Novel Ketiga
Berdasarkan survei, sedia tisu sebelum membaca😌
--------
Mencintai, lalu melepaskan. Terkadang cinta itu menyakiti, namun membawa kebahagiaan lain di satu sisi. Takdir membawa Diandra Selena melalui semuanya. Merelakan, kemudian meninggalkan.
Namun, senyum menyakitkan selalu berusaha disembunyikan ketika gadis kecil yang menjadi kekuatannya bertahan bertanya," Mama ... apa papa mencintaiku?"
"Tentu saja, tapi papa sudah bahagia."
Diandra terpaksa membawa kedua anaknya demi kebahagiaan lainnya, memisahkan mereka dari sosok papa yang bahkan tidak mengetahui keberadaan mereka.
Ketika keegoisan dan ego ikut andil di dalamnya, melibatkan kedua makhluk kecil tak berdosa. Mampukah takdir memilih kembali dan menyatukan apa yang telah terpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Dian
Brukk ....
Seorang wanita yang tergesa-gesa tidak sengaja menabrak Dian yang sedang berdiri memilih salah satu pakaian. Isi tas tangan wanita itu berserakan di sekitar Dian berdiri. Dian tak bergeming dari tempatnya, hanya menoleh melihat sang pelaku.
Melihat wanita itu berlutut karena terjatuh, Dian hendak membantunya berdiri, namun wanita itu dengan kasarnya menyentak tangan Dian. Ia meraih kasar tas dan barang-barang nya yang tercecer.
"Apa kau tidak punya mata?!" sarkasnya pada Dian setelah berdiri kembali, membuat orang-orang berkumpul seperti menonton pertunjukan.
Dian tidak menjawab, ia justru hanya diam menatap wanita itu lekat. Wanita itu kesal karena Dian masih mampu berdiri tegak dan menatapnya datar.
"Kau yang menabrakku," jawab Dian akhirnya, mengangkat sebelah alisnya.
"Kau!" Gertakan wanita itu sedikit tertahan saat menyadari situasi bukan hanya mereka disana. Ia memperhatikan penampilan Dian yang tidak biasa. Semua yang melekat padanya bukan barang-barang murah.
"Mama ..." Suara anak kecil mengisi keheningan disana. Dian beralih menatap anak laki-laki yang berlari ke arah wanita itu.
"Rico!" Wanita itu terkejut.
"Mama ... jangan tinggalkan Rico." Anak bernama Rico itu memegang erat baju ibunya. Wajahnya sembab dengan sisa air mata yang masih membekas disana.
"Apa yang kau katakan." Wanita itu menggeram tertahan. Ia terlihat panik dengan pandangan menebak semua orang.
"Apa dia meninggalkan putranya?"
"Kulihat dia berlari tergesa-gesa, mungkin hendak pergi secepatnya."
"Dia bahkan menabrak nona muda itu. Orang tua macam apa dia."
"Ikut aku!" Menarik anak itu segera menjauh dari kerumunan.
Dian tidak mengalihkan pandangannya dari mereka. Wajah anak itu membuatnya iba. Usianya mungkin lebih muda dari Emilio. Tapi, tampaknya sang ibu tak memperlakukannya dengan baik.
Dian tanpa sadar mengikuti hingga ke parkiran mall. Benar saja, Dian mendengar suara tangisan. Wanita itu membentak bahkan mendorong anak laki-laki itu hingga tersungkur.
"Sudah kubilang jangan mengikutiku! Kau tuli, hah?" bentaknya, tangisan anak itu semakin mengeras.
"Mama ... Rico takut," isaknya.
"Aku bukan mama mu! Jangan panggil aku mama," teriak wanita itu hendak pergi lagi.
"Mama ..." Rico mengejar dan memeluk kaki ibunya.
"Anak sialan. Pergi!" Menyentak kakinya, Rico kembali tersungkur.
Sakit, sakit sekali pemandangan yang dilihatnya. Dian mengepalkan tangannya marah. Ia benci wanita yang berstatus ibu namun berkelakuan seperti binatang. Ia semakin benci saat mengetahui siapa wanita itu.
Melly ... kau tidak berubah.
"Kalau begitu jangan mencarinya lagi!" Wanita bernama Melly itu kembali dibuat terkejut dengan kehadiran Dian.
"Jangan ikut campur!" Nampaknya Melly tak mengenali wanita di depannya ini.
"Jika kau tidak menginginkannya lagi, berikan dia padaku." Menunjuk Rico yang menggeleng.
Melly menatap Dian. Sebenarnya ia tak peduli dengan anak itu, tapi mengambil sedikit keuntungan tak masalah, bukan?
"Baik."
"Tidak, Mama. Rico ingin bersama Mama." Rico menolak. "Diam!" bentak Melly lagi.
"Kau tahu tidak ada yang gratis, kan?" Melly tersenyum licik. "Katakan saja," jawab Dian datar.
"Berikan aku sepuluh miliar, maka anak itu milikmu."
"Mama ..." Rico tidak menyangka ibunya akan menjualnya, apalagi melihat wajah datar Dian membuatnya takut.
"Hanya itu? Yakin tidak kurang?" Biarkan wanita ini menyesal suatu hari nanti karena lebih memilih uang daripada anaknya sendiri.
"Ya, hanya itu," katanya bersedekap. "Ok." Dian membuka tas, mengambil sebuah cek. Ia menulis nominal yang Melly sebutkan dan memberikannya pada wanita itu. Melly tersenyum puas.
"Sebelumnya, aku ingin kau menulis pernyataanmu disini. Setelah ini, Rico akan menjadi milikku. Kau tidak berhak mengganggunya lagi." Dian memberi selembar kertas dan bolpoin.
"Jangan khawatir, lagipula aku tak peduli." Merampas kertas itu. Melly mulai menulis kesepakatan mereka dan di akhiri tanda tangan di atas materai. Wanita itu telah lepas tanggung jawab terhadap Rico dan digantikan oleh Diandra.
Melly langsung pergi setelahnya. Melihat anak itu hendak mengejar ibunya lagi, Dian langsung bergerak cepat menahannya. Anak itu terkejut dan memberontak, namun Dian memeluknya, memberi kata-kata penenang. Rico terdiam sembari terus terisak, membuat hati Dian semakin terenyuh.
"Mama meninggalkan Rico," isaknya terus.
"Tidak apa-apa, ada Mama Dian disini," bisik Dian mengelus punggung Rico.
"Rico hanya punya mama," katanya lagi.
Apa yang terjadi? Bukankah Melly sudah menikah dengan Nico? Dian awalnya berpikir jika Rico merupakan anak dari wanita itu dan mantan suaminya. Tapi mengapa sekarang keadaan keduanya cukup memprihatinkan? Melly tidak lagi terlihat seperti kalangan atas, berbeda dengan dulu yang selalu tampil modis bak sosialita.
Rico dan Nico. Bukankah nama itu hampir sama? Apa yang terjadi selama beberapa tahun ini. Hal apa yang tidak ia ketahui? Mengapa Nico tidak bersama mereka?
"Rico, dengar." Dian mengelus wajah tampan itu. "Mulai sekarang mama Rico adalah Mama Dian, bukan mama Melly."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...