Hidup di jalan sebenarnya bukanlah pilihannya , tapi nyatanya kekayaan tak membuatnya cukup nyaman . Dan inilah sebuah kisah tentang seorang pria bernama Bramatyo Yudo Sadewo , pria muda dengan segala ambisinya ! Yang tanpa dia tahu jika suatu saat seorang wanita biasa bisa membuatnya bertekuk lutut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Gista kaget ketika mendengar seseorang mengetuk pintunya dengan keras saat dini hari seperti ini . Walau sebenarnya takut tapi ia memberanikan diri untuk membuka pintu , siapa tahu memang ada tetangga yang membutuhkan pertolongannya .
Dengan masih mengenakan mukenanya ia berjalan ke arah pintu bermaksud mengintip tamunya dari jendela . Gista memang baru saja menyelesaikan tahajudnya ketika pintu rumahnya diketuk .
Tapi buku kuduknya merinding ketika malah samar mendengar erangan kesakitan yang tertahan . Dan ketika mengintip dari jendela ia melihat siluet tubuh laki laki yang sepertinya ia kenal . Dan ketika ia membuka pintu ....
" Ya Allah .... BRAMMM !!! " pekiknya tertahan melihat kaos putih yang di kenakan pria muda itu berwarna merah karena penuh darah .
Dia segera meraih tubuh Bram yang limbung karena terlalu lemah , di papahnya Bram menuju tikar yang ada di ruang tamunya . Tidak ada kursi atau sofa karena ia belum sempat membelinya .
Dengan cepat ia mengambil baskom berisi air hangat dan handuk kecil bersih untuk membersihkan luka di tubuh Bram . Gista terpaksa menggunting kaos pria muda itu karena Bram keburu pingsan , sangat sulit untuknya untuk menarik kaosnya ke atas .
Gista menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak melihat tubuh liat di depannya , bukan karena dia tergiur dengan otot otot sempurna itu . Tapi baru kali ini dia untuk pertama kali menyentuh tubuh selain mantan suaminya dulu .
Setelah berhasil membersihkan luka gores di lengan dan telapak tangannya dengan alat seadanya ia mengikat luka itu agar bisa menghentikan darah yang terus terusan keluar .
Gista sedikit lega karena hanya dua luka itu yang dia temukan ditubuh Bram . Dia yakin Bram akan baik baik saja sementara ini , tapi selanjutnya dia akan meminta Jarwo untuk membawa Bram ke pusat kesehatan agar bisa diperiksa lebih lanjut .
Gista sudah meminta Jarwo dan lnem datang kerumahnya karena jika ia meminta Mak Sri datang membantunya keadaan malah akan bertambah heboh . Dia seorang janda , Gista berpikir tidak baik jika dia dan Bram hanya berdua di dalam rumahnya .
Selesai dengan Bram Gista segera membersihkan diri karena sebagian bajunya terkena darah Bram . Setelah selesai membersihkan diri suara mobil yang ia yakin adalah angkot milik Jarwo terdengar sudah ada di depan rumahnya .
" Assalamualaikum Non , kenapa pagi pagi buta begini kita disuruh kesini ?? Non sehat kan ?? Ya Allah ... "
Jarwo langsung berlari masuk mendengar istrinya bersuara sedikit keras , ia khawatir terjadi apa apa pada mantan majikan istrinya itu .
" Lho Mas Bram ??!! "
Jarwo melihat tubuh Bram tergeletak lemah di atas tikar , ada balutan kain sprei di lengan dan tangan pria muda itu . Jarwo juga masih bisa mencium bau anyir darah di ruang tamu itu .
" Tadi tiba tiba ada di depan rumah , jadi saya tolong bersihkan lukanya dulu . Saya minta Mas Jarwo bawa dia sekarang ke pusat kesehatan terdekat , lukanya cukup dalam dan saya tidak punya obat obatan yang memadai . Tadi hanya saya bersihkan dengan air hangat saja ! Saya takut jika dibiarkan lukanya akan infeksi ... " kata Gista yang tahu arti tatapan penuh tanya Jarwo ketika melihat Bram di depannya .
" lni pasti gara gara mbalap lagi !! Sudah tak bilangin to Mas , mbok jangan ikut balapan lagi . Masih saja ngeyel. "
" Mas Bram kenapa itu Mas ??! " tanya lnem yang masih shock melihat keadaan Bram yang terkapar di atas tikar .
Jarwo terlihat melihat luka luka Bram , pria itu juga memastikan jika Bram tidak demam .
" Dia cuma tertidur kok sayangku , sepertinya capek banget ! Tapi kita bawa dia ke puskesmas saja biar lukanya dibersihkan dengan antiseptik . Lagipula ndak baik jika Mas Bram ada di sini terus , menghindari fitnah ! " ujar Jarwo yang mulai mengangkat tubuh Bram di bantu oleh lnem .
" Saya bawa Mas Bram Non , biar bisa dirawat lukanya . Terima kasih sudah mau menolong , untung saja tidak pingsan di jalan tadi ! "
" Sama sama Mas , tidak apa apa. "
Akhirnya Jarwo melajukan angkotnya menuju puskesmas terdekat , sementara Bram masih tertidur pulas di bagian belakang .
Sementara itu Gista sudah bisa bernafas lega , setidaknya Bram bisa ditangani lebih lanjut oleh ahli kesehatan . Balapan , tadi ia mendengar Jarwo mengatakan itu saat melihat keadaan Bram .
Jika hanya karena terjatuh dari motor ia yakin lukanya tidak akan seperti itu . Yang ia lihat tadi adalah sayatan yang cukup panjang , seperti sebuah luka bacok senjata tajam . Gista yakin Bram terlihat perkelahian . Tapi bukan haknya untuk bertanya lebih jauh tentang apa yang yang terjadi pada pria muda itu karena ia dan Bram tidak punya hubungan apapun .
Tapi ia kemudian bergegas menutup pintunya ketika melihat sebuah mobil Range Rover warna hitam melaju sangat pelan . Sepertinya orang di dalam mobil itu sedang mencari keberadaan seseorang . Atau mungkin orang di mobil itu ada hubungannya dengan luka yang di dapatkan Bram ?
Gista menggeleng gelengkan kepalanya sendiri , bukan urusannya juga kenapa Bram terlibat perkelahian . Lagipula sebentar lagi dia harus bersiap siap untuk bekerja , dan pagi ini Pak Alif yang akan menjemputnya . Kadang ia tak habis pikir dengan kebaikan bos barunya . Jujur saja ia merasa tidak enak karena seperti di anak emaskan walau ia adalah pegawai baru . Ada sedikit khawatir jika pegawai pegawai lain akan membencinya karena hal ini .