Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Bira." panggil Tari dengan semangat, memanggil sahabat baiknya itu.
"Apa sih, Tar. Teriak teriak aja, sudah kaya di hutan aja. " omel Sabira yang menjadi pusat perhatian di sekelilingnya.
Tari hanya nyengir kuda melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"Nanti aku lansung ke rumah mu, lihat lah aku sudah membawa perlengkapan sekolah dan lain lainnya, kebetulan mama dan papa beberapa hari ke depan mau keluar kota, jadi aku di izinkan menginap di rumah mu." semangat Tari.
"Wiiihhh... Boleh dong ikut main di rumah Bira, janji deh, kita nggak akan bikin rusuh." sela Rendi.
"Asik tuh, klau kita main bareng, kebetulan kan kita ada kerja kelompok, ya sudah kita kerjain di rumah Bira aja ya Bir." tanpa permisi Tari mengajukan rumah Bira tempat mereka mengerjakan tugas mereka.
"Terserah kalian aja." pasrah Sabira pada akhirnya, karena Sabira memang tidak terlalu suka menghabiskan waktu di luar rumah, dia lebih suka menghabiskan waktu di kamar untuk membuat desain dan bisa dia jual dan memperbanyak pundi pundi keuangannya.
"Asekkk... Akhirnya kita bisa main di rumah Sabira." girang Rendi dan beberapa teman kelasnya.
"Kita bisa sekalian minta di ajarin beberapa mata pelajaran yang nggak kita pahami. " sorak Ana.
Sementara tidak jauh dari sana, ada sepasang mata yang menatap sendu kebersamaan Sabira dengan teman temannya, siapa lagi klau bukan mantan sahabat Sabira, yaitu Mahesa dia menatap sendu mantan sahabatnya itu, sungguh dia menyesal karena terpengaruh oleh kakak pungut Sahira itu, sehingga membuat sahabatnya benar benar menjauh darinya.
"Apa sudah tidak ada kesempatan untuk gue, Bir. Gue menyesal telah mempercayai kakak loe." gumam Mahesa lirih.
"Makanya lain kali di selidiki dulu kebenarannya, ya kali percaya sama boneka mampang dari pada sahabat sendiri, nyesal kan loe." cibir teman Mahesa.
"Iya, gue tau salah, tapi kenapa susah banget ya minta maaf sama Bira." keluh Mahesa frustasi.
"Lah, si bego, loe pikir Bira bakal maafin loe gitu aja, padahal dia sudah berkali kali mau bicara baik baik sama loe, walau dia nggak salah, loe sendiri yang terus menjauh dari dia, dan lebih parahnya lagi, loe memaki Sabira di depan orang ramai, dan loe caci maki dia habis habisan, loe sendiri yang meminta dia untuk menjauh darinya, gara gara dapat omongan nggak jelas dari boneka mampang itu." sinis teman Mahesa.
"Gue salah." lirih Mahesa menunduk lemah.
Sementara Bira, hanya duduk dan membuka buku pelajaran, seperti biasa gadis cantik itu akan mendalami materi pelajaran terlebih dahulu, apa yang dia tidak mengerti baru lah dia akan bertanya kepada guru, itu yang di sukai guru dengan Sabira, dan teman temannya juga sangat senang belajar bersama Sabira, karena Sabira tidak pelit ilmu.
Sabira memang tidak memberi contekan, tapi dia akan membantu temannya sampai paham tentang pelajarannya, begitu cara Sabira membantu teman temannya, mencontek tidak akan membuat temannya pintar, makanya Sabira paling anti untuk memberi contekan.
Tidak hanya teman teman satu kelas Sabira yang Sabira ajari, tapi ada juga dari kelas lain, makanya banyak siswa siswi yang senang berteman dengan Sabira, walau banyak juga yang iri dan benci dengan Sabira, namun Sabira tidak perduli, dia hanya fokus untuk belajar dan lulus secepat mungkin dengan nilai yang memuaskan.
"Bir, nanti aku boleh ikut nggak ke rumah kamu." ucap salah satu teman beda kelas Sabira, dia mendengar orang orang akan belajar di rumah Sabira, dan dia pun tidak menyia nyiakan kesempatan itu.
"Mau ngapain? " heran Rendi.
"Aku juga ingin ikut belajar, soalnya ada beberapa pelajaran yang belum aku paham." sahutnya.
"Oh... " sahut Rendi.
"Boleh nggak, Bir? " tanya nya lagi.
"Boleh, ikut aja." sahut Sabira pada akhirnya.
"Wahhh... Makasih Bira, kamu memang yang terbaik." soalnya bahagia.
Saat bel pulang sekolah berbunyi, siswa siswi yang mau ikut ke rumah Sabira sudah menunggu Sabira dengan tertib di parkiran sekolah.
"Buset! banyak amat. " kaget Tari.
"Hooh... Lumayan ada 15 orang." geleng geleng kepala.
"Ya udah, klau gitu kita beli cemilan dulu, nggak enak ngerepotin Sabira." usul Ana.
"Ada yang mau patungan nggak? " tanya Tari.
"Mau! " seru mereka bersama.
"Ya udah, siapa yang ikut ke indoapril, siapa yang lansung ke rumah Sabira." ujar Taru.
"Kita aja yang ke indoapril, kalian lansung aja ke rumah Bira." ujar Rendi, kebetulan Rendi membawa mobil jadi mereka tidak butuh banyak orang untuk membawa jajanan.
"Ok lah." sahut mereka.
Sementara Sabira baru saja keluar dari ruang kepala sekolah.
"Tari sama Rendi kemana? " tanya Sabira.
"Mereka mau beli jajanan dulu, kita di suruh ke rumah kamu duluan." sahut Ana, dan di anggukin tanda mengerti sama Sabira.
"Ya udah klau gitu kita lansung pulang, tapi aku nggak bawa kendaraan." jujur Sabira.
"Kamu sama aku aja, Bir." Joni memberikan helm ke tangan Sabira.
"Baiklah." sahut Sabira mengambil helm dari tangan Joni.
Dari sebrang jalan, ada seseorang yang memperhatikan Sabira, dia memvidiokan kegiatan Sabira itu, untuk di laporkan kepada seseorang.
Di lain tempat, seseorang menerima telpon dari suruhannya.
"Terus awasi dia, jangan sampai lengah, dan jaga dia dengan baik, saya tidak mau dia terluka dan di manfaatkan oleh orang orang yang mencari keuntungan dari dia" ujar Regan tegas.
"Baik tuan." ucap suruhan Regan itu.
"Loe nggan mau menemui dia? " tanya sahabat Regan yang dari tadi mendengar pembicaraan Regan dengan seseorang di sebrang sana.
"Belum saatnya, untuk sementara biar lah begini, gue nggak mau menunggu konsentrasinya dalam belajar." ujar Regan.
Alex mengangguk tanda mengerti.
"Apa loe nggak mau menjadikan dia kekasih?" tanya Alex lagi.
Regan hanya mengedikkan bahu acuh.
"Klau loe nggak mau, biar gue yang deketin, lumayan dapat daun muda." kekeh Alex.
Tentu saja membuat Regan meradang.
"Awas saja loe mengganggunya, abis loe sama gue gue tebas batang berurat loe itu! " ancam Regan tidak main main.
"Astaga, sadis amat si boss, canda guys canda." kekeh Alex bergidik ngeri, melihat sorot mata membunuh Regan itu.
"Gue nggak main main awas aja loe klau loe berani mendekati Sabira, habis loe sama gue." Regan kembali mengancam Alex, Regan sangat tau kelakuan Alex yang pencinta selangkangan, mana mau dia Sabira di dekati oleh sahabatnya itu, dia sudah berjanji kepada nenek Sabira, dia akan menjaga Sabira dengan hidupnya.
"Iya iya, nggak usah ngancam kaya gitu, gue mana berani menganggu milik loe itu." kekeh Alex dengan wajah serius.
Regan hanya mendengus kesal menatap sahabatnya itu.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
Maaf ya tadi mamak salah nama, gagal fokus mamak tadi tapi sudah mama revisi kok.
Dan hari ini mamak double up buat para kesayangan mamak, yang selalu setia menunggu mamak up... 😁😁😁
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ