Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih gaun
Sore harinya
Jam 5 sore mereka sudah ada di dalam pesawat. Sebentar lagi pesawat akan lepas landas menuju Jakarta. Dalam perjalanan kali ini, Anggi dan Anggun tidur karena tadi mereka sudah melewatkan tidur siang. Sedangkan Nazwa hanya memejamkan mata dan berdzikir.
Singkat cerita mereka sudah turun dari pesawat dan masih makan malam di Bandara. Setekah itu, mereka masuk ke dalam mobil. Mereka langsung pulang ke rumah. Anggi dan Anggun tertidur. Nazwa menggendong Anggi yang badannya lebih kecil daripada Anggun. Sedangkan Rayhan menggendong Anggun. Mereka membawa si kembar ke kamarnya, lalu membaringkan mereka di tempat tidur. Nazwa membukakan sepatu si kembar lalu memakaikan selimut mereka.
"Den, ini barang-barangnya." Ujar bibi'
"Iya bi', Terima kasih."
"Sama-sama."
Rayhan meletakkan barang-barang si kembar di pojokan. Nazwa berharap Rayhan segera keluar dari kamar itu. Namun ternyata tidak ada pergerakan. Terpaksa Nazwa yang pamit.
"Em, Pak saya akan kembali ke kamar."
"Tunggu sebentar."
"Ada apa, Pak?"
"Lusa ada undangan resepsi. Ikutlah denganku!"
"Kenapa harus dengan saya?"
"Karena kamu juga diundang. Bukankah waktu itu mantanmu memberimu undangan?"
"Resepsi mereka?"
"Iya."
"Tidak, saya tidak akan datang, Pak. Bukan karena saya tidak bisa move-on, tapi saya malas bertemu dua orang itu."
"Tapi aku diundang."
"Ya sudah Bapak datang sendiri saja."
"Siapa tunangan ku? "
"E e... saya."
"Kalau begitu aku akan datang dengan tunangan ku, titik!"
Rayhan pun pergi dari kamar si kembar.
"Ish... dibilangin nggak mau juga. Dasar es balok! Gak bisa apa ngajaknya yang romantis dikit." Lirih Nazwa.
Nazwa keluar dari kamar si kembar lalu kembali ke kamarnya.
Rayhan sedang shalat Isyak di kamarnya. Ia bersyukur karena sudah dipertemukan kembali dengan orang di masa kecilnya dulu. Ia berharap Nazwa bisa menjadi obat hatinya.
Keesokan harinya.
Mereka kembali ke aktivitas biasanya. Si kembar ke sekolah bersama nany nya. Sedangkan Rayhan pergi ke kantor dijemput Rizal.
Rayhan sedang duduk santai di mejanya. Ia membaca file yang akan ditandatanganinya. Setelah itu Rayhan menghubungi Maminya untuk meminta tolong sesuatu.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Ada apa Bang?"
"Mami, boleh Ray minta tolong?"
"Boleh saja, asal Mami mampu."
"Em... itu Mi, besok Ray akan menghadiri acara resepsi. Ray mau bawa Nazwa, boleh kan Mi?"
"Berdua ya?"
"I-iya."
"Boleh saja. Apa kamu sudah bilang?"
"Sudah Mi. Dan tolong Mami pilihkan gaun yang cocok untuknya."
"Oke, gampang. Ada lagi?"
"Sudah Mi, itu saja. Kalau begitu Ray tutup telponnya. Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikum salam."
Setelah menerima telpon dari Rayhan, Mami tersenyum senang. Baru kali ini Rayhan meminta tolong Maminya untuk ikut campur dalam urusannya. Apa lagi ini mengenai Nazwa.
"Senang banget kayaknya Mi, telpon dari siapa?"
"Dari putra kita si kulkas empat pintu. Ternyata barusan dia minta Mami buat sediain gaun untuk Nazwa. Kayaknya kulkasnya udah mulai konslet, Pi. Haha.. "
"Bagus dong, Mi."
Mami pun segera menghubungi Nazwa yang saat ini sedang menunggu anak-anak di sekolah. Mami bilang pulang sekolah nanti Mami akan langsung membawanya ke butik. Mami ikut sopir yang menjemput mereka. Nazwa tidak tahu maksud Mami. Dia hanya mengiyakan saja.
Anggun dan Anggi sudah keluar dari sekolah. Mereka digandeng Nazwa masuk ke mobil.
"Lho ada Oma?"
"Iya, Oma ada perlu. Ayo cepat naik! "
Mereka pun naik ke mobil.
Mama Minta sopir untuk membawa mereka ke butik milik Rifka.
20 menit kemudian, mereka sampai di butik tersebut. Mereka pun turun dari mobil.
"Ao masuk. "
Mereka masuk ke dalam. Security menyapa mereka dengan hormat. Mami pun membalasnya dengan ramah. Samosi di dalam, Mami sudah disambut oleh Weni asisten Rifka yang dipercayai untuk mengelola butik tersebut.
"Selamat datang, Bu Salsa. Apa kabar?" Weni mencium punggung tangan Mami, lalu menjabat tangan Nazwa.
"Alhamdulillah baik, Wen. Kamu bagaimana?"
"Alhamdulillah, bu."
"Weni, tolong carikan gaun warna navy yang simple tapi elegan untuk Nazwa."
Nazwa terkejut mendengar ucapan Mami.
"Untuk saya, Bu?"
"Iya, untuk kamu. Bukankah besok kamu akan pergi kondangan?"
Nazwa hanya mengangguk dan tersenyum kikuk.
"Ternyata Pak Rayhan bilang ke Ibu.Duh nggak usah pake beli gaun segala kan bisa. Tapi memang Pak Rayhan orang penting, jadi aku tidak boleh membuatnya malu." Batinnya.
Weni pin memilihkan beberapa gaun untuk Nazwa. Nazwa masuk ke kamar ganti untuk mencobanya.
Mami, Anggi dan Anggun duduk di sofa menunggu Nazwa keluar dari kamar ganti. Seorang karyawan memberi mereka minuman.
"Silahkan Bu."
"Iya, Terima kasih. "
Mami pun berdiri sambil melihat-lihat baju yang lain. Sudah lama Mami tidak datang ke butik itu.
Nazwa mencoba gaun pertama dengan model slim dan bawahnya model duyung dengan aksen swarovski di bagian dada dan pinggang serta pita di bagian pundak kiri. Ia terlihat jenjang memakai gaun tersebut. Nazwa keluar dari kamar ganti.
"MasyaAllah ini cantik sekali dipakai anda. Tubuh anda sangat proporsional untuk jadi model."
"Anda berlebihan. "
"Nany.... wow cantik sekali. " Ujar Anggun.
"Iya cantik." Sahut Anggi.
"Oma, coba lihat ini nany sudah pakai gaun."
Mami pun menghampiri mereka. Mami menyunggingkan senyum melihat Nazwa yang tampak anggun mengenakan gaun tersebut. Mami yakin Rayhan akan terpesona melihatnya.
"Ini pas banget ya, kelihatan cantik. Coba gaun yang kedua!"
Nazwa pun masuk lagi ke dalam kamar ganti dan memakai gaun yang ke-dua. Model lengan Sabrina namun bawahnya mayung dengan perpaduan payet dan bahan brukat import yang didesain sangat elegan.
Nazwa keluar dari kamar ganti untuk menujukkan kepada Mami dan si kembar.
"MasyaAllah... ini juga cantik."
"Iya bu, Mbak Nazwa ini ini badannya kayak model jadi cocok saja mau pake yang model mana pun." Sahut Weni.
"Nazwa, kamu lebih suka yang mana?"
"Saya bingung. Menurut Ibu yang mana?"
"Yang ini saja, yang tadi itu kalau kamu pakai terlihat lekuk tubuh soalnya."
"Iya bu, ini saja."
"Tolong pasukan dengan hijabnya, Wen."
"Iya bu."
Tadinya si kembar ingin memotret nany nya saat memakai gaun-gaun tadi untuk diperlihatkan kepada Papa. Namun Oma melarang karena ingin memberi Papa mereka kejutan.
"Weni, nanti uangnya biar ditransfer."
"Kata Non Rifka tidak usah, bu. Itu gratis untuk calon kakak ipar katanya. " Bisik Weni.
"Oh, ya sudah. Terima kasih."
"Sama-sama Bu."
Padahal Mami belum mengumumkan pertunangan Rayhan dan Nazwa, tapi sepertinya Rifka sudah menyangkanya.
Setelah bajunya dimasukkan ke dalam paperback , Nazwa pun membawanya. Mereka masuk ke mobil dan pulang ke rumah.
Bersambung....
...****************...
menjelang lebaran bunda author sibuk, semangat 💪🙏😊
Si Rendra begitu disiplin yaa, krn bisa ikut sarapan tepat wkt dan tdk ada drama bangun kesiangan,😂😂😂