Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam yang Panjang
Orion terduduk di lantai rumah sakit dengan menyandarkan tubuh nya di dinding rumah sakit. Air mata tak berhenti mengalir. Wajah nya sudah basah oleh air mata. Ia teringat perlakuan kasar nya pada Kaluna. Tatapan mata Kaluna yang sendu. Semakin membuat isak tangis itu semakin kuat.
Senyum manis Kaluna di pagi hari, adalah hal yang paling ia rindukan sekarang. Suara lembut Kaluna ketika memanggil nama nya. Orion benar-benar merindukan nya sekarang. Persetan dengan dendam. Persetan dengan semuanya. Orion tak peduli. Yang ia pikirkan sekarang adalah Kaluna dan buah cinta mereka.
Untuk pertama kalinya dalam hidup Orion ia merasa se tersiksa begini. Ia benci harus mengakuinya. Tapi seperti nya perasaan nya pada Kaluna mulai tumbuh. Ia takut harus kehilangan istrinya, Kaluna.
Lorong rumah sakit menjadi saksi, bagaimana seorang Orion Ivander Damian hancur tak berdaya. Bagaimana tangis nya yang tak berhenti ketika melihat wajah pucat Kaluna dan kepala yang diperban mulai memasuki ruang operasi.
Ia benci dengan diri nya sendiri. Ia benci akan perasaan nya sekarang. Seharusnya ia senang melihat ketidakberdayaan Kaluna kan? Sekarang kenapa ia harus sesedih ini? Ia benci dengan diri nya yang begitu lemah. Orion.. Membenci diri nya sendiri.
"Kaluna.. Kamu harus bertahan. Demi saya, demi anak kita. Jangan tinggalkan Mas, Kaluna" nada itu terdengar seperti bisikan. Hanya Orion yang dapat mendengar nya. Di tengah dingin nya malam, ada permohonan dan do'a yang terucap. Agar keselamatan diberikan kepada orang tercinta.
Orion menundukkan kepala nya, mulut nya tak berhenti menyebut nama Kaluna dan calon buah hati mereka. Ia berharap semoga operasi ini berjalan lancar dan Kaluna baik-baik saja. Hanya itu.
Waktu terasa berjalan lama bagi Orion. Satu jam, dua jam, tiga jam, bahkan sekarang sudah hampir empat belas jam terlewati. Orion tetap pada posisi nya. Sesekali ia melihat jam tangannya dan menghela nafas panjang. Kapan dokter tersebut akan keluar? Kenapa waktu berjalan terasa lama sekali. Apa semuanya baik-baik saja. Kenapa tidak ada kabar sama sekali.
Lampu merah ruang operasi itu masih menyala, menandakan Kaluna masih berjuang di dalam sana. Baru kali ini Orion dibuat menunggu lama dan tidak ada kepastian seperti ini. Sekali lagi ia menghela nafas nya.
Ingatan nya berputar, wajah Kaluna yang tersenyum malu-malu ketika Orion puji, mata hazel Kaluna yang selalu menatap Orion berbinar. Orion merindukan nya sekarang. Suara lembut Kaluna yang selalu menyapa kedua indra pendengaran nya. Kenangan itu terlintas begitu saja di pikiran nya.
"Kaluna..." nadanya pelan. Ada raut penyesalan di sana.
Pintu ruang operasi terbuka, menampilkan sosok yang sudah di tunggu Orion sejak tadi. Orion berdiri cepat dari duduk nya. Matanya tak berhenti menatap sang dokter yang sejak tadi keluar dari ruangan operasi. Wajah dokter tersebut menampilkan wajah kelelahan dan kesedihan.
"Dokter, bagaimana dengan istri saya? Semuanya baik-baik saja kan?" tanya Orion dengan tidak sabaran. Ia mengepalkan tangan nya.
Dokter tersebut menghela nafas nya, ia menatap wajah Orion. "Operasi nya berhasil menghentikan pendarahan di otak nya, tapi..."
"Tapi apa, dokter?! Tolong bicara yang jelas!" ucap Orion dengan wajah tak sabaran.
“Benturan keras itu menyebabkan kerusakan pada korteks serebralnya. Kondisi ini disebut cerebral palsy pasca trauma.”
Orion menatap bingung, "Apa maksud nya?" ada nada kebingungan di sana.
“ Nyonya Kaluna mengalami kelumpuhan otak. Ketika dia sadar nanti, kemungkinan besar dia akan mengalami gangguan fungsi motoriknya. Dia bisa kesulitan bergerak, berbicara, bahkan mungkin… tidak mengenali anda, Tuan Orion.”
Kata-kata dokter barusan, membuat dunia Orion berhenti seketika. Tatapan mata nya kosong. Seperti janji nya dulu, ia berhasil membuat hidup Kaluna hancur. Tapi.. Kehancuran Kaluna juga menjadi kehancuran diri nya sendiri.
Tanpa sadar, air mata menetes lagi. Saat ini adalah titik terendah bagi Orion. Seharusnya ia bahagia sekarang. Kenapa malah sedih berkepanjangan begini? Orion benci diri nya yang begitu lemah seperti ini.
"Kaluna.. Bohong! Itu engga benar. Kaluna- Arghhhh!" menjambak rambut nya. Orion kehilangan kendali diri nya sekarang. Tubuh tegap itu, menjatuhkan diri nya ke lantai. Tatapan itu terlihat menyedihkan.
"Tuan Orion." mensejajarkan tinggi nya dengan Orion. "Dalam beberapa kasus, Nyonya Kaluna mengalami spastisitas—otot-otot tubuh nya akan kaku dan sulit digerakkan. Dia akan memerlukan fisioterapi jangka panjang dan dukungan penuh untuk bisa bertahan. Oleh sebab itu, Tuan Orion harus kuat, Nyonya Kaluna membutuhkan dukungan anda sekarang.”
"Kaluna.." suara nya tercekat. Ingatan itu datang lagi, suara keras nya pada Kaluna. Kata-kata kasar dan menusuk yang ia berikan pada Kaluna, perlakuan kasar nya pada Kaluna. Semua itu berputar di kepala nya. Perasaan itu baru muncul ketika melihat Kaluna terbaring tak berdaya. Rasa bersalah menggerogoti hati nya. Ternyata kehadiran Kaluna mampu merubah segala nya. Kaluna se berharga itu bagi nya.
Penyesalan selalu datang terlambat. Ia ingin memulai semua nya dari awal. Ia ingin memperbaiki sikap nya. Orion.. Ingin memutar waktu. Penyesalan itu teramat dalam sekarang.
Perasaan bersalah, takut kehilangan bercampur menjadi satu. Orion belum siap untuk kehilangan Kaluna. Dulu, hal ini lah yang di tunggu oleh nya. Sekarang, ia membenci situasi saat ini.
Orion tak peduli lagi dengan harga diri nya. Yang terpenting bagi nya sekarang ialah Kaluna. Orion berharap wanita yang ia cintai dan sedang mengandung anak nya segera membuka mata nya.
Ia berjanji akan membahagiakan mereka nanti nya. Tapi, itu cuma harapan semata kan? Ingat konsep takdir? Bisa berubah kapan saja. Orion berharap ia akan berusaha berubah kan? Tapi untuk kedepan nya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjut nya.
Tanpa ia sadari, masalah besar sudah menunggu nya di depan. Orion harus siap di paksa dengan kehilangan. Ini mungkin salah satu cara Tuhan untuk menghukum nya. Mungkin.
Seseorang itu berbalik dengan langkah nya yang mantap. Ia meninggalkan ruangan rumah sakit yang bau akan antiseptik dan wajah penuh pengharapan di sana. Sekarang saat nya ia memulai rencana yang sudah ia susun.
Ini jauh dari planning yang ia atur sebelumnya. Tapi sepertinya takdir berkata lain dan membuat nya semakin mempermudah aksinya. Bunyi dering telepon menghentikan langkah nya. Ia menatap layar ponsel nya dan mengangkat nya.
Suara lembut wanita terdengar dari seberang, "Is it save, Love?"
"Sure, Mine. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu jangan khawatir ya?"
"Aku tunggu kedatangan kamu di sini. Semuanya juga sudah siap. Take care, Love".
"Tunggu saya ya?"
Telepon itu terputus. Pria itu menatap dingin sekitar nya. Ia siap untuk langkah selanjutnya.