Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5-Tidak baik-baik saja
"Gila... Gue ngga pernah lihat sosok kak Vivian kayak gitu, dingin bet cuy, ngeri... Dingin banget... Gue sampai hampir nggak bisa bernafas gara dia" ujar salah satu anggota osis bernama Bima yang merupakan adik kelas Vivian. Ia mengeluh tentang perubahan sikap Vivian, bersama Andi teman perjuangannya. Mereka dalam persiapan acara tersebut ditugaskan sebagai tim perlengkapan.
"Iya cuy... Udah ah biarin aja, toh kak Vivian emang galak cuma sekarang agak serem aja. Hahaha" sahut Andi, "hahaha iya juga" balas Bima kembali dan melanjutkan rutinitasnya. Tanpa mereka sadari ada seseorang mendengar pembicaraan mereka dan terdiam.
"Berubah drastis dirimu karna ulahku Vi... Aku memang bodoh, maafkan aku yang tak bisa mengontrol diri maaf... " gumam pemuda itu lirih dalam hati, ya memang benar Aksel masih memantau dari jauh, sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh Vivian.
Tiga Minggu Kemudian
Acara Pentas Seni pun digelar, terlihat kesuksesan acara tersebut mendekati kesempurnaan. Walaupun begitu ini semua Vivian tak pernah lewatkan kesalahan sedikitpun, ia tekun dan ambisius bagaimana acara tersebut dengan lancar.
"Wah Vi... kerja bagus, kamu sangat luar biasa dalam mengatur acara ini. Ibu bangga sama kamu." ujar Bu Nina guru yang ditugaskan sebagai pembina dalam acara ini.
"Ahaha, nggak kok Buk. Ini bukan hasil kerja keras Aku aja buk, teman-teman panitia semua ikut berkontribusi. Jadi ya syukurlah acaranya berjalan dengan lancar." ucap Vivian sedikit merendah. Tapi faktanya memang hasil kerja sama lah yang membuat acara ini menjadi begitu teratur.
"Haha, iya juga ya. Tapi kamu memang calon pemimpin yang baik. Ibu suka itu, semoga sukses selalu ya..." ujar Bu Nina sambil menepuk bahu Vivian pelan dan berlalu pergi dari ruangan itu.
Vivian saat ini beristirahat di ruang Osis, karna akhir-akhir ini Vivian tubuhnya serasa lemah, letih, lesu, loyo nggak love u lagi ke Aksel. Kepala Vivian serasa mau pecah saat ini, untuk itu teman-temannya menyarakannya untuk istirahat sejenak. Biarkan semua acara tersebut menjadi tanggungjawab teman-teman yang lainnya.
Vivian menjadi gadis yang dingin, tapi teman-temannya tetap menyayanginya. Bahkan semua juniornya pun menghormati dirinya. Vivian salah satu murid teladan di sekolah ini. Walaupun masih SMP dirinya sudah memiliki bakat dan talenta luar biasa.
"Duuh perasaan gue kok nggak enak ya, ni perut kenapa serasa mual. Mungkin karna gue nggak makan teratur kali ya jadi asam lambung gue naik. Hmm... Tapi kalo disini sendiri bosan juga. Coba gue cek dulu ah acaranya, liat penampilan teman-teman oke juga tuh." Vivian berpikir sejenak dan beranjak keluar dari ruangan tersebut. Menuju ke area acara yang digelar. Ia mengambil posisi di kursi penonton.
"Benar kata gue, teman-teman sekeren ini sayang untuk dilewatkan. Kalo aja gue nggak jadi panitia mungkin gue bisa jadi model disana ya..." gumam Vivian dalam hati sambil memperhatikan murid-murid yang berlenggak-lenggok di atas panggung itu, dengan menampilkan berbagai busana kreatifnya. Vivian iri tidak bisa menjadi peserta, karena passionnya juga ada di modeling. Sebab ia sudah berkonsultasi dengan guru BK(Bimbingan dan Konseling) tentang karir kedepannya. Walaupun begitu, Vivian harus memilih menjadi panitia sebab ia masih menjabat Osis. Sebentar lagi serah terima jabatan kepada calon anggota baru, dan ini merupakan program kerja terakhir bagi periode mereka.
Tak terasa acara pun telah selesai, untuk pemenang dan juara pun sudah dibagikan. Kini hanya tinggal panitia untuk membereskan lokasi acara tersebut karena besok mereka mendapatkan dispensasi libur untuk merehatkan diri. Akhirnya selesai juga, mereka semua berkumpul terlebih dahulu untuk mengadakan evaluasi.
"Oke teman-teman kita ngumpul dulu di Aula ini." ucap Dandi sang ketua Osis menginterupsi. Semua pun berkumpul sesuai arahan tersebut.
"Baik kita langsung saja, tidak perlu berlama-lama karena hari bentar lagi akan malam. Jadi kita cepat saja." Dandi menjeda ucapannya lalu melanjutkannya "Pertama-tama Saya sebagai ketua Osis berterimakasih sebesar-besarnya kepada teman-teman semua yang sudah melancarkan acara ini dengan sukses seperti ini. Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa kita melakukan sebuah acara bersama-sama dengan kekompakan dan inilah hasil yang dapat kita raih." ucap Dandi.
"Selain kita bekerjasama, alangkah baiknya kita memperhatikan kesehatan kita sendiri. Kita boleh sibuk, boleh mengutamakan tanggungjawab. Tapi yang namanya kesehatan tidak bisa kita abaikan. Benar begitu Vivian?" ujar Dandi kembali dan kini diambil alih Vivian.
"Ahaha iya Dan, kita tidak bisa mengabaikan kesehatan kita sendiri. Saya minta maaf atas kecerobohan saya soal kesehatan saya kepada teman-teman semua. Untuk itu di acara mendatang tidak ada kejadian seperti ini. Hanya itu saja yang bisa saya sampaikan bagaimana dengan Zidan selaku ketua pelaksana acara ini?" Vivian yang sesara di sindir oleh Dandi mengakui kesalahannya, kemudian pembicaraan itu terus berlanjut tanpa adanya ketegangan dan diakhiri dengan pamitan satu sama lain.
"Oke guys, gue cabut dulu jemputan gue dah datang bye.. Semuanya..." Vivian akhirnya berpamitan meninggalkan yang lainnya, yang sedang masih menunggu jemputan mereka masing-masing.
"Bye kak..." ujar para junior Vivian
"Bye Vi..." ujar teman-teman seangkatan Vivian
"Hati-hati dijalan Vi... See U Next Time" dan ucap Dandi sebagai penutup
Mereka saling melambaikan tangan, dan Vivian menghilang dihadapan mereka semua.
Sesampainya di rumah Vivian segera bergegas ke kamarnya, untuk mengeluarkan isi perutnya yang sudah ia tahan sejak tadi.
"Huek... Huek... Huek" Vivian meringis dan pucat menahan rasa pahit dilidahnya.
"Kenapa siih, kok bisa aku jadi selemah ini. Apa jangan-jangan..." Tersadar Vivian langsung membuka hpnya untuk mengecek kalender bulanannya.
Deeggh... Bagai sambaran petir, Vivian merasakan tidak beres di tubuhnya. Ia telat datang bulan, segera Vivian bertukar pakaian dan keluar rumah menggunakan motor yang ada dirumahnya. Ia segera menuju ke Apotik.
Sesampainya di apotik
"Cari apa dek?" tanya apoteker tersebut.
"Hmm saya mau beli tes pack mbak" jawab Vivian sedikit malu.
"Oh pasti untuk mamanya ya, sebentar mbak ambilin dulu ya..." apoteker tersebut mengambil barang tersebut, Vivian langsung membayarnya dan langsung menuju rumahnya.
Kebetulan hari ini rumah sedang sepi, tidak ada orang yang akan bertanya dan cerewet pada Vivian. Segera Vivian menuju kekamar mandi untuk mengecek dirinya. Sesuai instruksi Vivian mengikuti langkah-langkah yang ada di kemasannya.
Setelah ditunggu beberapa saat ...
"Ya tuhaan, aku harus bagaimana ini hiks..." tangis Vivian pecah sembari memegang alat yang tadi ia beli, melihat hasilnya Vivian kecewa dan hatinya berkecamuk. Ini awal perubahan kehidupan Vivian secara drastis itu dimulai.
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja