TANTE Kesayangan Tuan Muda
Nora Lee Alexsandra, gadis cantik berkulit putih serta hidung mancung itu adalah seorang wakil CEO Arsa Group.
Nora merupakan anak perempuan pasangan Kenia dan Shaka yang memiliki saudara kembar bernama Zain.
Gadis berusia 24 tahun itu memilih kabur dari rumah dan tinggal di sebuah apartemen hanya demi menghindari perjodohan orang tuanya.
Shaka dan Kenia ingin sekali menjodohkan Nora dengan anak dari keluarga Carley, sebenarnya Shaka dan Kenia tak ingin memaksa namun perusahaannya kini membutuhkan bantuan keluarga Carley dan mengharuskan Alan menikah dengan putrinya.
"Nora nggak mau menikah dengan Alan, Ma! Sudah berapa kali Nora bilang, Nora nggak mencintai Alan!" tegasnya dengan raut wajah datar, sangat beda jauh dengan sifat Kenia yang dulu pasrah begitu saja ketika dijodohkan orang tuanya.
"Sayang, dengerin Mama, Nak! Cinta itu bisa tumbuh kapan saja seiring berjalannya waktu, mama dulu juga sama sepertimu, tapi perlahan mama bisa mencintai Papa, Nora!" jelas Kenia panjang lebar.
Namun, bukan pengertian yang ia dapat.
Nora tetaplah Nora, gadis itu memiringkan senyum, sembari menatap mamanya, " masalahnya, Nora bukan Mama!" tegas gadis itu kemudian membenahi pakaiannya dan beranjak.
"Kamu mau kemana, nak?"
Nora berbalik, lagi gadis itu memasang wajah datar. Sebenarnya Nora tidak mau bersikap kurang ajar terhadap mamanya. Namun, sampai kapanpun ia tak bisa dipaksa, terlebih perihal menikah.
Tanpa kata, Nora pergi meninggalkan sang mama yang sudah berwajah sendu.
Kenia bahkan tak mengejarnya, Kenia memilih membiarkan Nora menyendiri bersama waktu, ia tau gadisnya bukan tipe orang yang bisa dipaksa.
Nora masuk ke dalam mobil sportnya, lalu menutup kasar, berulang kali menghela nafas, meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar sesak di dalam dadanya sedikit berkurang.
Maafin Nora, Ma! masalahnya ini bukan tentang keinginan yang mudah terkabulkan.
Nora bukan mama, yang bisa menerima perjodohan dan menikah begitu saja, Nora hanya akan menikah dengan laki-laki yang Nora cintai.
Monolog Nora,
***
Nora memilih pergi ke sebuah taman, jika sedang sedih, gadis itu enggan pulang.
Di salah satu kursi di sudut taman, Nora termenung memikirkan perkataan mamanya.
Namun, sejurus kemudian ia menggeleng keras, pertanda sebuah perasaan itu tidak bisa dipaksa.
Seorang laki-laki berwajah tampan dengan seragam putih abu-abu memandangi Nora dari kejauhan, dia adalah Devano Aldeva.
"Tante ngapain sedirian disini?" tanya Devano dengan wajah sok polosnya.
Nora berdecih seraya menatap Devano tajam. "Ck! apa kamu pikir aku setua itu, Dev!"
Nora memalingkan wajah sembari melipat tangannya dada, pertanda ia sedang marah dengan bocah SMA di depannya.
Tanpa diminta, Devano memilih duduk di sisi Nora, lalu menyunggingkan senyum.
"Tante, mau es krim nggak? Aku yang tlaktir!" Seru bocah SMA itu. Namun, bukan jawaban yang di dapat, Nora justru menjitak kepala Devano, hingga bocah tampan itu meringis.
"Tan, kenapa dijitak, katanya sayang!" omel Devano sembari memegangi dahinya yang sakit.
"Utututuy, sakit ya? mana yang sakit, Hm?"
Devano dengan cengir khasnya menunjuk bagian dada, iya dada Devano sakit.
"Sini, Tan! yang sakit."
Seketika Nora menjewer telinga Devano kuat-kuat.
"Ampun tante sayang!"
"Dev, aku nggak setua itu ya? jangan panggil tante kenapa, hm? kita cuma selisih 5 tahun," Gerutu Nora dengan bibir mengerucut.
Sebenarnya wajah Nora masih terlihat imut dan cantik, bahkan gadis itu sama sekali tak terlihat tua. Nora terlihat seperti gadis seumuran Devano, hanya saja bedanya Nora lahir lebih dulu.
"Ck! Aku panggil tante bukan karena tante tua, hm! Tapi karena tante itu, panggilan sayangku!"
Astaga, bukankah sikap Devano sangat menyebalkan, bagaimana bisa ia menyukai wanita berumur matang seperti Nora.
Devano Aldeva, bocah berusia 19 tahun itu sangat menyukai Nora, selain sikap Nora yang sedingin kutub utara, membuat setengah mati Devano penasaran, juga galaknya Nora kenyataannya membuat bocah kelas tiga SMA itu senang menggodanya.
Devano bangkit, meninggalkan Nora yang kesal tanpa kata.
Kembali gadis itu murung, padahal tadi ia bahagia dengan kehadiran Devano yang mampu membuatnya tersenyum meski senyum itu tertutup oleh wajah datar dan gengsinya.
Nora hendak bangkit, akan tetapi urung kala melihat Devano datang lagi menghampirinya dengan membawa dua cup es crim.
"Dev nggak tau tante suka rasa apa? makanya Dev belikan dua rasa, Vanilla sama coklat."
Lalu Devano menyodorkan satu cup es crim kepada Nora, gadis itu menerimanya dengan hati berbinar bahagia.
"Thanks, Dev! buat es crimnya, btw kenapa enggak langsung pulang, nanti kalo dicariin mamamu gimana?" Tanya Nora menatap lekat Devano.
"Mama malah seneng kalo aku ngabisin uangnya," Devano terkekeh lalu menatap lurus kedepan tanpa berkedip.
"Mama kerja juga buat Devano katanya, mama selalu beralasan begitu kan kalo Devano ajak pergi, makanya Dev habisin uangnya, biar bermanfaat yang kerja..." Devano menjeda ucapannya sejenak, lalu menghela nafas kasar.
Sorot matanya berubah sendu, "Bagi mama sama papa, itu yang penting uang! mereka selalu bolak-balik luar negeri dengan alasan bisnis!" Ucap laki-laki itu kini dengan wajah menunduk, hya! Devano memang lahir dari keluarga kaya, namun ia dibesarkan kurang kasih sayang orang tuanya, orang tuanya selalu sibuk kerja, hingga Devano selalu merasa kesepian.
Susah payah Nora menelan es crim pemberian Devano. Bukan tidak suka tapi gadis itu mendadak kehilangan nafsu mendengar kisah Devano.
Bukankah seharusnya sekarang Nora merasa bersyukur, memiliki keluarga yang selalu sayang dan perduli bahkan terlalu perhatian padanya?
"Dev, aku tahu ini berat buat kamu, tapi kamu nggak sendiri!" seru Nora sembari mengusap bahu Devano lembut, bocah itu mendongkak, menatap iris mata Nora hingga keduanya sejenak beradu pandang.
Setelah dirasa tenang, Nora bangkit mengingat mentari senja sudah mulai tenggelam, langit mungkin sebentar lagi berubah gelap.
"Pulang, Dev! Aku mau pulang," Seru Nora kemudian hendak melangkah pergi.
Devano menurut, ia berjalan di belakang Nora menuju parkiran.
"Kamu bawa mobil kan?" tanya Nora.
"Iya, Tan. Emangnya kalo nggak bawa mobil, tante mau nganterin aku pulang?" tanya Devano.
Nora menggelengkan kepalanya, "cari taxy lah, masa aku suruh nganter, ogah!"
"Tan," panggil Devano, Nora seketika menoleh.
"Apa, hm?"
"Jangan dingin-dingin, nanti aku masuk angin!" Seru Devano kemudian berjalan menyamai Nora.
"Dev, kamu masih bocah! Belajar yang bener, sekolah sampe lulus, gombal melulu!" omel Nora kesal.
Devano nyengir kuda, "kalo udah lulus, tante mau nikah sama aku?" tanya Devano.
Namun, siapa yang tau pertanyaan konyol itu justru tulus dari dasar hatinya.
Deg!
Nora tertegun dengan ucapan Devano, ia cukup syok!
Bagaimana mungkin bocah kelas 3 SMA mengajaknya menikah setelah lulus sekolah.
"Ceh, masih kecil ngomongin nikah? emang bisa berdiri!" cibir Nora.
"Lah, ini Dev lagi berdiri, Tan!" Seru bocah itu dengan tatapan mata penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Al^Grizzly🐨
apa Dev pernah ketinggalan kelas Thor?...kok umurnya 19 tahun masih kelas 3 SMA...kan biasanya yg kelas 3 SMA itu umurnya 18 tahun...kecuali dia tertinggal kelas....malah ada juga yg masih 17 tahun sudah kelas 3 SMA...ini sudah 19 tahun thor?
2024-05-07
0
Fera Wati
apa ya yg berdiri Tan😂
2024-04-18
1
𝐀⃝🥀Alyyaaa🥑⃟🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
hmm😌ternyata panggilan sayang toh🗿🤣
2023-01-04
5