Gadis kutu buku tiba-tiba mendapatkan sistem play store yang menyatakan jika update bumi akan segera terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Desa
Semua game mencantumkan harga 0 karena Sekar memiliki kupon diskon 100%.
Ada ribuan game dalam Play Store, membuat Sekar semakin dilema. Dia berpikir untuk memilih game yang paling dibutuhkan saat ini, game yang dapat menghasilkan sumber daya, makanan, pengalaman bertarung, tempat untuk mengasah keterampilan dan perlengkapan.
"Tapi game apa yang menawarkan itu semua?"
Sekar teringat sebuah game di mana pemain akan ditempatkan di lokasi acak dalam dunia yang sepenuhnya persegi. Dalam game itu, pemain tidak dibekali apa pun, namun hampir bisa melakukan segalanya.
Dari bertani, menambang, berburu, membuat perlengkapan hingga melawan zombie dan monster semuanya bisa dilakukan dalam satu game.
"Aku pikir itu adalah pilihan yang cocok."
Setelah menentukan pilihannya, Sekar mengetik nama game tersebut di kolom pencarian.
[Apakah Anda ingin membeli Minecraft menggunakan kupon diskon?]
"Ya, tolong."
[Pembelian berhasil.]
Ikon Minecraft segera muncul di layar. Tanpa ragu, Sekar langsung memainkan permainan itu.
[Memasuki dunia Minecraft.]
Cahaya tiba-tiba bersinar terang menyilaukan setelah notifikasi berakhir. Ketika cahaya mulai redup, Sekar merasakan perbedaan pada dirinya.
Melihat rambutnya yang bertambah panjang serta tidak ada kacamata di wajahnya. Sekar pun sadar jika dia sedang menggunakan Scarlett, Avatar ID Player yang telah dia buat sebelumnya.
"Wow... Ini dunia Minecraft..."
Sekar mendapati dirinya berada di dalam hutan lebat. Setiap pohon yang dia lihat berbentuk kotak, menandakan bahwa dia memang berada di dalam game Minecraft.
"Keren!" serunya dengan semangat.
Sekar langsung berjalan menuju pohon terdekat dan meninjunya.
Braak!
"Uwaa... Ini sakit!"
Memukul pohon tidak semudah memukul kepala manusia. Dia merasakan dampak dari tindakannya, tapi terdapat retakan di bagian pohon yang dia tinju, menunjukkan jika tindakannya tidak sepenuhnya sia-sia.
Merasa yakin bahwa pukulannya dapat menghancurkan pohon itu, Sekar mengambil ancang-ancang dan kembali memukul pohon tersebut.
Suara pukulan terdengar menggema di dalam hutan setiap kali gadis itu memukuli pohon dengan tangan kosong.
Suara letupan kecil terdengar saat akhirnya dia bisa menghancurkan kayu di depannya dengan enam pukulan. Satu balok kayu jatuh, yang segera Sekar ambil.
Dia menatap pohon yang tengahnya patah karena pukulannya, namun bagian atas pohon itu tetap melayang di udara.
"Ini memang Minecraft," gumamnya.
Glondong kayu yang dia dapat dimasukkan ke dalam inventori untuk dijadikan papan. Papan itu kemudian akan menjadi bahan membuat crafting table, item inti dari game ini.
[Apakah Player ingin membuat crafting table?]
Sistem tampaknya mengetahui apa yang akan Sekar buat, lalu menawarkan bantuan.
"Ya, tolong buatkan crafting table."
[Permintaan dikonfirmasi.]
Sekar merasa terbantu dengan adanya sistem asisten karena dia tidak perlu melakukannya secara manual. Dalam hitungan detik, crafting table berhasil dibuat.
Dia kemudian kembali memukuli sisa kayu dari pohon sebelumnya untuk membuat sebuah kapak kayu.
***
Setelah berhasil membuat kapak kayu, pekerjaan menebang pohon menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Sekar tak lagi harus merasakan sakit akibat memukul batang pohon dengan tangan kosong.
"Beeeraaiin!"
Suara erangan terdengar dari kejauhan, semakin lama semakin mendekat. Sekar segera menyadari bahwa keberadaannya telah diketahui oleh salah satu monster ikonik di game Minecraft.
"Apakah mereka bisa mendengar suara saat aku memotong kayu?" pikirnya.
Suara itu semakin jelas, Sekar meminta sistem untuk membuatkan pedang dan perisai menggunakan bahan kayu yang sudah dia kumpulkan.
[Pedang kayu dan perisai kayu telah dibuat!]
Segera setelah menerima perlengkapannya, Sekar bersiap menghadapi ancaman, tepat ketika empat zombie muncul dari berbagai arah.
Melihat jumlah mereka yang tidak terlalu banyak, Sekar memutuskan untuk mencoba beberapa eksperimen.
"Pertama, mari kita lihat seberapa kuat mereka," gumamnya sambil meregangkan jari-jarinya. Kali ini, dia memilih untuk melawan dengan tangan kosong.
Sekar melesat ke arah zombie terdekat. Ketika zombie itu menyerangnya dengan ayunan tangan, Sekar dengan cekatan menghindar, lalu memberikan pukulan keras ke dagu zombie tersebut.
Pukulan itu membuat zombie terlempar ke atas. Tak membuang waktu, Sekar segera menangkap kakinya dan membantingnya ke tanah.
"Graaaiinn!"
Meski telah menerima serangan brutal, zombie itu masih berdiri, tampak tidak terlalu terpengaruh.
"Pertahanan mereka cukup kuat. Mungkin sudah berada di level mutasi kedua," gumam Sekar, menilai kekuatan musuhnya.
Tanpa disadari, zombie lain mendekat dari arah belakang. Sekar segera menghunus pedang kayunya dan melancarkan serangan. Tebasan itu langsung melukai zombie, membuatnya terdorong mundur.
"Wow... Awalnya kupikir pedang ini tidak akan berguna. Tapi ternyata cukup efektif,"
Sekar sempat meremehkan pedang kayu karena tampilannya yang sederhana. Namun, setelah mencoba menggunakannya, dia sadar bahwa senjata ini memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan.
Dengan pedang kayu, Sekar berhasil mengalahkan keempat zombie dengan relatif mudah. Setiap zombie yang dikalahkannya memberikan pengalaman yang cukup untuk menaikkan level. Setelah mengalahkan semuanya, dia naik ke level 2.
"Apakah kenaikan level ini juga akan memengaruhi tubuhku di dunia nyata?" tanyanya penuh harap.
[Tidak. Game Minecraft tidak memiliki sistem peningkatan statistik melalui kenaikan level.]
Jawaban sistem membuat Sekar sedikit kecewa. Meski begitu, dia tetap mengingat bahwa experience points dalam Minecraft bisa digunakan untuk membuat item khusus di kemudian hari.
Setelah mengumpulkan beberapa daging busuk yang dijatuhkan oleh para zombie, Sekar melanjutkan perjalanannya menembus hutan. Hari mulai sore, dan dia berharap bisa menemukan desa untuk berlindung sebelum malam tiba.
***
Sekar terus berjalan tanpa arah, mengandalkan insting karena tidak ada peta atau penunjuk jalan. Setelah beberapa menit, dia mulai merasa tersesat. Hutan seolah tak berujung, dengan pemandangan yang tampak sama di setiap sudut.
Namun, meskipun terasa seperti berputar-putar, perjalanan itu tidak sia-sia. Sepanjang jalan, Sekar berhasil menemukan beberapa item berguna: semangka segar, bunga beragam warna, dan bambu yang nantinya bisa digunakan untuk membuat buku.
Tiba-tiba, suara melesatnya panah memecah keheningan. Swiiing! Sebuah anak panah terbang ke arahnya, namun meleset tanpa perlu dihindari. Sekar tersenyum tipis.
"Ah, akhirnya kau muncul juga," gumamnya, sedikit bersemangat.
Di depannya berdiri sebuah skeleton archer yang terus menembakkan panah dengan akurasi buruk. Dengan santai, Sekar mengangkat perisai kayunya. Beberapa anak panah berhasil ditahan, sementara sisanya meleset jauh.
"Serius? Dengan akurasi seperti itu, bahkan tanpa perisai aku tetap tidak akan terluka," ejek Sekar dengan nada sinis.
Setelah mendekat, dia mengganti perisainya dengan pedang kayu dan langsung menyerang. Beberapa tebasan di leher sudah cukup untuk menjatuhkan skeleton itu.
"Senjata baru, akhirnya!" katanya puas sambil mengambil busur panah dan beberapa anak panah yang dijatuhkan monster itu.
Perjalanannya berlanjut hingga dia melihat seekor serigala. Awalnya, dia berniat menyerangnya, seperti yang biasa dia lakukan pada monster lainnya. Namun, sebelum sempat bertindak, perhatiannya teralihkan oleh sesuatu yang lebih menarik.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada empat laba-laba raksasa yang berkeliaran. Mata Sekar berbinar. Tanpa ragu, dia bersiap menyerang, membayangkan item drop yang akan dia dapatkan.
Dia menarik busurnya dan melepaskan satu anak panah, yang langsung melukai salah satu laba-laba. Serangan itu membuat ketiga laba-laba lainnya menyadari keberadaannya. Mereka serempak bergerak menyerang, melemparkan jaring-jaring lengket ke arahnya.
Namun, Sekar dengan mudah menghindari serangan itu. Dia menembakkan panah lain ke arah laba-laba paling jauh, sementara dirinya berhadapan langsung dengan laba-laba terdekat, menggunakan pedang kayunya.
Jraass! Sebuah serangan keras mendarat di kepala laba-laba itu, melukainya cukup parah, meskipun belum cukup untuk mengalahkannya.
Laba-laba lainnya menyerang bersamaan. Sekar menahan serangan itu dengan perisai kayu, memanfaatkan kelincahannya untuk menghindari serangan yang berpotensi mematikan.
Dia terus menyerang, mengayunkan pedangnya dengan presisi, melukai laba-laba satu per satu. Sementara itu, laba-laba di belakang mencoba melancarkan serangan dengan jaring lengket. Tapi Sekar lebih cepat, dia melempar kapaknya, mengenai laba-laba itu tepat di tubuhnya.
Pertarungan berlangsung selama lima menit yang intens, hingga akhirnya keempat laba-laba raksasa itu lenyap. Sekar memungut item drop berupa string dan spider eye yang tertinggal di tanah.
"Bagus aku bisa membuat potion anti racun dengan mata laba-laba, lalu jaringnya bisa digunakan untuk membuat pancingan," gumamnya sambil memasukkan hasil buruannya ke dalam inventori, sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
***
Sekar menemukan sebuah bangunan misterius di tengah hutan. Dia segera menyadari bahwa itu adalah kuil hutan, sebuah tempat yang terkenal menyimpan banyak harta berharga.
Tanpa banyak berpikir, Sekar memutuskan untuk memasuki kuil tersebut. Namun, dia tetap waspada karena tahu bahwa tempat itu dipenuhi jebakan mekanis.
Di dalam kuil, Sekar bertemu dengan seorang skeleton penjaga yang berhasil dia kalahkan dengan sedikit perlawanan.
Namun, saat dia berpikir situasi sudah terkendali, seekor Creeper tiba-tiba muncul dan meledakkan dirinya. Ledakan itu hampir saja membuat Sekar tewas, tapi dia berhasil bertahan dengan sisa nyawa dua segera memulihkan diri dengan memakan dagi bakar.
Setelah melewati berbagai tantangan, Sekar akhirnya menemukan sebuah kotak harta karun yang tersembunyi di dalam kuil. Dengan penuh antusias, dia membukanya dan menemukan berbagai barang berharga.
Di antaranya adalah pedang besi, sepatu besi, dan armor emas. Dia juga mendapatkan makanan seperti daging, kentang, wortel, dan labu, yang akan sangat membantunya bertahan hidup.
Tak ingin melewatkan apa pun, Sekar juga menjarah kotak harta karun itu sendiri dan mengambil Dispenser yang menjadi bagian dari jebakan mekanis di kuil tersebut. Setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, dia meninggalkan kuil dengan hasil rampasannya.
Saat keluar, langit mulai gelap, menandakan malam akan segera tiba. Sekar berdiri di atas tebing, menikmati pemandangan indah matahari terbenam.
Dari kejauhan, dia melihat sebuah padang rumput luas dengan sungai yang mengalir mengelilinginya. Di tengah padang itu, tampak sebuah desa kecil dengan 6 rumah warga.
Senyum lebar muncul di wajahnya. "Akhirnya, aku menemukan tempat yang cocok untuk dijadikan basecamp," katanya dengan penuh semangat.
Tanpa ragu, Sekar melompat dari tebing yang tingginya puluhan meter, menuju sungai di bawahnya. Berkat air, dia mendarat tanpa mengalami luka sedikit pun. Segera, dia berlari menuju desa itu.
Tanpa basa-basi, Sekar memasuki salah satu rumah warga, langsung menuju kasur, dan tidur tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada penghuni rumah.