"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2.
“Mom, kenapa tiba-tiba menelpon ku ke sini?” tanyanya dengan nada serius, semua jejak keramahannya hilang.
"Ayo, kita bahas ini di kamar Mommy." Kata Martha sembari memberi isyarat agar Aletta mengikutinya.
Leo, Aletta dan Martha semuanya menuju ke arah kamarnya, dan kemudian Leo menutup pintu di belakang mereka.
"Duduklah, Aletta." Kata Leo, membuat Aletta merasa semakin cemas. Ia melakukan apa yang di perintahkan kakaknya dan duduk di atas tempat tidur ibunya.
"Aletta..." Martha mulai buka suara. "Apa yang akan Mommy katakan padamu akan mengubah hidup mu selamanya." Martha menghampiri putrinya dan duduk di sampingnya.
"Sebelum Daddy kamu meninggal, dia punya sahabat. Mereka tumbuh bersama dan melakukan segala hal bersama. Mereka seperti tak terpisahkan." Sambung wanita itu.
"Mom, kenapa Mommy menceritakan kisah Daddy padaku?." Tanya Aletta mulai merasa kesal.
Berbicara tentang ayahnya selalu membuat Aletta sensitif karena ia tidak pernah mengenal ayahnya sebelum dia meninggal. Ibunya sedang mengandung Aletta delapan bulan ketika ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil.
Aletta telah menjalani seluruh hidupnya tanpa ayahnya, dan wanita itu lebih suka tidak membicarakan tentang ayahnya. Ibunya tahu hal ini, jadi mengapa dia membicarakannya?
Martha mengusap pahanya dengan gugup dan melirik Leo, yang menghindari tatapannya.
"Ya, Daddy kamu membuat kontrak dengan sahabatnya sebelum dia meninggal dan kontrak itu melibatkan kamu dan putra sahabat Daddy mu."
Aletta yang melihat ibunya gugup juga membuatnya merasa gugup karena ia tidak tahu apa yang diharapkan.
"Apa isi Kontrak? Dan kenapa melibatkan aku?." Tanya Aletta.
"Yah..." Martha terdiam sejenak, ragu untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya.
"Ayolah, Mommy. Katakan saja!." Gerutu Aletta kesal.
"Kontrak itu berisi bahwa kamu dan putra sahabat Daddy mu harus segera menikah setelah umur kamu dua puluh empat tahun." Kata Martha cepat dan mengembuskan napas dalam-dalam seolah beban berat telah terangkat dari dadanya.
Butuh beberapa saat bagi Aletta untuk memproses apa yang baru saja didengarnya, dan butuh waktu lebih lama lagi baginya untuk memahaminya.
Ibunya jelas-jelas bercanda. Dia tidak mungkin menganggap serius ayahnya yang membuat kontrak seperti itu.
Dunia telah berkembang secara signifikan, dan siapa pun diizinkan untuk membuat keputusan mereka sendiri.
Mereka seharusnya memilih sendiri pasangan yang ingin mereka habiskan hidup bersama, dan bukan menikah dengan pilihan orang tua mereka.
Martha dan Leo saling berbagi pandangan dengan raut wajah gugup. Aletta tidak mengatakan apa pun setelah Martha bercerita tentang kontrak pernikahan dengan sahabat keluarga mereka.
Beberapa saat dalam kesunyian, Aletta tiba-tiba tertawa dan hal ini membuat Martha dan Leo semakin takut. Wanita itu berhenti tertawa, dan ekspresinya berubah semakin dingin.
"Jadi, maksud Mommy... Daddy membuat kontrak yang melibatkan kebebasan ku dengan putra sahabatnya dan Mommy tidak berusaha menghentikannya?." Tanya Aletta dengan nada rendahnya yang berbahaya.
Martha mengusap dahinya. "Mommy tidak tahu apa pun tentang kontrak itu sampai setelah Daddy kamu meninggal ketika pengacara mengatakannya pada Mommy."
"Kalau Daddy dan sahabatnya itu sangat dekat, kenapa aku tidak pernah bertemu dengan putranya atau pun keluarganya?." Tanya Aletta.
"Itu karena Mommy menjauhkan mu dari mereka setelah Daddy mu meninggal. Setelah Mommy tahu kesepakatan yang di buat Daddy mu." Jawab Martha.
"Tentu saja, Mommy marah karena Daddy kamu sudah mengambil keputusan sebesar ini tanpa memberitahu Mommy. Itulah sebabnya... Mommy melarang sahabat Daddy mu ke sini atau menemui mu." Kata Martha menjelaskan. "Dia mau menghormati keputusan Mommy dan... Mommy pikir kita sudah tidak akan bertemu dengannya sampai akhirnya kemarin ketika pengacaranya datang ke sini, dia mengingatkan Mommy tentang kontrak itu dan mengatakan bahwa dia masih berencana menikah kamu dengan putranya."
Aletta terdiam beberapa saat seakan tengah memikirkan sesuatu. Baiklah, mungkin ibunya tidak tahu apa yang telah ayahnya lakukan. Tetapi, itu tidak berarti Aletta benar-benar setuju untuk menikah dengan seseorang yang tidak di kenalnya.
"Aku tidak perduli kalau mereka ingin melanjutkan kontrak itu, Mom. Tapi, aku tidak akan menikah dengan pria yang tidak aku kenal!."
Aletta bangkit dari duduknya, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar ibunya. Tetapi Leo menghentikannya.
"Apa lagi, Kak?." Bentaknya.
"Ada konsekuensinya kalau kamu dan putra sahabat Daddy menolak untuk menikah, Aletta. Dan kakak tidak ingin kamu menanggung konsekuensinya." Kata Leo dengan lembut.
"Memang nya apa yang terjadi kalau aku menolak untuk menikah?." Tanya Aletta dengan rasa ingin tahu.
"Kamu akan kehilangan warisan sesuai kontrak dan kamu bisa di keluarkan dari keluarga karena sudah membatalkan perjanjian kalau keluarga sahabat Daddy memutuskan untuk menuntut dan kalau mereka mengetahui penolakan mu mereka pasti akan menuntut."
"Apa-apaan ini? Daddy sudah seperti menjual putrinya sendiri pada sahabatnya! Bagaimana Daddy bisa membuat keputusan sebesar itu atas namaku? Apa yang ada di pikirannya saat dia membuat keputusan seperti itu?!." Aletta benar-benar sangat marah. Semua yang di terimanya hari ini membuatnya kesal dan berpikir bahwa dunia ini memang tidak adil untuknya.
Sementara itu, Martha dan Leo hanya bisa terdiam menunggu keputusan yang akan di ambil oleh Aletta.
Aletta adalah orang yang baik dan manis, tetapi satu hal yang harus di ketahui adalah jangan membuatnya marah.
Sebaik apapun Aletta, dia memiliki gelombang kemarahan yang mengerikan, itulah sebabnya dia hampir tidak pernah marah. Namun begitu dia marah, semua kekacauan akan terjadi.
Aletta bisa merasakan emosinya menguasai dirinya. Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Ia tidak akan marah.
"Siapa sahabat Daddy?." Tanya Aletta dengan tenang karena ia menyadari bahwa ia bahkan tidak tahu siapa sahabat ayahnya.
"Alexander Emerson." Jawab Leo.
Mata Aletta membelalak kaget saat mendengar nama sahabat ayahnya. "Jadi itu artinya aku harus menikah dengan Azada Delvan Emerson?."
"Ya." Jawab Martha.
Bahkan jika Aletta mempertimbangkan untuk menikah, tidak mungkin dirinya akan menerima kontrak tersebut, terutama setelah ia mengetahui dengan siapa dirinya akan menikah.
Keluarga Emerson adalah salah satu keluarga yang paling berpengaruh di dunia ini, sama seperti keluarga Anandra.
Mereka adalah satu-satunya keluarga yang mampu menerima keluarga Anandra karena mereka memiliki status sosial yang sama.
Keluarga Emerson memiliki dua putra: Delvan yang lebih tua, dan Vian Vandra Emerson.
Sementara Delvan dikenal kejam dan sadis.
Aletta belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, tetapi ia pernah mendengar tentang betapa buruknya Delvan dan keluarga mereka berharap ia akan menikah dengan pria seperti itu. Tidak akan pernah!
"Aku tidak akan menikah dengan monster seperti Delvan itu!"
Leo meletakkan tangannya di bahu adiknya. "Kakak janji, kami tidak akan memaksamu untuk menikah dengannya, tapi setidaknya kita harus bertemu mereka dan mendengar apa yang mereka katakan," desaknya.
“Dan Mommy pikir kamu juga perlu berbicara dengan Delvan untuk mengetahui bagaimana perasaannya tentang hal ini. Lagipula, ini tentang hidupmu. Tidakkah kamu juga berpikir begitu?." Kata Martha.
Aletta mendesah pasrah. Jika ia menolak pernikahan ini, setidaknya ia bisa bertemu dengan Azada Delvan Emerson.
Aletta tidak peduli apakah dirinya akan kehilangan warisannya atau dikeluarkan dari keluarga.
Tidak mungkin ia akan menikah dengan Delvan. "Baiklah kalau begitu, aku akan menemuinya sekali saja, tapi hanya karena Kakak yang memintaku."
Leo tersenyum dan memeluk adik perempuannya. "Ayo, kita makan siang," katanya sembari menuntun Aletta dan Martha ke ruang makan.
****
Bersamaan dengan itu, di tempat lain.
"Apa?." Tanya Delvan terkejut dengan apa yang baru saja diungkapkan orang tuanya kepadanya.
Dia menatap kedua orang tuanya, berharap mereka sedang mengerjainya, tapi ekspresi mereka menunjukkan bahwa mereka sedang bersungguh-sungguh.
Setelah tiba di kediaman orang tuanya, Delvan mendapati kedua orangtuanya sedang menunggu kedatangannya. Mereka mengatakan kepada Delvan bahwa ada sesuatu yang penting untuk diceritakan kepadanya dan bahwa hal itu akan mengubah hidupnya.
Ayahnya lalu menceritakan kepadanya tentang kontrak yang dibuatnya dengan sahabatnya untuk menikahkannya dengan putrinya.
"Kita sudah sepakat untuk menikahkan kalian berdua setelah dia berusia dua puluh empat tahun, dan sebulan yang lalu... umurnya sudah genap dua puluh empat tahun." Kata Alexander sembari menatap tajam ke arah putranya, menunggu reaksinya terhadap apa yang baru saja dia ungkapkan kepadanya.
"Papa sebenarnya tidak berniat meneruskan kontrak itu, kan?." Tanya Delvan.
Tentu saja tidak mungkin ayahnya benar-benar menginginkan dia menikahi seorang gadis yang belum pernah dia temui.
Ini adalah tahun 2021 dan orang yang sudah dewasa boleh memutuskan siapa yang mereka inginkan untuk di jadikan pasangan hidup, bukan menikah karena pilihan orang tua.
"Sebenarnya, kami yang mendesaknya. Delvan." Jawabnya Alexander dengan tegas. "Kamu tahu kalau keluarga Emerson selalu menepati janji dari semuanya orang."
Delvan tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya.
"Aku tidak akan menikah dengan seorang gadis yang belum pernah kutemui sebelumnya, Papa. Papa yang membuat kontrak dan bukan aku, jadi aku tidak berkewajiban untuk mematuhinya." Kata Delvan dengan nada dingin.
Setelah selesai berbicara dan Delvan bangkit berdiri, bermaksud untuk meninggalkan ruangan.
"Kalau kamu menolak menikah, maka kamu bisa menganggap dirimu orang luar, Azada Delvan Emerson!." Kata Alexander mengancam dan hal itu membuat langkah Delvan terhenti.
“Apa maksud, Papa?." Tanya Delvan dengan curiga.
Alexander berjalan ke arahnya dan berhenti di hadapannya. "Kalau kamu menolak untuk menikah dengan gadis yang telah papa pilihkan untukmu, maka kamu tidak akan mendapatkan sepeserpun dari warisan papa." Kata Alexander, tidak ingin kalah dari putranya.
Sifat keras kepala merupakan sesuatu yang mengalir dalam darah Emerson. Dan Alexander tidak mau kalah dari putranya.
Alexander ingin Aletta menikah dengan Delvan, dan ia siap melakukan apa saja untuk memastikan hal itu terjadi, bahkan jika itu termasuk mengancam putranya.
"Putuskan apa yang kamu inginkan terjadi padamu. Menikahlah atau kamu akan diusir dari keluargamu."
Delvan tidak mengatakan apa pun. Ayahnya telah memainkan permainan yang bagus dengan mengancam akan mengusirnya dari keluarganya.
Ayahnya tahu betapa pentingnya keluarga baginya, itulah sebabnya ia memutuskan untuk menggunakan keluarga untuk melawannya. 'Bagus sekali, Papa.' gumamnya dalam hati.
Delvan berbalik untuk pergi, lalu membuka pintu, tetapi ia tiba-tiba berhenti karena menyadari dirinya tidak tahu siapa gadis itu.
"Siapa gadis yang akan dinikahkan dengan ku?." Tanya Delvan, tanpa menoleh ke belakang.
"Aletta Gabrelia Anandra." Jawab Alexander.
Mendengar nama itu, Delvan terkejut saat mengetahui bahwa ia ditakdirkan untuk menikahi Aletta. Ia baru saja bertemu dengan gadis itu beberapa jam yang lalu dan ia tidak tahan dengannya, tetapi ternyata ia diharapkan untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan gadis itu?. Tidak mungkin ia akan menikahinya!
"Bagaimana kalau dia menolak untuk menikah denganku?." Tanya Delvan mencari cara agar tidak jadi menikah dengan Aletta.
"Itu bukan pilihan, Delvan. Kalau dia menolak, buat saja dia setuju untuk menikah denganmu. Lagipula, kamu tahu bagaimana mendapatkan apa yang kamu inginkan." Jawab Alexander.
Delvan tidak ingin mengatakan apa pun lagi dan pergi meninggalkan ruangan.
“Apa yang terjadi? Apa Kakak dan Papa bertengkar lagi?." Tanya Vian, adik Delvan, bertanya-tanya pada dirinya sendiri ketika melihat kakaknya marah.
Delvan hanya menatap Vian sekilas dan meninggalkannya tanpa mengatakan apa pun.
Vian sama sekali tidak terkejut karena kakaknya selalu bersikap dingin kepadanya.
Orang lain mungkin mengira Delvan membenci saudaranya, tetapi Vian tahu bahwa Kakaknya itu sangat mencintainya karena dia telah melakukan banyak hal untuknya. Namun, bersikap baik bukanlah salah satunya.
Vian berjalan ke kamar orang tuanya, di sana ia melihat ibu dan ayahnya sedang membicarakan sesuatu. Tampaknya penting karena mereka tidak menyadari bahwa ia telah memasuki kamar mereka.
"Papa, mama. Apa yang terjadi? Aku baru saja melihat Kakak pergi dengan marah. Apa dia bertengkar dengan kalian lagi?." Tanya Vian, menatap ayahnya.
"Bisa di bilang begitu." Jawab Alexander.
Vian mengernyitkan dahinya mendengar jawaban ayahnya. "Apa yang Papa lakukan kali ini sampai membuat Kakak marah?." Tanya Vian menuduh, membuat Alexander tertawa.
"Papa mengatur pernikahannya dengan Aletta Gabrelia Anandra." Jawab Alexander.
"Apa?." Seru Vian, terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan ayahnya.