Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Tentang Perasaan Farid
Cerita yang mengalir dari mulut Astrid membuat mama dan papa nya tercengang, karena Arina yang mereka anggap anak perempuan mereka ternyata mengalami masalah yang sangat berat.
"Ini KDRT namanya nak" sahut papa yang keliatan sangat marah mendengar cerita Astrid, karena Arina itu sangat dekat dengan mama dan papa sejak kecil dibanding kami anak-anaknya.
Arina itu dari kecil sudah dekat sama papa dan mama karena sering dititipkan dirumah mama jika ibu Arina ke luar kota untuk urusan jualan barang dagangannya.
"Ya begitu deh pa...tapi aku juga tidak tahu itu hati Arin terbuat dari apa, dia tidak mau melaporkan Suaminya, dan ini saja untuk visum aku yang paksa dia, karena aku rasa jika suatu waktu bisa dibutuhkan.
"Sudah benar itu yang kamu lakukan nak, tapi kenapa Arina tidak mau melaporkan tindakan suaminya nak?"tanya mama.
"Itu dia ma... yang buat aku rada jengkel juga sama Arin, menurutnya tidak mau membuat masalah semakin melebar kemana mana, dan tidak mau nama baik kedua keluarga tercoreng jika dia melakukan pelaporan tersebut.
"Tapi kan kasian sama Arin nya dek sudah fisik disakiti batin juga tertekan, belum lagi mental anak-anaknya bagaimana tidak mungkin lah jika pertengkaran orang tua didalam rumah anak-anak tidak mengetahui" geram Farid sambil mengepalkan tangannya, dia sangat emosi sekali mendengar cerita Astrid yang barusan dia ketahui faktanya kalo dia tidak mau laporkan suaminya itu.
" Lho kok kak Farid yang emosi begini sih, sabar dong kakak, Arin masih milik orang sekarang hihihihi" ejak Astrid namun perkataan nya barusan membuat mama, papa, dan farid langsung kaget dan tercengang, dan secara bersamaan mama dan papa langsung melihat ke Farid sehingga membuat Farid jadi salah tingkah dilihat seperti itu.
"Maksudnya Astrid itu apa ya kakak?" tanya mama ke Farid
" ehh....itu...itu juga Farid tidak mengerti ma... maksudnya adek apa?" elak Farid sambil melirik tajam ke Astrid sedangkan yang dilirik hanya senyum - senyum manja.
"Adek maksudnya apa tadi itu masih milik orang?" tanya papa juga kerena penasaran dengan perkataan Astrid, dan insting seorang polisi mengatakan jika pernyataan Astrid tadi mengandung makna yang lain.
"Tidak ada maksud apa - apa ma..pa...kan memang Arin masih milik suaminya belum cerai hehehehe" jawab Astrid asal sambil tertawa...
"Jangan dimasukkan dihati dong....Astrid hanya bersyandaaaa....hehehehe" ngeles Astrid lagi masih dengan tawanya
"Jangan macam-macam kamu ya Farid, masalah Arina sudah berat kamu jangan nambah- nambahin lagi" pesan papa.
"Iya nak kasian itu adekmu Arina, beban dia itu berat sekali, kamu jangan buat tambah berat lagi, ya sudah waktunya makan malam" ucap mama sambil mengajak kita semua buat makan malam
Mama dan papa sudah duluan ke ruang makan tinggal Astrid dan Farid, dan saat Astrid akan berdiri mau ke ruang makan tiba-tiba tangan dia ditarik oleh Farid.
"Ehh mau kemana kamu dek? Urusan kita belum selesai ya..duduk dulu jangan main kabur - kabur saja" cegat Farid
"Yee siapa juga yang mau kabur....adek cuma mau ke dalam mau makan malam sama mama dan papa, emang kakak tidak mau makan malam? Kan sebentar lagi kakak mau tugas" sahut Astrid sambil mengajak kakaknya untuk makan malam.
"Sudah kak apa yang astrid tadi ucapkan tidak usah dimasukkan ke hati, tapi kalo memang kakak mau pake hati juga tidak apa-apa, tapi pesan astrid tunggu Arin selesai dulu sama suami nya..
"Astrid tau kok kakak ada rasa kan sama Arin? Sudah lama kan tapi kakak pintar menyimpan rasa itu rapat sekali." jelas Astrid lagi
"Kamu sudah kayak cenayang saja dek....emang dasar apa kamu bilang begitu dan tahu dari mana?" tanya Farid penasaran
"Ya tahu saja kak...memang kakak aja sama papa yang bisa membaca keadaan sekitar, aku juga bisa kak karena aku besar dilingkungan kalian hehehehe" sahut Astrid
"Aku serius Astrid Wulandari...ditanya apa jawabnya apa sih kamu dek" jelas Farid sebel
"Aku juga serius kakak ku sayang....tidak usah bohong lagi soal perasaan kakak, aku bisa kok dijadikan tempat curhat tapi jangan lupa itu tidak GRATIS" jelas Astrid dan menekankan pada kata gratis nya.
"Sudah yuk kita makan malam dulu, nanti kalau kakak sudah ada waktu longgar kita bisa berdiskusi lagi masalah perasaan dan hati kakak, karena kalau malam ini kakak tidak bisa kan karena ada tugas" ajak Astrid sambil menarik tangan Farid ke meja makan.
Akhirnya Farid mengalah, karena pada dasarnya apa yang Astrid katakan semuanya benar, tapi yang buat dia penasaran dari mana dia tau tentang perasaan dia ke Arina.
Setelah melakukan makan malam Astrid membantu mama nya membereskan meja makan, sedangkan Farid bersiap - siap di kamarnya karena akan keluar untuk tugas malam ini.
Setelah ber beres dimeja makan dan di dapur, Astrid ke kamarnya mau melanjutkan nonton nya yang tertunda tadi siang, tapi sebelum melanjutkan nonton nya dia membuka ponselnya yang sedari tadi abis maghrib tidak pernah lagi dia liat.
Ternyata ada telpon dari Arin sebanyak dua kali sejak tadi, tapi karena Astrid ada diruang tamu jadi tidak dengar.
Dengan segera astrid telpon balik ke nomor Arina.
Tut...tut...tut
Setelah berkali - kali Astrid melakukan telepon ke Arina namun tak diangkat juga.
Sedangkan dibelahan bumi yang lain...di rumah Arina
Setelah menelpon Astrid dari kamar anak-anaknya, namun Astrid tidak mengangkatnya, akhirnya dia menyimpan hpnya di atas nakas dikamar anak-anaknya, sedangkan Gala dan adik-adiknya lagi asyik menggambar dan mewarnai, karena mereka sudah tidak mau menonton tv sejak ayahnya marah - marah saat itu.
Arina meninggalkan anak-anak nya dikamar dan menutup pintu kamar.
Arina masuk kedalam kamar nya, dan disana ada suaminya sedang duduk diranjang sambil bermain ponselnya.
Arina pun hanya melewatinya karena ingin mengambil catatan resep kuenya di lemari.
Setelah mengambil resepnya Arina langsung keluar kamar, karena malas berlama lama didalam kamar karena ada suaminya disana.
Arina pun langsung kedapur menyiapkan bahan-bahan untuk persiapan membuat puding pesanan Astrid dan lekker holand pesanan mama Astrid.
Lagi asyik di dapur tiba- tiba suaminya masuk kedapur dan duduk di meja makan sambil menatap Arina.
"Astrid ada acara apa sampai pesan kue ke kamu?" tanya suaminya ke Arina
"Ada acara pengajian di kompleksnya" sahut Arina datar
"Kalo aku ada acara dikantor mau pesan kue di kamu, bisa tidak dibuatkan?" tanya suaminya lagi.
"Tergantung waktu dan jenis nya apa, tapi kalau dalam minggu ini aku tidak bisa karena ada pesanan orang lain" jawab Arina lagi.
"Kok kamu seolah-olah tidak ikhlas ya mau terima pesanan dari aku" tanya lagi dengan mulai memancing pertengkaran lagi
Ufffttt.....apa lagi ini.
terutama suamimu biar tahu diri