Mengejar Cinta Yang Ditinggalkan

Hari ini Elia sibuk mengepak barang barang yang akan ia bawa kembali pulang. Sesuai perjanjian dengan Reyhan. Elia tidak membawa banyak barang, karena setiap sebulan sekali ia harus menemani perjalanan bisnis suaminya ke mari untuk kunjungan.

Setelah semuanya di rasa rapi, Elia membaringkan tubuhnya di ranjang. Elia kembali melihat seisi ruang kamar itu, Ia tersenyum sendiri saat terlintas bayangan dia dengan Reyhan saat memadu kasih. Sungguh indah jika di bayangkan. Elia masih tak percaya jika ia akan mendapatkan sambutan cinta yang begitu dalam dari Reyhan.

Elia meraih ponselnya, tiba tiba ia merasa rindu dengan suaminya, setelah sengah hari mereka berpisah.

" Halo. " jawab Reyhan pendek tak seperti biasanya.

Elia menatap ponselnya dan melihat nama orang yang di telpon, ia pikir mungkin salah pencet. Karena biasanya Reyhan akan memanggil dengan kata sayang dan lembut.

" Kak..... " kata Elia menggantung kata.

" Katakan Elia, aku sedang sibuk. " jawab Reyhan.

Elia sedikit kecewa dengan jawaban Reyhan. Ia berharap, Reyhan juga sepemikiran dengannya. Memikirkan kebersamaan mereka.

" Tidak jadi kak. Aku hanya sedang merindukanmu. Baiklah jika kakak sedang sibuk, aku tutup saja panggilannya. " kata Elia dengan mematikan ponselnya.

Entah kenapa hati Elia sangat sedih mendapat jawaban Reyhan yang dingin.

" Aku ini kenapa sih ? Kak Reyhan sedang sibuk bekerja. Harusnya aku tak menganggu. " gumam Elia dengan mengusap wajahnya.

Namun hatinya masih tak terima dengan jawaban Reyhan.

" Apa kak Reyhan sebenarnya kecewa dengan permintaanku. " tanya Elia pada dirinya sendiri.

Elia ingin menghilangkan stres yang mendera, memutuskan pergi jalan jalan sebelum ia meninggalkan Apartemen ini.

Elia turun, berjalan menuju sebuah kolam yang banyak sekali ikannya. Ia baru menyadari jika di apartemen ini terdapat sebuah taman dengan kolam ikan yang sangat banyak. Elia menabur makanan ikan pada kolam tersebut, banyak ikan yang berebut makanan dari yang ia taburkan. Elia sangat senang melihat pemandangan itu. Sampai sebuah panggilan mengagetkannya.

" Iya Rabel, kenapa ? " tanya Elia tanpa basa basi.

" Kau itu, sebagai wanita jutek sekali. Untung saja cantik, jika tidak... tak akan ada lelaki yang suka padamu. " ketus Rabel

" Maksudmu kau menghubungiku hanya untuk mengolok ku. " kata Elia

" Kau itu sedang pms ya El, jutek sekali, hari ini " kata Rabel lagi

" Ada apa Rabel, katakan saja. Jangan buat mood ku tambah buruk. " ketus Elia.

" Tumben sekali kau itu jutek. Tak dapat jatah ya semalam. Bagaimana jika aku yang menggantikan jatah Reyhan. " goda Rabel.

Elia langsung mematikan sambungan telepon mendengar Rabel memyebut nama Reyhan.

Elia melihat ponselnya berdering, di lihat nama Rabel lagi.

" Ada apa Rabel. Jika kamu terus mengolok ku, lebih baik matikan saja. Membuang baterei percuma saja. " ketus Elia

" Yang ada sayang pulsa ku Elia, bukan baterainya. Jika baterainya habis tinggal caz, kalo pulsa habis kan harus beli. " kata Rabel

" Rabel ! kau itu menyebalkan sekali, kenapa aku harus punya teman semenyebalkan dirimu sih. " Elia memutuskan sambungan telepon lagi tanpa mendengar jawaban Rabel yang sangat tidak bermutu menurut Elia.

Tak lama ponsel Elia berdering lagi. Tanpa melihat siapa yang menelpon, Elia langsung menjawab ponselnya dengan makian. Karena entah mengapa Elia hari ini sangat sensitif, mudah marah, tapi juga mudah sekali tersentuh.

" Kamu itu sebenarnya mau apa menelponku ?? Memang tak ada kerjaan yang harus kau urus selain menelpon diriku? " kata Elia dengan ketus, karena tidak tahu siapa yang menelpon

" Sayang ? Kamu kenapa ? Kamu marah karena tadi aku mengabaikanmu? " tanya Reyhan

Elia melihat ponselnya, dan ia baru sadar jika yang menelpon adalah suaminya. Elia mengusap wajahnya, bingung harus menjelaskan, jika ia terus terang, sudah pasti Rabel bisa habis di pukul Reyhan karena berani menggoda Elia.

Untuk menutupi kesalahannya, Elia melanjutkan saja drama yang diucapkan Reyhan, jika ia sedang merajuk.

" Iya, kamu urus saja pekerjaanmu. Toh aku juga tidak sepenting pekerjaanmu. " jawab Elia walau sudah tidak seketus jawabannya yang pertama.

" Bukan begitu sayang. Aku bersusah payah menyelesaikan pekerjaan agar kita besok bisa berangkat pulang ke Indo sayang. Jika aku meladeni mu, yang ada urusan akan terbengkalai dan kita tidak jadi pulang besok. Coba mengertilah keadaan Elia. " pinta Reyhan

" Iya aku tahu kak. Aku minta maaf ya. " kata Elia

" Mungkin nanti malam, aku akan pulang larut malam. Tak perlu menyiapkan makan malam, karena Elwas akan memesankan untuk ku. " kata Reyhan

" Baiklah. " jawab Elia sedikit kecewa

Hati Elia terasa perih saat Reyhan memutuskan tak makan di rumah.

" Kenapa denganku sih. Kak Reyhan lembur karena ingin menuruti keinginanku kembali ke Indonesia. " Elia berdialog dengan dirinya sendiri.

Elia memutuskan kembali naik ke atas. pikirannya goyah, jadi tak bersemangat untuk jalan jalan.

Elia termenung di sofa, sampai pukul tujuh malam lampu rumah tak ada yang ia nyalakan. Padahal ruang di sekitar Elia nampak gelap.

Reyhan menyalakan lampu, dalam hati nya bertanya tanya, kemana Elia pergi, kenapa lampu rumah tak ada yang menyala. Sampai pandangan Reyhan terhenti pada seseorang yang sedang tertidur di sofa.

Reyhan tersenyum dan menghampiri istrinya, rasa lelah yang ia rasakan seharian ini terobati hanya melihat wajah teduh Elia yang sedang tidur. Padahal Elia tidak tidur, ia hanya berpura pura memejamkan mata, saat Reyhan menyala kan lampu.

Di kecup puncak kening Elia, diusap dengan sangat lembut dan kembali mencium kening istrinya. Sampai Elia membuka matanya.

" I Love You. " kata Reyhan saat Elia sudah membuka matanya.

Elia langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher suaminya, karena saat ini Reyhan duduk berjongkok di hadapan Elia yang sedang terbaring di sofa. Elia mencium bibir suaminya berulang ulang. Selama dia masih bisa mencium suaminya, ia tak akan menahannya lagi, ia baru menyadari hatinya begitu perih saat Reyhan yang selalu bersikap manis padanya tiba tiba mengacuhkannya.

Semula Reyhan terbengong melihat kelakuan Elia yang seperti itu, namun akhirnya ia tersenyum dan menyukainya.

" Katakan padaku, apa yang membuatmu seperti ini ? " tanya Reyhan

" Apa kak Reyhan tak menyukainya? " tanya Elia berhati hati.

" Emmmtttt...... "

Elia melihat wajah suaminya, ia takut dengan jawaban Reyhan yang tak menyukai sikapnya tadi. Pasti ia akan sangat malu.

" Tentu saja aku menyukainya sayang, sangat menyukainya bahkan. " jawab Reyhan dengan mencium balik bibir istrinya. Keduanya berpagut dalam kenikmatan surga dunia yang mereka ciptakan. Tak perduli keduanya belum mandi, yang jelas yang ia rasakan saat ini adalah kebahagian yang di ciptakan mereka untuk orang yang mereka cintai. Mereka tak perduli tempatnya sekarang atau waktunya sekarang, yang jelas selama mereka masih hidup, mereka ingin menunjukan perhatian mereka tanpa harus di tutupi satu sama lain.