Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.
Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.
Dilarang plagiat Ok!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBJ 4. Persiapan Pindah
********
Lusiana tampak lega saat ia melihat kehadiran Regan dan Delano. Ia segera menghampiri dua pria tampan itu.
"Tuan Regan mana kunci motorku?" Lusi langsung berbicara pada intinya. Regan mengeluarkan kunci motor Lusiana dari kantong celananya. Wajah Lusi berbinar, ia segera meraih kunci itu dari tangan Regan. Namun gerakan tangan Regan lebih cepat untuk kembali memasukkan kunci motor Lusi kedalam kantong celananya lagi.
Lusi mendelik kesal. Sebenarnya apa mau pria ini?
"Aku sedang terburu-buru tuan, tolong berikan kuncinya." Kali ini Lusi menekan suaranya namun Regan seakan enggan memberikannya.
"Kata tuanku, setelah makan siang baru aku berikan kunci itu atau kalau tidak kau bisa ambil sendiri di saku celanaku." Tantang Regan, Lusi tersenyum miring. Jangan salahkan dirinya jika dia berulah di kantor Zenon itu. Ditambah lagi saat itu suasana loby kantor juga lumayan ramai karena waktu menunjukan jam makan siang.
"Ku harap kau tidak menyesali ucapanmu tadi tuan Regan." Dan tak menunggu waktu lama Lusi menarik saku celana Regan dan memasukkan tangannya ke sana.
"Hei apa yang kau lakukan?" Pekik Regan.
"Kau salah mencari lawan tuan." Ujar Lusiana, Setelah mendapat apa yang dia mau Lusi menarik tangannya. Delano menatap tak percaya pada gadis itu yang berani menjatuhkan wibawa seorang Regan Syailendra.
Lusi tersenyum miring, dan menatap Regan tajam. Wajah Regan memerah karena aset berharganya sempat tersenggol oleh Lusi.
"Bye tuan Regan dan tuannya, aku harap kita tidak akan bertemu lagi selamanya." Ujar Lusiana dengan wajah penuh kepuasan. Dia segera ke pos satpam dan menyalakan motornya lalu meninggalkan gedung Zenon yang megah.
Semua orang saling pandang dan menahan tawanya. Sedangkan Regan wajahnya sudah memerah bagaimana dirinya bisa di permalukan oleh gadis SMA itu. Regan berjanji akan membalas kelakuan Lusiana.
Sedangkan Delano yang melihat semua tingkah Lusiana tanpa sadar ia tertawa, dan membuat para karyawan yang tadinya kasak kusuk langsung terdiam. Ini sangat langka, bosnya tertawa?
Pria yang terkenal dingin, angkuh dan tak tersentuh itu tertawa hanya karena seorang gadis SMA? "Wah ini sepertinya akan ada badai," pikir Regan.
"Tuan .. " Regan tampak enggan menegur tapi ia pun tak punya pilihan lain. Delano yang menyadari tingkah anehnya langsung saja berdehem untuk menghilangkan kecanggungan. Karyawan Delano pun memilih menyingkir daripada kena teguran dari Atasannya itu.
Delano dan Regan berjalan masuk ke mobil dan masing-masing dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. Entah mengapa bayangan wajah Lusiana selalu bermain di benak Delano.
"Ini gila, kenapa aku malah kepikiran gadis bar bar tadi sih." Gerutu Delano dalam hati.
Begitupun Regan, entah mengapa bayangan wajah kesal Lusi selalu mengganggu cara kerja otaknya.
"Sepertinya gadis tadi cukup berbahaya." Batin Regan.
Mereka meninggalkan kantor Zenon untuk bertemu klien di sebuah restoran. Di dalam mobil sesekali Delano masih terbayang wajah Lusi yang menurutnya bar bar.
Saat mobil Delano berhenti di lampu merah, lagi-lagi Regan melihat sosok Lusiana, gadis itu menepikan motornya di dekat trotoar dan mendekati seorang nenek tua renta yang hendak menyeberang jalan. Tatapan mata Regan membuat Delano ikut menoleh kearah pandang Regan. Selengkung senyum tipis tercetak di bibir Delano. Ia juga menatap Lusiana yang dengan hati-hati menyeberang jalan. Bahkan gadis itu sempat memberi sesuatu pada sang nenek hingga nenek itu menangis.
Lusiana tersenyum saat nenek itu menangis. "Sekarang nenek beli obat dengan uang itu. Nenek tidak perlu berhutang." Ujar Lusiana, ia merasa iba dengan nenek itu, beliau berdiri di seberang jalan hampir 1 jam karena bingung, ingin membeli obat untuk cucunya namun nenek itu tidak punya uang sama sekali. Dengan wajah berbinar nenek itu masuk ke apotik dan membeli obat untuk cucunya. Sementara Lusiana menunggu di luar.
"Bagaimana nek ..?" tanya Lusiana.
"Ini alhamdulillah sudah non, dan maaf nenek juga beli obat buat nenek." Kata wanita tua itu.
"Lusi ikhlas nek, memang nenek sakit apa?" tanya Lusi, Lusi adalah wanita yang kelihatan keras dari luar namun hatinya luar biasa lembut.
"Nenek juga diare nak, kemarin kami makan nasi sisa dari tetangga tapi sepertinya sudah basi karena makanannya di campur-campur. Itulah kenapa cucu nenek juga sakit perut." Lusi tersenyum getir, ternyata ada hidup yang seperti itu.
"Nenek, sekarang Lusi antar nenek ya?" Tawar gadis itu, dan nenek tadi mengangguk.
"Terimakasih nak, kamu gadis yang baik semoga Allah selalu memudahkan jalanmu." Lusi tersenyum tulus pada nenek tadi, keduanya kembali menyeberang jalan. Regan dan Delano sudah melanjutkan perjalanan, namun mata Delano seakan tersihir oleh senyum Lusi.
"Cantik .. " Gumam Delano.
"Ya tuan ..?"
"Ah tidak apa- apa." Ujar Delano gelagapan.
*
*
*
"Dari mana aja si lo Lus, lo itu kaya manfaatin gue banget perasaan." Ujar Lisa kesal. (Lo - gue mode on kalo lagi BT sama Lusi)
"Maaf Lisa sayang, aku tadi tertabrak mobil. Lihatlah kakiku terluka." Ujar Lusi mengangkat kakinya.
"Huh, kamu itu sukanya ceroboh. Untung Devan dan Davin Ga rewel." Gerutu Lisa. Lusi tersenyum ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Lisa.
"Oh iya gimana sama tukang jasa angkut barangnya bisa kapan kesini?" Tanya Lusi seraya berganti kaos oblong dan celana pendek sebatas paha.
"Nanti sore, makanya sekarang ayo buruan titipin Devan dan Davin ke rumah ibu biar bisa beberes." Tukas Lisa. Akhirnya kedua sahabat itu pergi ke rumah Lisa, namun saat di jalan Lisa bertemu dengan tetangga mereka yang suka bergosip.
"Wah lulus SMA langsung dapat anak. Modelan cewek jaman sekarang ga ada benernya ya ibu-ibu."
"Eh bu Romlah sini deh mulutnya biar saya cabein sekalian. Kalo ngomong itu sebelum nyerocos di olah dulu di kepala biar ga kelihatan du_ngu." Ujar Lisa geram.
"Udah Lis, ada Devan sama Davin kalo bicara tu di saring dulu." Bisik Lusi. Lisa mendengus kesal akhirnya memilih pergi dengan menggendong Davin. Sedang Lusi menggendong Devan.
"Mari ibu-ibu, maaf tadi Lisa sedang PMS bawaannya emosi." Kata Lusi, sebagian ibu-ibu yang tahu sifat bu Romlah pun hanya mengangguk dan mempersilahkan Lusi lewat. Meskipun banyak pertanyaan yang saat ini bercokol di otak mereka.
"Lo itu ga usah pake minta maaf segala orang tu emak sarap yang salah." Geram Lisa. Lusi hanya tersenyum saja melihat kekesalan sahabatnya itu.
"Udah iihh .. nanti malah kamu capek sebelum beberes kalo marah-marah terus." Bujuk Lusi. Lisa menghembuskan nafasnya berulang-ulang untuk menekan emosinya.
Akhirnya mereka tiba di rumah Lisa dan di sambut ibu Yuyun. Beliau tampak senang seakan akan menyambut cucunya sendiri.
"Nitip bentar ya bu?"
"Iya sayang, kalian buruan beres-beres." ujar bu Yuyun seraya meletakkan twins di ranjang.
Lisa dan Lusi kembali ke kontrakan Lusi untuk beberes.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Dukung karya author ya, dengan cara Like, komen dan Vote.
ganteng yg JD Jeffry hehehehe