Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Ada darah bulat
Kini sudah tinggal tiga orang saja yang tinggal fi rumah lumayan besar ini karena Bu Desi dan Pak Har sudah pulang kedesa lagi untuk mengutus sawah dan juga kebun. walau ada anak buah yang mengurus, namun tetap saja rasa nya mereka tidak percaya dan badan pun lelah sekali bila tidak kerja sama di kebun nya.
Andini hanya bisa mengandalkan Wati saja bila ingin sesuatu, tapi itu bila sudah sangat terpaksa karena sebenar nya Andini bukan lah tipe wanita yang terlalu manja. hidup nya yang keras membuat dia terbiasa melakukan apa apa sendiri, ini butuh bantuan hanya karena sedang hamil muda saja.
Awal nya Andini menolak dengan ada nya pembantu karena di rumah ini masih bisa di tangani, Hendra juga tidak setiap hari kerja. usaha mereka di kota yaitu toko baju sudah mulai agak berkembang, jadi tidak mesti setiap hari Hendra kesana untuk memantau toko mereka atau lebih tepat nya adalah toko Andini.
Namun Bu Desi bersikeras ingin ada pembantu agar mereka tak perlu kesusahan mengurus rumah, masalah mengepel dan juga menyapu pasti akan di urus oleh Wati. Andini murni tidak boleh mengerjakan itu oleh Hendra, hanya pekerjaan ringan saja boleh nya agar Nyonya muda ini tidak kecapean sehingga nanti bertambah lemas.
Apa lagi bila pagi maka Andini akan terus muntah hingga lemas lunglai, makan nasi sama sekali tidak mau sehingga sebagai ganti nya harus banyak minum susu dan vitamin. oleh sebab itu lah Hendra tidak bisa membiarkan istri nya tetap bekerja, harus istirahat dan kerja santai saja di sekeliling rumah.
"Kamu udah bangun, Yank?" Andini menyambut suami nya.
"Ughhh, kepala ku kok agak sakit ya." keluh Hendra berbaring di paha istri nya yang sedang menonton televisi.
"Itu lah kalau di bilangi jangan begadang tapi ngeyel, sekarang sakit kepala kan." Andini mencubit pipi suami nya.
"Padahal hari ini mau ketoko, malah sakit kepala." keluh Hendra agak kesal juga.
"Lain kali saja, nanti aku juga mau kesana sih rencana nya mau lihat apa saja yang kurang." ujar Andini lembut.
"Sama aku dong, kamu enggak boleh pergi sendiri." Hendra mencubit hidung istri nya yang mancung.
Saat mereka sedang bercanda bersama dan tak lupa juga tangan Hendra yang menyusup kedalam baju Andini, karena dia ingin mengelus elus anak nya yang mungkin saja batu sebesat kacang merah karena usia kandungan Andini masih sangat muda.
"Ini kopi nya, Tuan." Wati menghidangkan kopi untuk Hendra.
"Besok tidak usah buat lagi untuk ku ya, Mbak! biar Andini saja." ujar Hendra sopan dan pelan.
"Baik, maaf karena saya membuat kan untuk Tuan hari ini." Wati jadi tidak enak.
"Tidak apa apa, untuk kali ini tidak masalah." sahut Hendra.
Hendra memang agak susah di ladeni, bila bukan buatan istri nya maka akan tidak cocok di lidah nya. apa lagi ini masalah kopi, dan terbukti memang kopi buatan Wati tidak masuk dalam lidah pria ini, Andini bangkit menuju dapur untuk membuatkan minuman suami rewel nya ini.
"Mau camilan enggak?" tawar Andini saat menuju dapur.
"Buah melon atau apel boleh lah." angguk Hendra senang.
"Ya udah, tunggu sebentar ya." Andini segera pergi.
Kopi buatan Wati sama sekali tidak cocok dan sekarang dia harus membuat yang baru, Andini cepat mencuci gelas nya karena takut nanti Wati akan tersinggung pula. karena biar pun pembantu, mereka tetap lah punya perasaan.
"Biar saya kupas kan melon dan apel nya ya, Bu?" tawar Wati.
"Enggak usah, biar saya saja." tolak Andini lembut.
"Baik lah, Ibu ingin makan apa siang nanti?" Wati bertanya lagi.
"Heemmm, ini saya mau ubi rebus saja dan sayuran kukus." jawab Andini sambil memikirkan makanan untuk suami nya.
"Tuan apa, Bu?" tanya Wati lagi.
"Buatkan dia seafood saus padang saja, dia suka itu." jawab Andini menuangkan air panas kedalam gelas.
Wati pun membuka kulkas untuk melihat apa saja yang ada di sana, memang sangat lengkap sekali isi nya. mau masak apa pun tinggal ambil tanpa harus berpikir lagi, hidup seperti ini lah yang di idamkan oleh banyak wanita.
"Andai saja aku punya suami kaya raya begini." lirih Wati membayangkan pria kaya.
Andini sudah tidak dengar karena dia pergi kedepan menemani suami nya, Wati melihat pasangan yang sangat bahagia itu. seolah tidak ada beban atau ujian yang allah berikan pada mereka, semua nya berjalan mulus mulai dari rezeki dan juga hubungan kasih sayang di antara kedua nya.
...****************...
Hoeeeeek, Hooeeeeek.
Kembali rasa mual menyerang wanita cantik yang sedang hamil muda ini, Andini membasuh wajah nya dan memperhatikan muntah nya yang hanya cairan bening saja dan bercampur dengan warna merah bergumpal. semakin di perhatikan membuat Andini tambah merinding saja, cepat dia menghidupkan air agar darah itu hilang.
"Masa orang hamil sampai muntah darah?" batin Andini bingung.
Cepat dia mengambil ponsel nya untuk menghubungi Salsa dang adik yang saat ini sudah punya anak satu, dia lebih cepat hamil karena mungkin saja kandungan atau bibit nya subur. sekarang anak Salsa sudah berumur tiga bulan, maka nya Andini ingin bertanya bagai mana keadaan Salsa saat mengidam.
"Hallo, Assalamualaikum bumil." sapa Salsa dengan ramah nya.
"Walaikum salam Ibu muda." balas Andini tak kalah girang.
"Tumben nih pagi pagi telfon aku, ada apa?" Salsa bertanya dengan hati riang.
"Dih lagi senang banget kayak nya kamu." Andini tau nada bicara adik nya yang sedang bahagia.
"Aku tadi malam kan di ajak lah sama Mas Davin, tapi aku tolak dan dia bilang kalau aku mau maka akan di belikan gelang satu suku. eh ternyata beneran, apa ndak bahagia aku." cerita Salsa semangat.
"Dasar matre kamu!" Andini juga tertawa senang.
"Ya harus dong, masa sudah di bocking seumur hidup ndak dapat apa apa." Salsa selalu saja puya jawaban.
"Eh Kakak mau tanya nih, kamu kan kemarin ngidam juga to! pas muntah ada darah yang keluat tidak, Sa?" Andini fokus pada tujuan awal.
"Ada sedikit, mungkin saja karena luka di tenggorokan." jawab Salsa.
"Enggak sedikit ini, lumayan banyak dan bentuk nya bulat bulat. maka nya aku tanya kamu!" jelas Andini.
"Cek saja kedokter, orang hamil emang ada saja!" suruh Salsa.
"Ya sudah, nanti aku mau ajak Mas Hendra lah." sahut Andini.
Sambungan telefon mereka pun terputus karena Salsa tidak bisa mau ngobrol lama lama, bocil nya sangat susah bila mau di tinggal bersantai ria ngobrol dengan Kakak nya.
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄