atas telapak tangan Justin. Sejujurnya dia malu tapi ya sudahlah.
Justin membawa Abigail menuju lantai dansa, di mana musik merdu sudah terdengar. Abi tampak canggung saat tangan Justin berada di pinggangnya, bisakah lemaknya dihilangkan untuk sejenak saja? Rasanya ingin menepis tangan Justin tapi dia berusaha menahannya.
Dengan perasaan canggung dan malu luar biasa, Abi mengikuti langkah Justin. Sejujurnya ini pertama kalinya dia berdansa seperti ini karena dia tidak pernah melakukannya bersama Harold. Dia benar-benar canggung dan Justin bisa melihat hal itu.
"Rileks Abi, tidak ada yang melihat kita."
"A-Aku merasa tidak nyaman," jawab Abigail.
"Apa kau akan nyaman jika bersama pria yang bernama Harold?" tanya Justin sengaja.
"Tidak, tentu tidak!" jawab Abigail dengan cepat.
"Jika begitu rileks saja, aku tidak akan menggigit!"
Abigail tersenyum tapi jantungnya berdebar, itu karena tangan Justin yang berada di tumpukan lemaknya. Adakah yang bisa meminjamkannya tongkat sihir? Sungguh dia ingin jadi Cinderela untuk satu malam saja. Tidak perlu sepatu kaca karena akan pecah saat dia gunakan, dia ingin kurus sampai tengah malam saja agar dia percaya diri.
Mereka saling pandang, Abi tidak enak hati. Justin sedang memandangi dirinya atau arwah yang ada di belakangnya?
"Pasti kau sangat sedih," ucap Abigail tiba-tiba.
Justin tampak tidak mengerti, maksudnya?
"Kehilangan orang yang kita cintai memang berat," ucap Abi lagi.
"Benarkah?" Justin semakin tidak paham.
"Ya, kau bisa menganggap aku sebagai dirinya," Abigail menghentikan langkahnya.
"Maksudmu?"
"Gadis yang kau sukai sudah pergi, bukan? Kau memperlakukan aku seperti ini karena dia ada di belakangku, bukan?"
Justin diam tapi tidak lama kemudian, tawanya meledak. Apa sih yang dipikirkan oleh Abigail? Kenapa gadis itu tidak peka sama sekali dan kenapa Abigial punya pikiran seperti itu dan menganggap gadis yang dia sukai sudah tiada? Tawanya tidak juga berhenti, Justin bahkan berjalan pergi sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa. Gadis yang dia sukai ada di belakang Abigail? Apa Abi pikir dia punya indera keenam?
Abi tampak linglung, apa dia sudah salah? Wajahnya tiba-tiba memerah, jangan-jangan dia sudah salah menebak. Dia semakin curiga demikian karena Justin masih juga tertawa.
Di balik ruangan lain, ibu Justin memberi laporan pada suaminya jika putra mereka sedang makan malam bersama gadis yang ada di foto yang selalu ada di kamar putranya.
klara