Season 1
Nora nggak mau menikah dengan Alan, Ma. Sudah berapa kali Nora bilang, Nora nggak mencintai Alan."
Nora Lee dipaksa menikah dengan Alan, demi kelangsungan perusahaan papanya. Namun, ia memilih kabur, satu-satunya jalan yang bisa menghentikannya dari perjodohan itu.
Devano Aldeva, bocah kelas tiga SMA, anak konglomerat tempat dimana Nora menemukan perlindungan. Akankah kebucinan Devano mampu meluluhkan hati Nora?
"Tant, jangan dingin-dingin nanti aku masuk angin." Devano Aldeva.
"Dev, sekolah yang bener, gombal melulu." Nora Lee.
"Kalo aku udah lulus sekolah, Tante mau nikah sama aku?"
Season 2
Bagaimana jika Darren Aldeva, pria tanpa mengenal cinta mengikuti jejak sang ayah? Mencintai perempuan yang jauh lebih tua?
Terlebih wanita itu adalah janda yang ditinggal mati suaminya, apakah Darren akan jatuh cinta dengan sosok Olivia Resha? atau justru takdir mempertemukannya dengan cinta yang lain.
Happy reading🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Pulang sekolah, seperti biasa Devano melesatkan motornya menuju taman yang biasa Nora datangi.
Tujuannya hanya satu, ingin melihat tante kesayangannya itu barangkali berada di taman.
Namun sepertinya takdir Tuhan belum berpihak padanya, taman kota itu terlihat sepi sekali saat Devano menyusuri setiap sudut dan tempat dimana Nora sering duduk disana.
"Devano!" panggil seseorang, merasa familiar dengan suara itu Devano segera menoleh.
Benar saja, suara Karin dengan senyum dan tangan yang melambai dari kejauhan.
Devano mendengus kesal, lalu segera bergegas ke arah dimana motornya berada.
"Ck, Menyebalkan!" umpat Devano, berusaha menghindari Karin karena malas sekali bertemu dengan gadis itu.
Karin yang merasa Devano mengabaikannya lagi, setengah berlari menyusul.
"Dev, tunggu!"
Devano segera memutar kunci dan melesatkan motornya, membuat Karin berkacak pinggang.
"Sial, awas kamu Dev! Kamu gak akan pernah aku lepaskan."
Karin belum putus asa untuk mengejar cinta Devano, ia akan melakukan segala macam cara demi mendapatkan hati cowok kutub itu, menurut Karin, Devano memang dingin, itu sebabnya ia penasaran setengah mati.
***
Sementara di ruangan wakil CEO, Shaka menatap putrinya tajam.
Sebab Nora berhasil membuat Alan kesal dan memilih pergi, sementara Zain ia masih enggan masuk, memilih berdiri di ambang pintu dan mendengarkan pembicaraan papa dan saudara kembarnya.
"Nora, apa tidak bisa kamu belajar mencintai Alan, apa kurangnya dia?" marah Shaka dengan nada sedikit tinggi.
Nora menghembuskan nafas kasar, memijat pelipisnya yang mendadak pusing.
"Jika papa bicara, dengarkan!"
Nora mengangkat wajah, memberanikan diri menatap papanya, "Aku tidak akan pernah menikah dengan Alan, jika papa terus memaksa lebih baik Mama saja yang menikah dengannya!"
Plak...
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Nora, gadis itu meringis memegangi pipinya.
Ia tak menyangka jika papanya, sosok pelindung dan cinta pertama dalam hidupnya tega menampar Nora hanya karena ia menolak keras menikah dengan Alan.
Tanpa mengetuk pintu, Zain masuk dengan wajah memerah padam.
"Cukup, Pa!" teriak Zain emosi, ia tak terima gadis kecilnya mendapat perlakuan kasar meski itu papanya sendiri.
Nora bangkit, membenahi rambutnya yang berantakan, pipinya masih memerah akibat tamparan Shaka.
"Sayangnya aku bukan Mama, untuk apa aku belajar mencintai Alan jika aku sudah memiliki kekasih dan kami saling mencintai..."
Nora menjeda ucapannya, "Harusnya jika Papa pernah merasa bersalah kepada Om Radit karena Mama, Papa nggak akan pernah memaksa aku untuk menikah dengan Alan."
Sorot mata itu penuh kebencian, Nora membenci papanya kali ini, meskipun jauh di lubuk hatinya masih berharap sang papa merengkuhnya dan membatalkan rencana itu.
Jleb.
Shaka tersindir, ucapan anak perempuannya begitu menohok. Namun ia juga tak bisa membatalkan perjodohan Nora dan Alan begitu saja. Nasib Arsa group kini berada di tangan keluarga Carley.
Sejak putra-putrinya besar, Admaja Group kini dibagi menjadi dua yaitu Samka dan Arsa Group.
Nora mengambil tas juga ponselnya, lalu hendak melangkah pergi, menatap Zain sekilas dengan air mata tertahan.
"Selangkah kamu pergi dari ruangan ini, kamu tak akan pernah mendapatkan apapun dari Papa."
"Pa!" pekik Zain, berharap sang papa menghentikan semua.
Nora memiringkan senyum, kenyataan yang benar-benar harus ia terima ketika papanya memberikan sebuah pilihan.
"Baiklah jika Papa memaksa, aku tidak akan datang lagi ke kantor ini dan menemui kalian, Zain jaga Mama! Aku pergi." Nora melangkahkan kaki meninggalkan Arsa Group, hatinya benar-benar hancur, apakah ia salah kali ini, haruskah ia meredam ego dan menuruti permintaan orang tuanya?
Saat turun, banyak karyawan yang bergosip membicarakan Nora, ada yang mencibir juga ada yang merasa kasian dengan nasib anak CEO itu.
Zain hendak mengejar Nora, namun Shaka buru-buru mencekal tangannya.
"Biarkan adikmu sendiri, dia hanya emosi. Papa yakin dia tidak akan bisa tanpa kita!" ucap Shaka tanpa ekspresi.
"Oh, ya! Sementara kamu mengisi posisi Nora disini, jangan pergi ke luar negeri dulu!" pinta sang papa kemudian melangkah pergi meninggalkan Zain yang masih mematung.
**
Penyesalan itu pasti akan ada, tapi belakangan..
Jika terasa diawal, bukan menyesal tapi percobaan..
"Haruskah aku menyesali keputusanku?" Nora memandangi apartemen milik keluarganya untuk terakhir kali, ia memutuskan pergi, membawa segenap luka dan air mata.
"Apa aku salah, jika menolak menikah dengan Alan." Nora memasukan beberapa pakaian dan barang berharga miliknya ke dalam koper, malam ini juga ia akan pergi dari apartemen.
Nora tak ingin jika besok Zain menemukannya, Nora butuh waktu untuk sendiri.
Beruntung ia masih memiliki tabungan hasil gajinya sendiri selama ini.
Nora memang se-mandiri itu, tapi perihal hati ia memilih menjadi orang yang keras kepala. Dengan gontai Nora menyeret koper keluar apartemen setelah sebelumnya menuliskan kertas kecil jika sewaktu-waktu Zain mencarinya ke apartemen.
Aku pergi, maaf telah merepotkan kalian dengan sikap egoisku,
Aku harap Tuhan selalu menjaga kalian, aku sayang kalian.
Nora Lee,
**
Nora masuk ke dalam mobil sportnya, kemudian melesat pergi meninggalkan gedung apartemen itu, sampailah Nora di taman tempat biasa ia merenung seorang diri.
Akhirnya Nora meluapkannya sendiri, menangis sepuasnya di sudut taman itu.
"Tante," Panggil Devano memastikan, tadinya ia enggan keluar rumah, namun perasaannya mendadak cemas.
Benar saja, Devano melihat Nora sedang menangis sendiri disana.
Nora masih menangis, ia tak menyadari jika Devano berdiri menatung di jarak yang tak begitu jauh.
Betapa Devano ingin memeluk tante kesayangannya itu, sungguh ia merasakan sakit melihat wanita yang ia cintai lemah.
"Tante Nora!" ulang Devano, kemudian gadis itu mengusap air matanya kasar lalu mendongkak.
"Dev!" lirih Nora, tanpa persetujuan Devano langsung mendekat dan duduk tepat di samping Nora.
Devano meraih wajah Nora dan menghapus air matanya.
"Tante kenapa?"
Namun, Nora tak bergeming, enggan menceritakan apa yang sedang ia alami.
"Boleh pinjam bahumu, Dev!" lirih Nora dengan suara bergetar menahan sesak.
Sepersekian detik Devano mengangguk, membiarkan Nora bersandar di bahunya.
Devano sangat paham, Nora sedang membutuhkan seseorang di sisinya, seseorang yang mendukungnya. Meskipun Nora type wanita tegas dan keras, jauh di dalam hatinya, Dev tau ia sangat rapuh, benar-benar rapuh.
Lama mereka terdiam, Nora masih menyandarkan kepalanya di bahu Devano dan dengan sabar Devano mengusap rambut tante kesayangannya itu.
Kenapa harus panggilan tante? karena panggilan itu panggilan kesayangannya untuk Nora.