NovelToon NovelToon
Cinta Beracun Pak Gustav

Cinta Beracun Pak Gustav

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nara Diani

"Aku hamil lagi," ucap Gladys gemetar, ia menunduk tak berani menatap mata sang pria yang menghunus tajam padanya.

"Gugurkan," perintah Gustav dingin tanpa bantahan.

Gladys menggadaikan harga diri dan tubuhnya demi mimpinya menempuh pendidikan tinggi.

Bertahun-tahun menjadi penghangat ranjang Gustav hingga hamil dua kali dan keduanya terpaksa dia gugurkan atas perintah pria itu, Gladys mulai lelah menjalani hubungan toxic mereka.

Suatu ketika, ia bertemu dengan George, pelukis asal Inggris yang ramah dan lembut, untuk pertama kalinya Gladys merasa diperlakukan dengan baik dan dihormati.

George meyakinkan Gladys untuk meninggalkan Gustav tapi apakah meninggalkan pria itu adalah keputusan terbaik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nara Diani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 15

Gladys menarik dua kotak susu dingin rasa vanila dari dalam kulkas minimarket lalu berjalan menuju kasir. Ia letakan kotak itu di atas meja kasir.

“Ini aja, Kak?” tanya sang kasir, pria muda yang berpenampilan rapi lengkap dengan seragam kerjanya.

“Itu aja.”

Gladys melakukan pembayaran setelah sang kasir menyebut harga, perempuan itu keluar dari dalam toko duduk di kursi depan.

Susu kotak itu ia buka dan teguk hingga tandas. Rasa dinginnya langsung menyiram kerongkongan tapi tetap saja tidak mampu mendinginkan hati dan kepala Gladys.

“Kalau begitu duduk saja di pangkuanku.”

Perkataan Gustav tiba-tiba terngiang kembali membawa nyeri di dadanya, Gladys menggertakkan gigi, tanpa sadar ia meremas kotak susu di tangannya hingga remuk tak berbentuk.

“Sudahlah, siapa aku? Aku tidak berhak cemburu,” gumam perempuan itu tertawa getir.

Ia buka lagi kotak kedua dan minum dengan sekali tegukan hingga tandas. Gladys usap bibirnya yang basah sisa susu degan punggung tangan.

Di saat yang sama, George lewat di depannya bersama Bentley Continental GT warna putihnya. Pria muda itu parkirkan kendaraan di depan minimarket.

“George?” panggil Gladys begitu si pria turun dari kendaraannya.

“Hai.” Senyum ramah khas George langsung terangkat begitu mereka bertemu mata.

“Sendirian?”  

Gladys mengangguk. “Kamu sendiri ngapain di sini?” tanyanya.

“Hanya lewat saja, kebetulan lihat kamu di sini,” jawab George tanpa basa-basi duduk di bangku minimarket yang kosong.

Gladys teringat dengan kejadian kemarin malam di mana dia pulang tanpa memberitahu George sama sekali seketika rasa bersalah merayapi hatinya.

“George, maaf soal kemarin malam, aku buru-buru pulang karena merasa tidak enak badan,” sesal Gladys.

George membasahi bibirnya dengan lidah, sebenarnya masih kesal dengan kejadian itu tapi rasa kesal itu ia simpan rapat di balik wajah ramahnya.

“Tidak apa-apa, Gladys.”

Gladys makin merasa tidak enak hati, padahal George sudah effort memberikannya gaun cantik dan menunggunya selama berjam-jam di salon sebelum mereka pergi ke pesta hari itu.

“Ayo makan siang bareng, aku yang traktir sebagai permintaan maaf untuk yang kemarin,” ajak Gladys.

“Maaf, Gladys. Hari ini sepertinya tidak bisa, saya sudah ada janji makan siang dengan pemilik galeri seni.”

“Yah ... sayang sekali,” ungkap Gladys kecewa.

“Bagaimana kalau lain kali saja? Mungkin lusa? Lusa saya free.”

“Boleh-boleh,” sahut Gladys cepat.

“Oke, deal. Kita bertemu lagi lusa tapi kamu jangan kabur lagi ya kali ini,” ucap George dengan nada bercanda.

Gladys tanggapi dengan tawa cengengesan, dia mengangguk serius, berjanji tidak akan pergi tanpa sebab lagi.

“Aku janji!”

“Maaf sepertinya saya harus pergi sekarang, saya sudah hampir telat,” ucap George menatap jam tangan mahal di pergelangan kirinya.

Gladys mengangguk, ia berdiri mengantar kepergian seniman muda menawan tersebut, senyumnya mengembang, Gladys lambaikan tangan saat George membunyikan klakson dua kali dan mengangguk padanya.

Perempuan itu berbalik pada meja untuk memungut sampah minumnya, ia keluarkan tisu basah dari saku mengelap meja hingga bersih lalu membuang sampah ditangannya pada tong di depan minimarket.

“Laper banget,” gumam Gladys mengelus perut sendiri.

Mengeluarkan ponsel dari saku, ia klik kontak Gustav di layar dan tempelkan ponselnya di telinga.

Setelah beberapa saat sambungan terhubung tapi bukan Gustav melainkan Nick asistennya yang menjawab.

“Ya, Nona? Ada yang bisa saya bantu?”

Gladys mengerutkan kening. “Di mana Gustav? Aku mau mengajak makan siang.”

“Pak Gustav sudah pergi makan siang dengan Nona Brica lima menit yang lalu dan meninggalkan ponselnya,” beritahu Nick.

Gladys diam beberapa detik sambil menggigit bibir sendiri. “Mereka pergi berdua?”

“Benar, hanya berdua,” jawab Nick di saat itulah Gladys mendengus kecil.

“Ya sudah, terima kasih,” ucap perempuan itu segera menutup telepon.

Gladys duduk kembali di kursi minimarket,  ia hembuskan panjang bersama kekecewaan dan rasa sepi. Mendongak ke atas, Gladys tatap awan-awan cantik yang bergerak pelan dalam bentangan langit biru yang luas.

“Pada akhirnya aku kembali sendirian,” gumamnya sedih.

Gustav akan menikah, Mita sudah  menjauh dan George? Gladys tidak yakin bule Inggris itu akan bisa menemaninya dalam waktu lama karena dia seniman yang suka berkeliling dunia. Gladys pada akhirnya akan menjadi bagian yang terlupakan dari hidup mereka dan pulang pada rumah kecilnya yang sepi.

“Ayah, Mama, pada akhirnya semua orang akan meninggalkanku sama seperti kalian,” bisik Gladys memejamkan mata.

***

Nick menurunkan telepon di telinganya setelah sambungan di putuskan oleh Gladys, saat itulah wajah Gustav yang sedang menunggu di atas meja kerjanya dengan berpangku tangan menaikkan alis penasaran.

“Bagaimana? Apa katanya?” tanya Gustav.

“Nona Gladys terdengar kesal dan kecewa, Pak.” Senyum Gustav mengembang.

“Bukankah ini sudah keterlaluan, Anda terang-terangan mempermainkan mental Nona Gladys, Pak,” sindir Nick.

Pria yang setahun lebih muda dari Gustav itu merasa segala sesuatu yang dilakukan sang bos sudah keterlaluan sekali. Mempermainkan hati dan mental seseorang bukan perkara kecil dan dia tidak pernah suka akan hal ini.

Entah terbuat dari apa hati dan pikiran Gustav hingga bisa menjadi pria se Toxic ini.

“Kau pun tahu, Nick. Mempermainkan hati dan mental Gladys adalah hobiku,” ungkap Gustav tanpa rasa bersalah.

Karena sejak awal Gustav menempatkan Gladys pada posisi itu, pada posisi di mana Gladys harus siap memuaskan ego, birahi, bahkan ketidakwarasannya.

Di balik wajah tenangnya Nick menggeratkan gigi kuat, begitu kuat hingga urat-urat lehernya menonjol keluar.

“Anda lupa kalau Gladys juga manusia biasa, Pak. Dia bisa saja lelah dan menyerah pada ego Anda dan memilih pergi, di saat itulah Anda bisa saja menyesal seumur hidup.”

Gustav menyeringai tajam, ia teguk kopi pahit yang sudah mendingin di atas meja kerjanya, menandaskan segelas penuh dengan sekali teguk.

“Dia tidak akan berani lari dariku, sekali milikku maka sampai hancur dan jadi abu sekali pun akan tetap menjadi milikku.”

Nick menggeleng tak habis pikir. “Anda benar-benar bukan manusia,” sarkasmenya tanpa peduli jabatan Bos dan bawahan lagi.

Gustav meletakan gelasnya ke atas tatakan, matanya yang tadi berbinar puas perlahan mendingin dan menajam.

“Dunia melihatku sebagai sosok ahli waris yang sempurna tapi mereka lupa jika kesempurnaan butuh pengorbanan besar, aku memilih Gladys sebagai bagian dari pengorbanan itu, aku memilihnya sebagai wadah meluapkan ego, amarah, lukaku, merusak pikiran dan jiwanya, membuang segala keburukanku padanya sehingga  menyisakan sisi baik dan sempurna yang seharusnya dilihat dunia,” ujarnya, dada Gustav tergelitik puas setiap kali melihat wajah ketakutan dan menangis, senyumnya terbit hanya dengan mengingatnya.

“Wadah yang Anda pilih sejak awal terlalu rapuh, Pak. Badannya bahkan sudah berkarat dan berlubang menerima ego-ego Anda, hanya menunggu waktu saja wadah itu akan hancur.”

“Maka akan kutemukan wadah lain,” sambar Gustav. Dadanya bergemuruh ketika Nick menyebut kata hancur.

“Wadah cantik yang siap menerima segala keburukanku, aku akan menjerat lehernya hingga ia tidak bisa melarikan diri,” lanjut pria itu menaikkan senyum.

“Seperti Gladys tersayang.”

1
Myra Myra
lupakan gustac dah sesuai Ngan mu
Chung Chung
Up
Tình nhạt phai
Gokil abis!
Amanda
Seru banget deh!
Mina
Mantap jiwa banget, bikin nagih baca terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!