Bodyguard Ku Suamiku

Farhan mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menjadi silau saat cahaya matahari menyeruak menerangi seluruh ruangan.

Matanya berpendar ke ranjang yang ia tengah berada di atasnya sekarang, lalu matanya langsung menatap siluet seorang perempuan diantara silaunya sinar matahari yang masuk.

Farhan mendudukkan dirinya seraya mengumpulkan nyawa, ia baru menyadari tubuhnya sedang tidak memakai pakaian bagian atas.

Lalu ia menatap lagi punggung wanita itu ketika sudah memiliki kesadaran penuh, perempuan itu menoleh padanya dengan semburat senyuman manis nan hangat, sehangat mentari pagi ini.

"Hei sayang kau sudah bangun?"

"Nona? apa yang kau lakukan disini?" Farhan terkejut saat mendapati Nadine di hadapannya saat ini yang tengah memakai jubah mandi, pria itu segera berdiri.

"Farhan, ini kamarku.... seharusnya pertanyaan itu untukmu"

Farhan menatap sekeliling, benar saja apa yang gadis itu katakan. Itu adalah kamar nona majikannya.

"Nona, maaf aku sungguh bingung, apa yang terjadi? aku tidak mengerti...."

Ucapan Farhan menggantung saat Nadine mendekat padanya dengan senyuman manis seperti tadi.

"Apa kau lupa tentang semalam?"

"Tentang semalam apa maksudmu?" tanya Farhan semakin bingung, ia mencoba menghindar saat Nadine menempelkan tubuhnya pada pria itu, mengelus lembut dadanya yang terbuka.

"Apa harus ku katakan satu per satu adegan kita?"

"Nona jangan bercanda," Farhan mulai serius.

"Aku mencintaimu Farhan, itu bukan gurauan"

"Huh, nona bukan itu maksudku..." Farhan kembali tidak berkutik saat bertatapan dengan mata gadis yang menjadi bosnya itu.

Menarik nafas dalam, Nadine malah menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki yang masih terlihat bingung.

"Kau harus menikahiku Farhan, kau harus bertanggung jawab atas perbuatan mu semalam," jawab Nadine santai, gadis itu bahkan telah melingkari kedua tangannya memeluk pinggang Farhan.

"Apa? nona, apa yang kau bicarakan? ada apa semalam? maaf aku sungguh tidak mengingat apapun"

"Kau tidak perlu mengingatnya, kau hanya perlu bertanggung jawab sebagai lelaki"

Farhan melepas Nadine lalu menatap mata gadis itu penuh tanya.

"Kau meniduriku semalam"

"Apa?" Farhan tercekat mendengarnya, ia merasa tidak melakukan apapun namun ia juga tidak bisa mengelak saat ia terbangun di kamar dan di ranjang milik Nadine saat ini.

"Tenanglah, ayo kita bicara baik-baik," Nadine menarik pelan lengan Farhan kembali menuju ranjangnya.

"Aku ingin kita menikah secepatnya"

"Maafkan aku nona, aku benar-benar merasa tidak melakukan apapun padamu, aku bahkan tidak mengingat tentang semalam"

"Aku yang ingat Farhan, kau menjamah tubuhku dan sekarang kau menghindar begitu saja? tidakkah kau sedikit lebih gentle untuk mengakuinya, aku tidak menuntut apapun selain menikah denganku"

"Hmmmm nona, setidaknya berilah aku sedikit waktu untuk mencerna apa yang terjadi di antara kita, aku sungguh bingung. Aku merasa tidak melakukan apapun padamu," jawab Farhan pelan.

"Apa aku tidak pernah punya kesempatan meski jadi yang kedua? aku tidak masalah jika hanya menjadi istri keduamu Farhan. Apa kau sangat mencintai istrimu? aku bahkan menjatuhkan harga diriku telah memaksamu tertarik padaku"

Nadine menangis, membuat Farhan serba salah.

"Nona maafkan aku, ayolah jangan menangis. Aku hanya merasa malu jika memang aku berbuat tidak pantas padamu semalam, aku sungguh menyesalinya"

Farhan memegang kedua lengan Nadine, mereka saling melempar tatapan dalam.

"Kau hanya perlu bertanggung jawab Farhan, bagaimana jika aku hamil nanti"

"Nona?"

"Kau tidak percaya padaku? apa perlu kita mengulanginya sekarang agar kau bisa mengingatnya?"

Goda Nadine yang mendekatkan hidungnya pada hidung Farhan, ia mengecup bibir Farhan sekilas membuat pria itu terdiam.

"Nona, maaf jangan seperti ini," Farhan berusaha menghindar, ia berdiri terlepas dari Nadine.

"Apa kau begitu mencintai istrimu? apa kau sama sekali tidak tertarik padaku?" Nadine mulai kesal, wajahnya merah padam saat berteriak pada Farhan.

"Nona kau salah paham tentang Dinda"

"Salah paham? Ck.... istrimu itu sudah menamparku Farhan, meski ku akui akulah yang bersalah, aku mencintai dan menginginkan suaminya, istrimu patut untuk marah padaku"

Jawab Nadine pelan dan menunduk, airmatanya kembali menetes mengingat bahwa pria itu telah memiliki istri.

"Nona Nadine dengarkan aku baik-baik, maaf soal Dinda"

Menarik napas dalam Farhan melanjutkan kalimatnya, "Ketahuilah, aku bukan suami siapa-siapa, aku dan Dinda bukan suami istri. Hmmm.... maksudku aku masih lajang"

Farhan meraih kedua tangan Nadine lalu menatap mata gadis itu dengan serius.

"Apa?"

"Iya, aku rasa kau mendengarku dengan baik"