Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Pov Desi
Aku kesiangan berangkat ke Kantor, hampir saja aku terlambat. Aku gegas berlari masuk dan akan masuk ke dalam lift tapi, belum sampai di depan lift aku menabrak seorang wanita.
"Aduh, maaf maaf, saya tak sengaja karena sedang buru-buru." Ucapku.
Aku melihat wanita tersebut.
"Loh, Ayu, wah kamu udah balik gak kabar-kabar, awas nih aku tagih janjimu." Ucapku terkejut.
"Ehm"
Terdengar suara deheman bosku.
Aku baru sadar jika Ayu sedang bersama bosku.
"Eh, Pak. Maafkan saya karena tidak menyadari keberadaan Anda." Ucap ku meminta maaf lalu aku segera membungkukkan tubuhku hormat.
"Kamu, saya hukum, setelah ini datang keruangan saya." Ucap Bosku tiba-tiba.
Duarr,,,,
Aku pun langsung merasa lemas.
*Mati aku.* Batinku.
Pak David dan Ayu berlalu pergi menaiki lift khusus CEO, sedang aku naik menggunakan lift khusus karyawan. Aku merasa waktu terasa begitu lambat. Hanya ingin naik keruangan saja seperti berjam-jam. Setibanya aku di ruangan ku, aku meletakkan barang-barangku. Karena aku mendapat hukuman dari Bos, aku gegas naik ke ruangan CEO. Tubuhku rasanya gugup dan takut, telapak tanganku begitu dingin.
Aku menyapa sekretaris Jonathan disana. Dan aku bilang kalau ada perlu dengan CEO dan itu atas permintaan Pak David. Aku diperbolehkan dan disuruh langsung masuk ke dalam.
Aku mengetuk pintu. Lalu membukanya dan masuk ke dalam. Terlihat Pak David sibuk di kursi kebesarannya, sedang Ayu duduk santai di sofa ruangan itu.
Aku mengedipkan mata tanda meminta tolong, namun Ayu malah meledekku. Aku pun langsung menghadap Pak David.
"Se-selamat pagi, Pak." Sapaku.
"Hm, ya."
"Sa-saya mau min-ta maaf soal tadi di bawah, Pak." Mendadak aku jadi gagap.
"Kamu saya hukum." Ucap Pak David.
"Ba-ba-ik,Pak. Ap-pa hukuman say-ya, Pak?"
"Apa kamu memang gagap begitu?" Ucap Pak David.
*Ah sial, kenapa aku bisa gagap sih, jadi dikena introgasi kan. Pasti Ayu ngetawain aku nih.* Batinku.
"Tidak, Pak." Jawabku.
"Siap-siap menerima hukumanmu." Ucapan Pak David begitu dingin.
Aku hanya bisa pasrah mendengarnya.
"Kamu saya hukum buat nemenin istri saya. Jangan sampai membiarkan istri saya sendirian. Saya ada meeting hari ini. Jadi, sebelum saya kembali, pekerjaanmu hanya menemani istri saya gak ada yang lain." Ucap Pak David.
Aku melongo mendengarnya, aku kira aku akan dihukum berat tapi, ternyata hanya menemani Ayu, ah itu mah kecil.
"Baik, Pak. Akan saya laksanakan." Jawabku dengan tegas.
Setelah itu Pak David berdiri dan melewati ku, dia pamit kepada Ayu, aku pun memutar tubuhku untuk melihatnya.
Auhh,, aku melihat mereka berdua betapa romantisnya. Bisa Ayu ketiban rejeki nomplok begini. Aku jadi iri. haha..
Pak David pergi dan aku segera mendekati Ayu.
"Eh buset kamu tau gak tadi jantungku rasanya udah mau copot?" Ucapku.
Ayu malah ketawa.
"Kamu malah ngetawain aku, bukannya bantuin aku." Sambung ku.
"Loh, ini kan aku udah bantu kamu buat nemenin aku doang." Jawab Ayu.
Aku pun manggut-manggut membenarkan ucapan Ayu.
"Ingat nih, kamu punya hutang janji sama aku loh, Ay. Katamu mau ceritain gimana kamu bisa sama Pak David." Ucapku mengingatkan Ayu soal janjinya.
"Iya, sabar, tarik nafas, keluarkan." Sahunya.
"Eh kamu malah bercanda, buruan ah aku udah gak sabar nih pengen denger." Ucapku yang udah gak sabar.
Akhirnya Ayu menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Pak David sampai ke hubungan serius ini. Aku mendengarkan dengan memasang kedua telingaku. Aku yang mendengar merasa baper.
"Gila, jadi awalnya dia hanya minta tolong?"
"He'em."
"Wah, terus kamu bisa sampai nikah sama Pak David, itu diatas kertas atau beneran?" Tanyaku penasaran.
"Alhamdulillah, tak ada perjanjian apapun, hanya janji dengan Tuhan." Sahut Ayu.
Aku mendengarnya lega.
"Fiks banget nih, kamu ketiban rejeki nomplok, terus-terus, Doni tau gak kalau kamu nikah sama Pak David?"
"Pas lamaran dia ada, tapi kayaknya dia belum tau kalau David itu bos di sini." Jawab Ayu.
"Ahh, aku gak bisa bayangin deh kalau sampai dia tau, apa gak kebakaran jenggot tuh dia. haha." Ucapku.
"Eitss,, kamu gak tau kan kabar dia gimana, dia sama Dina akan bercerai." Ucap Ayu.
Aku kaget dengan kabar itu.
"Hhah,, cerai? Buset, belum ada sebulan, eh satu minggu aja belum ya? Udah cerai aja, gila tuh kakakmu."
Sayang banget pernikahan baru seumur jagung udah mau cerai aja. Ya begitu kalau hubungan dilandasi dengan sebuah kesalahan, gak akan awet.
"Terus, kenapa kamu nikah kemarin gak undang aku, Ay. Jahat amat kamu ini." Ucapku protes.
"Gak ada yang diundang, Desi. Hanya tetangga dekat aja. Besok deh tunggu pengumuman dari David aja ya. beberapa hari lagi kita bakal ngelakuin resepsinya di sini kok. Pasti semua karyawan diundang." Jawabnya.
Aku pun manggut-manggut aja.
Aku yang tadi bangun kesiangan belum sarapan berniat mengajak Ayu untuk ke kantin. Dia pun mau, akhirnya kita langsung menuju kantin tapi sebelum itu aku mengajak Ayu untuk keruangan ku dahulu untuk mengambil barang berharga.
Sampai di kantin aku memesan makanan, Ayu gak mau karena katanya tadi udah sarapan sama Pak David. Dia hanya memesan teh hangat. Aku pun sarapan ditemani Ayu. Ah ini kalau Pak David tau aku kena timpuk, aku yang suruh nemenin istrinya malah istrinya yang nemenin aku. Haha..
Selesai sarapan, kita melanjutkan ngobrol santai. Ditengah-tengah kita mengobrol ada salah seorang karyawan wanita menegur kita berdua.
"Widih, enak banget kalian, jam kerja udah pada nongkrong di sini, aku aduin kalian ke bos." Ucapnya.
Aku mau menjawab dicegah oleh Ayu.
"Maaf, mbak, gak akan kita ulangi lagi." Jawab Ayu.
Ah, Ayu kenapa lembek banget sih?
"Kamu mau aduin kita, lalu bedanya kita sama kamu apa, kamu sendiri kesini mau apa?" Ucapku gemas. Aku tak menghiraukan Ayu.
"Wah, kamu nyolot amat, aku kesini karena disuruh beliin sarapan buat Pak Randi, kalian tau kan Pak Randi itu siapa? Nah, dia itu pacarku. Jadi, kalian jangan macam-macam sama aku."
"Kamu, pacar direktur pemasaran? Gak salah? Ya Allah, jadi takut deh." Ucapku meledek.
"Kamu ngledek aku? Aku gak main-main dengan ucapanku."
"Aku gak takut, lagian aku gak salah kok, ngapain pecat aku?"
"Jelas kamu itu salah, udah berani sama aku, udah berani ngledek aku. Kamu cuma staff biasa aja belagu."
"Saya Manajer kok, Mbak."
"Aku gak peduli, siap-siap aja kalian akan dipecat secara gak hormat."
"Baiklah, kita tunggu ya mbak." Sahutku nyengir menunjukkan deretan gigiku yang rapi dan putih ini. Dan sepertinya hal itu membuatnya meradang.
"Kamu, awas ya, aku aduin beneran nanti, siap-siap dipecat." Ucapnya.
Wanita itu pergi meninggalkan kita. Kita berdua saling pandang dan tertawa.