Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 28 - REJECTION
Aku dengan Ethelia pun hanya bisa tersenyum ramah kepada mereka berdua.
Saat wanita yang mengenakan atasan kaos berwarna putih dengan bawahan celana pendek berwarna jingga tua sepanjang paha dan sedikit di atas lutut dengan menggunakan sandal jepit yang berwarna hijau tua yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Shavirry yang ternyata ia adalah kakak perempuannya itu menatap ke arah kami bertiga.
Lalu tiba-tiba raut wajahnya yang tadinya melihat kami dengan ceria langsung menjadi sedih dengan air matanya langsung menetes dan mengalir membasahi pipinya itu ketika ia melihat ke arah Leonardo.
Ia pun langsung saja berjalan mendekati ke arah Leonardo sambil memegang wajahnya dengan kedua tangannya dan menatap wajahnya dengan tatapan yang dalam seolah-olah tidak percaya jika yang ia lihat saat ini itu adalah anaknya sendiri.
Lalu dengan perasaan yang sedihnya itu ia berkata kepada putranya dengan suara yang sedikit serak karena menangis, “Anakku sayang, kau sudah kembali rupanya”
Leonardo yang awalnya tidak mengharapkan perlakuan apa-apa dari kedua orangtuanya itu pun langsung ikut meneteskan air matanya dan juga karena ia merasa sangat sedih mengetahui ternyata ibunya sangat mencintainya dengan dalam selama ini dan maka dari itu di saat bertemu dengannya kembali, ibunya langsung menangis dengan deras.
Di saat ia belum menghilang dan masih tinggal bersama mereka, kedua orang tuanya tidak pernah memberikannya kasih sayang dalam bentuk apapun dan hanya bisa membentak bahkan memarahinya dengan nada suara yang keras. Terkadang perkataannya juga jarang didengar atau dibalas dengan baik oleh kedua orang tuanya itu.
Hanya di saat inilah, ia bisa melihat wajah ibunya yang terlihat sangat merindukan dirinya itu.
Leonardo di saat itu langsung memeluk ibunya dengan erat lalu berkata, “Ternyata ibu masih ingat aku”
Mereka berdua pun berpelukkan untuk beberapa saat sambil menangis bersama, aku dengan Ethelia di sini juga ikut merasakan sedihnya mereka. Namun wanita yang bernama Shavirry itu seperti terlihat tidak menyukai ini semua, dengan wajahnya yang galak ia bertanya kepada kami.
“Memangnya kalian dari mana bisa menemukan anak ini?” tanya Shavirry kepada kami dengan nada suara yang terdengar sangat kesal itu.
“Aku menemukannya di balkon rumahku” jawab Ethelia sambil tersenyum ramah kepadanya.
Shavirry pun bertanya kembali kepada kami dengan nada bicara yang galak dan tajam itu, “Lalu dari mana kamu bisa tahu ini rumahnya?”
“Baru saja tadi dia cerita di rumahku” jawab Ethelia dengan nada bicara yang santai dan senyuman yang ramah kepadanya.
Setelah Leonardo dan ibunya selesai berpelukkan, akhirnya ibu dari Leonardo itu pun menghapus air matanya sendiri dengan kedua tangan lalu menatap ke arah kami dan menyambut kami untuk masuk ke dalam rumahnya itu dengan intonasi nada bicara yang hangat dan lembut sambil tersenyum senang.
"Eh kalian jangan berdiri doang di sini, ayo masuk ke rumah” kata ibunya Leonardo yang mengajak kami juga ikut masuk ke dalam rumahnya itu dengan suara yang sedikit serak karena habis menangis.
Kami bertiga pun berjalan masuk ke rumahnya dengan dituntun oleh ibunya Leonardo itu.
Pemandangan depan rumahnya yang terlihat asri karena bagian halamannya dipenuhi oleh batu-bebatuan kecil berwarna putih yang biasa terdapat di taman serta beberapa rerumputan yang terurus dengan rapi dan juga tanaman hias yang tergantung di depan pintu masuk rumahnya itu membuat rumah ini terlihat sangat adem untuk dilihat.
Lalu saat berada di dalam rumahnya orang tua Leonardo itu, di sebuah ruang tamu yang terlihat sederhana dan terletak di tengah ruangan itu, terlihat sebuah televisi modern berukuran besar di depan sebuah sofa panjang berwarna biru tua serta sebuah meja kayu di depan sofa tersebut dan tepat di atas televisi tersebut terdapat sebuah jam dinding modern yang saat ini tengah menunjukkan jam 11 siang.
Selain itu, kami juga melihat seorang pria yang terlihat seumuran dengan ibunya Leonardo itu sedang duduk santai di sebuah sofa yang terletak di depan televisi yang menyala sambil menonton televisi tersebut yang terlihat tampilan program televisi tersebut yang sedang menyiarkan berita terkini
ibunya Leonardo langsung memanggil pria itu untuk melihat siapa yang telah datang dengan suara yang sedikit lebih keras dari sebelumnya namun masih terdengar lembut, “Suamiku sayang, lihatlah siapa yang datang. Anakmu ini sudah kembali lho”
Pria tersebut yang ternyata adalah ayahnya akhirnya menoleh ke arah kami dengan tatapan wajahnya yang terlihat sangat terkejut seolah tidak percaya apa yang sedang ia lihat tersebut.
Ia pun beranjak dari sofa itu dan berdiri lalu menoleh ke arah istrinya dan bertanya kepadanya dengan nada yang lembut, “Ini beneran kan sayang? Anak kita telah kembali?”
“Iya betul” jawab ibunya Leonardo dengan perasaan yang sangat senang
Ayahnya Leonardo itu pun langsung menghela napas panjang dan menjawab istrinya itu dengan nada bicara yang terdengar sangat kesal yang di mana sangat terasa seperti sudah lama sekali mereka bertengkar seperti itu sehingga istrinya bersikap biasa aja terhadapnya.
“Sayang, kuberitahu aja ya sekali lagi. Mungkin hubungan kita telah membaik, tapi jika kamu ingin aku menerima kembali anak ini maka aku tidak mau” kata suaminya itu dengan wajahnya yang terlihat sangat jutek itu.
Aku dan Ethelia pun saling berhadapan karena merasa kaget setelah mendengar percakapan mereka berdua, lalu kami pun menoleh ke arah Leonardo untuk memastikan apakah ia sedang baik-baik saja namun dari wajahnya sudah terlihat dengan jelas bahwa ia sudah terbiasa dengan semua yang terjadi ini.
“Kenapa sayang? Padahal ini kan anakmu sendiri” jawab ibunya Leonardo dengan nada bicara yang lembut itu.
Ayahnya Leonardo pun menjawab kembali istrinya dengan nada bicara yang terdengar sudah sangat muak itu, “Aku tidak mau tahu, aku sudah tidak mau mengurusinya lagi”
Ethelia pun langsung berbicara dan sedikit merayu kepada mereka dengan raut wajah yang langsung berubah menjadi sangat imut dan nada suara yang sedikit dibuat terdengar agar lebih imut dan lucu agar mereka mau menerima anaknya kembali.
"Tante, om ayolah pliss. Anakmu ini gak ada salah apa-apa kok, dia pas di rumahku juga sifat dan kebiasaannya baik banget. Dia ramah, sopan, suka memba-"
Kata-katanya Ethelia pun langsung terpotong oleh jawaban dari ayahnya Leonardo itu yang dengan sengaja memotong pembicaraannya dengan nada bicaranya yang terkesan galak dan menyebalkan itu.
"Sudah cukup, aku gak mau mendengar apa-apa lagi untuk sekarang"
Aku yang dari tadi mendengarkan keributan mereka pun akhirnya angkat bicara dengan berani, aku berkata kepada mereka sambil menatap serius wajah mereka berdua.
“Kalau begitu, bolehkah aku menikahinya? Setidaknya kalian hanya mengurusi izin-izinnya saja” kataku dengan nada yang sedikit tegas namun terdengar lembut juga.
Kedua orang tuanya Leonardo pun langsung menatap ke arahku dengan tatapan yang ragu dan tidak yakin itu. Lalu tanpa menunggu lama, ayahnya Leonardo langsung berbicara menjawabku dengan nada suara yang tegas itu.
Ayahnya Leonardo pun langsung tersenyum lebar dan merasa lega lalu menjawabku kembali, “Boleh saja, ide yang bagus karena aku sudah tidak ingin melihatnya lagi”
Ibunya Leonardo pun menatap ke arah kami dan tersenyum lebar lalu berkata dengan lembut kepada kami, “Ah iya ya sudah kalau begitu, kita semua duduk aja dulu di sini. Shavirry boleh kamu bawakan minum ke sini?”
Shavirry dengan wajahnya yang masih terlihat galak itu pun menuruti permintaan ibunya Leonardo itu dan langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa gelas air minum untuk diberikan kepada mereka.
Kami bertiga pun berjalan menuju sofa panjang tersebut dan duduk di atas sofa yang nyaman dan lumayan empuk itu bersama dengan kedua orang tuanya Leonardo yang berada di sebelah kiri kami.
“Yang tadi bilang mau menikahi Leonardo siapa namanya?” tanya ayahnya Leonardo sambil menatap ke arah kami dengan wajahnya yang jutek itu.
“Aku pak, namaku Nairiya” jawabku dengan nada bicara yang lembut sambil menoleh ke arahnya.
Ayahnya Leonardo pun berbicara kepadaku dengan kali ini suara yang lembut, “Bagus kalau begitu, gimana kalau besok kalian menikah dengan tertutup? Lalu setelah itu kamu boleh bawa dia ke rumahmu”
Aku pun menjawabnya dengan tersenyum senang, “Baiklah, boleh aja sih pak. Nanti aku kasih tahu orang tuaku dulu”