seorang gadis "bar-bar" dengan sikap blak-blakan dan keberanian yang menantang siapa saja, tak pernah peduli pada siapa pun—termasuk seorang pria berbahaya seperti Rafael.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lince.T, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jaringan yang terhubung
Hari-hari berikutnya berjalan dalam ketegangan yang terus membayangi Liana. Setiap langkah yang diambil terasa seperti ujian, dan semakin banyak informasi yang terungkap, semakin dalam ia terjerat dalam dunia yang penuh kebohongan dan kekuasaan. Namun, satu hal yang semakin jelas bagi Liana—Darius adalah ancaman yang nyata, dan satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menggulingkan kerajaan gelap yang dibangunnya.
Pagi itu, Liana kembali duduk di ruang yang sama dengan pria paruh baya dan wanita yang telah menjadi bagian dari tim yang membantunya. Di meja depan, peta besar kota dan foto-foto orang-orang terdekat Darius tersebar, semuanya saling terhubung dalam jaringan yang mengerikan.
“Kita harus bergerak cepat,” kata pria paruh baya, suaranya tegas. “Darius mulai mencium keberadaan kita, dan kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”
Liana menatap foto-foto itu dengan serius. “Aku sudah mempelajari semuanya. Setiap orang yang ada di sini memiliki koneksi kuat dengan Darius. Tapi satu orang yang paling aku khawatirkan adalah siapa pun yang dekat dengannya secara pribadi.”
Wanita di samping pria itu mengangguk. “Benar, Liana. Tapi kita juga tahu bahwa Darius bukan hanya soal kekuasaan, melainkan juga soal hubungan pribadi. Ada seorang wanita yang sangat dekat dengannya, dan dia mungkin lebih tahu banyak hal daripada yang kita duga.”
Liana mengernyit. “Wanita? Siapa dia?”
Pria itu meraih foto seorang wanita muda yang tampaknya sangat elegan dan misterius. “Ini Clara. Dia adalah tangan kanan Darius dalam banyak hal. Selama ini, dia selalu berada di sisi Darius, bahkan dalam keputusan-keputusan penting. Kita perlu menemukan cara untuk mendekati Clara dan memanfaatkan informasi yang dia miliki.”
Liana merasa ketegangan kembali meningkat di dalam dadanya. Menghadapi Darius adalah satu hal, tetapi harus berurusan dengan orang-orang yang dekat dengannya—terutama Clara, yang jelas bukan sembarang orang—adalah tantangan yang berbeda.
“Bagaimana kita bisa mendekati Clara?” tanya Liana. “Jika dia adalah orang yang sangat dekat dengan Darius, pasti dia akan terjaga dengan baik.”
Pria itu menghela napas. “Itulah tantangannya. Clara sangat cerdas, dan dia tahu bagaimana menjaga jarak. Namun, ada satu cara yang mungkin bisa kita coba. Kita perlu masuk ke dalam lingkaran sosialnya, berbaur dengan orang-orang yang dia percayai, dan mencari celah untuk mendapatkan informasi.”
Liana berpikir sejenak. “Aku bisa masuk ke lingkaran sosialnya. Aku punya banyak koneksi yang mungkin bisa membantu. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian.”
Wanita itu tersenyum tipis. “Kami akan membantumu, Liana. Tapi kamu harus hati-hati. Setiap langkah harus sangat terukur. Clara bukan orang yang mudah ditipu.”
Liana menatap mereka berdua, merasakan betapa besar tanggung jawab yang ada di pundaknya. Jika dia berhasil mendekati Clara, maka itu bisa menjadi kunci untuk membuka semua pintu yang terkunci dalam jaringan Darius. Tapi jika gagal, Darius akan semakin kuat, dan mereka akan semakin terjebak.
“Baik,” jawab Liana akhirnya dengan suara mantap. “Aku akan coba mendekatinya. Aku akan berusaha menjadi bagian dari dunia mereka. Tapi kita harus bergerak cepat. Setiap detik berharga.”
Pria paruh baya itu mengangguk. “Kami akan mendukungmu sepenuhnya. Ini akan menjadi langkah yang sangat berisiko, tapi jika kita berhasil, kita bisa menghancurkan kekuatan Darius.”
Liana menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dalam sekejap, hidupnya telah berubah dari seorang gadis bebas menjadi bagian dari permainan kekuasaan yang rumit dan berbahaya. Namun, dia tahu bahwa inilah satu-satunya cara untuk melindungi masa depannya dan orang-orang yang dia cintai.
Ketika mereka melanjutkan pembicaraan tentang langkah-langkah selanjutnya, Liana merasa tekadnya semakin menguat. Dia tidak akan membiarkan Darius atau siapa pun yang terlibat dengannya merusak hidupnya lebih jauh. Jika itu berarti harus bertindak dengan cara yang lebih licik dan berbahaya, maka Liana siap untuk melakukannya.
Hari itu, ia mulai merencanakan langkah pertamanya untuk mendekati Clara—dengan segala cara yang bisa ia pikirkan. Tidak ada jalan kembali.
Liana tidak membuang waktu. Setelah pertemuan itu, dia langsung mulai memikirkan strategi untuk memasuki dunia Clara. Wanita muda itu bukan hanya sekadar tangan kanan Darius, tetapi juga memiliki jaringan luas yang tak bisa dianggap remeh. Mungkin, di balik keseriusan dan keteguhan Clara, ada celah yang bisa dimanfaatkan. Namun, untuk itu, Liana harus menyusun rencana dengan cermat.
Beberapa hari kemudian, Liana berhasil menghubungi seorang teman lama yang cukup dekat dengan dunia sosialita, yang memiliki koneksi dengan Clara. Teman lamanya itu, Sandra, adalah seorang pramugari yang sering bertugas di pesawat pribadi milik orang-orang kaya. Sandra mengenal banyak orang dari kalangan elit, termasuk Clara.
“Liana, aku nggak tahu apakah ini ide yang bagus,” kata Sandra di ujung telepon. “Clara itu bukan orang sembarangan. Kalau kau ingin dekat dengannya, kau harus berhati-hati.”
Liana tersenyum tipis, meski rasa cemasnya tetap ada. “Aku tahu, Sandra. Aku hanya perlu kesempatan untuk mendekat. Kamu bisa membantuku?”
Sandra terdiam sejenak, seakan mempertimbangkan jawabannya. “Aku bisa mencoba mengatur sebuah acara. Sebuah gala amal yang kebetulan dihadiri oleh Clara. Jika kau ingin masuk ke dunia mereka, ini adalah kesempatan yang baik.”
Liana mengangguk, meskipun Sandra tidak bisa melihatnya. “Itu terdengar sempurna. Aku akan ikut.”
Beberapa hari kemudian, Liana menghadiri acara gala amal yang diselenggarakan di sebuah hotel mewah. Suasana malam itu penuh dengan kilauan lampu kristal, musik yang lembut, dan tamu-tamu yang mengenakan pakaian formal. Setiap sudut ruangan dipenuhi dengan percakapan tentang kekayaan dan kekuasaan. Liana bisa merasakan atmosfer dunia yang sangat berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Namun, dia harus tetap fokus.
Dia mencari Clara di antara kerumunan orang. Sosok wanita muda itu tidak lama kemudian terlihat—elegan dalam gaun malam yang memukau, berdiri di dekat meja minuman, berbicara dengan beberapa pengusaha terkemuka. Clara tampak begitu sempurna, seolah tidak ada celah dalam penampilannya.
Liana menarik napas dalam-dalam, merapikan gaunnya, dan berjalan dengan langkah mantap menuju kelompok itu. “Saatnya,” pikirnya.
Dengan hati-hati, dia menghampiri mereka dan menyapa dengan senyuman ramah. “Selamat malam. Saya Liana,” ujarnya, memperkenalkan dirinya.
Clara menoleh dan menatapnya dengan tatapan tajam, seakan mengukur siapa Liana. “Liana, ya?” jawab Clara, suara yang tenang namun penuh kewaspadaan. “Aku Clara. Apa yang bisa aku bantu?”
Liana tersenyum, berusaha tetap tenang meskipun degup jantungnya semakin cepat. “Saya hanya ingin mengatakan betapa saya mengagumi kerja keras Anda. Darius selalu berbicara banyak tentang Anda. Anda adalah salah satu wanita paling berpengaruh di lingkaran ini.”
Clara mengangkat alis, sedikit terkejut dengan pujian yang langsung diterimanya. “Oh, jadi kau mengenal Darius dengan baik?” tanyanya dengan suara datar.
Liana mengangguk, meskipun dalam hati dia tahu bahwa Darius lebih dari sekadar “mengenal” Clara. Mereka berdua memiliki hubungan yang jauh lebih rumit. “Iya, saya bekerja dalam beberapa proyek yang melibatkan dia. Tapi saya lebih tertarik pada bagaimana Anda bisa menjaga posisi seperti ini di dunia yang penuh persaingan. Itu sangat menginspirasi.”