NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Olahraga season 2

...0o0__0o0...

...Arya berbaring di bench press, menggenggam barbel berat. Otot lengan-nya menegang, tapi gerakan-nya tenang, presisi....

...Naya berdiri di samping, memandang tak berkedip....

...“Perhatikan,” perintah Arya tanpa menoleh....

...Laki-laki itu mengangkat barbel perlahan, mengontrol setiap inci gerakan-nya. Nafasnya stabil, matanya fokus lurus ke atas....

...“Latihan bukan soal tenaga meledak-ledak,” kata Arya datar. “Tapi soal disiplin.”...

...Barbel naik turun dengan irama sempurna....

...Naya memegang dadanya sendiri—bukan karena takut, tapi karena kagum bercampur terpesona....

...“Tuan kuat banget…” Ucap Naya, tak berkedip mengamati otot yang tercetak jelas di lengan kekarnya....

...Arya tersenyum tipis. “Aku harus kuat. Pekerjaan ku menuntut itu. Dan kamu…” Ia menoleh sedikit, suaranya turun. “Maksud saya Karan butuh daddy yang kuat.”...

...Naya hampir salting guling-guling, namun mendengar kalimat terakhir Arya, khayalan-nya seketika runtuh....

...Arya bangkit dari bench, menggelar dua matras berdampingan....

...“Kemari,” katanya. “Kita push-up bareng.”...

...“B-Bareng ?” Ulang Naya ragu....

...Arya sudah turun posisi plank. “Hitungan satu.”...

...Naya cepat-cepat menyusul, sedikit kikuk....

...Arya mulai menurunkan badan. “Dua… tiga… ikuti.”...

...Naya mencoba, tapi baru empat hitungan, tangan-nya mulai gemetar. “Aku… aku nggak kuat, Tuan…” rintih Naya....

...Arya tidak menghentikan gerakan-nya. Push-up-nya stabil, ritme-nya dingin dan mengintimidasi....

...“Naya,” panggil Arya tanpa menoleh. “Jangan menyerah hanya karena sakit kecil.”...

...“Tapi—”...

...“Fokus pada napas mu. Ikuti suara ku.” Potong-nya cepat....

...Arya menurunkan tubuhnya. “Satu…” ia mulai berhitung....

...Naya mengikuti, menahan napas....

...“Bagus. Teruskan.” kata Arya tenang. Ia menurunkan tubuh untuk ke-13 kalinya tanpa terlihat letih....

...Naya jatuh ke matras, wajahnya menempel ke lantai. “Selesai…” keluhnya nyaris menangis....

...Arya berhenti. Ia menoleh, satu lutut turun, mendekati Naya....

...“Tidak apa-apa,” katanya sambil menyentuh punggung Naya ringan. “Tubuh mu perlu menyesuaikan. Kamu akan kuat dan terbiasa nantinya.”...

...“Beneran Tuan ?” kata Naya pelan. Nafasnya masih ngos-ngosan....

...“Ya.” Arya menyapu keringat di pelipis Naya dengan ibu jarinya. “Kamu hanya butuh waktu. Dan aku ada di sini menemani, sampai kamu bisa.”...

...Wajah Naya memerah, kulitnya terasa panas, di tambah detak jantung yang tidak stabil....

...Gadis itu mengumpat dalam hati lagi, sentuhan, perkataan Arya terasa membekas di otak dan kulitnya....

...0o0__0o0...

...“Sekarang sit-up,” katanya. Arya Menahan Kaki Naya...

...Dahi Naya mengerut. “Itu susah…” Guman'nya Lirih, manyun....

...“Makanya aku bantu.” Katanya pelan....

...Arya duduk di ujung kaki Naya dan menahan pergelangan kakinya dengan kedua tangan-nya. Pegangan-nya kuat, stabil—membuat Naya tidak bisa bergerak ke mana-mana selain ke depan....

...“Ayo mulai.” Titahnya datar....

...Naya mencoba satu sit-up, lalu roboh lagi....

...Arya menunduk sedikit. “Terlalu cepat menyerah.” Suara Arya rendah. “Lihat aku.”...

...Naya mengangkat wajah, tatapan mereka bertemu. Mata tajam Arya seakan mengunci dan membawa-nya tenggelam semakin dalam....

...“Gunakan aku sebagai fokus,” katanya. “Tarik napas, naik perlahan.”...

...Dengan mata tetap ke Arya, Naya berhasil satu… dua… tiga sit-up....

...Arya tersenyum kecil—jarang, tapi nyata. “Begitu. Kamu bisa kalau kamu mau.”...

...Latihan Terakhir – Arya Menunjukkan Kekuatan...

...Arya berdiri, mengambil kettlebell besar, lalu mengayunkannya dengan gerakan kuat tapi terkontrol. Nafasnya ritmis, tubuhnya tegak....

...Naya memperhatikan dengan mata berbinar kecil....

...“Tuan nggak capek ?”...

...“Tidak,” jawab Arya simpel. “Aku terbiasa. Dan aku harus jauh lebih kuat dari semua orang di rumah ini.” Ia berhenti mengayun, menatap Naya dari ujung ruangan. “Kamu pun harus punya dasar kekuatan. Bukan untuk tampil… tapi untuk bertahan.”...

...Nada itu intens. Gelap. Protektif dengan cara yang tidak semua orang bisa mengerti—tapi Naya mengerti....

...“Dan mulai hari ini…” Arya mendekat, langkahnya pelan namun menghantam lantai seperti ketukan keputusan final....

...“Olahraga kita selalu berdua.”...

...Naya berkedip. “Setiap hari?”...

...“Setiap hari.”...

...Arya menyentuh dagu Naya, mengangkat wajahnya. “Aku tidak akan meninggalkanmu berjuang sendirian.”...

...Naya menggenggam ujung kaosnya, menahan senyum malu....

...“…Iya, Tuan.”...

...Arya tersenyum tipis—dingin, tapi bangga....

...“Bagus.”...

...Pendinginan – Assisted Stretching...

...Naya duduk di atas matras, napasnya masih tersengal pelan. Pipi dan lehernya kemerahan karena latihan. Tubuhnya gemetar—bukan karena takut, tapi karena kelelahan yang baru pertama kali ia rasakan....

...Arya berdiri di belakangnya, diam seperti bayangan gelap yang menunggu waktu untuk bergerak....

...“Tiduran,” katanya pendek....

...Naya menurut, membaringkan tubuh perlahan....

...Arya berjongkok di sisi kiri, kemudian meraih kaki Naya tanpa memberi peringatan....

...“Kita mulai dengan hamstring. Santai saja.”...

...Naya menegang spontan. Arya mengangkat kaki kirinya perlahan—sangat perlahan—dan menopangnya dengan lengan bawah. Tangan satunya menahan lutut Naya agar tidak menekuk....

...“Tarik napas,” ujar Arya....

...Naya menarik napas....

...“Buang.”...

...Arya mendorong kaki itu sedikit lebih jauh ke atas. Tidak kasar, tapi cukup untuk membuat tubuh Naya melengkung kecil karena tarikan otot....

...“Nggihh… sedikit sakit, Tuan…” keluh Naya pelan....

...Arya tidak melepaskan....

...“Normal,” jawabnya datar. “Tubuhmu tegang. Aku meluruskannya.”...

...Ia menahan posisi itu, matanya fokus pada garis betis dan paha Naya seperti sedang menilai kerja suatu mesin yang baru ia servis....

...“Jangan lawan,” Arya menambahkan dengan nada rendah. “Biarkan aku yang mengarahkannya.”...

...Naya hanya bisa mengangguk....

...Arya menurunkan kaki perlahan, kemudian mengangkat kaki satunya. Prosesnya sama—terkontrol, stabil, sedikit menyakitkan tapi terasa aman....

...“Bagus,” gumam Arya. “Ototmu responsif.”...

...Stretching Punggung – Arya Memegang Bahu Naya...

...Arya memindahkan posisi ke belakang Naya. Ia menarik Naya untuk duduk kembali....

...“Punggung mu kaku. Aku perbaiki.”...

...Arya duduk di belakang-nya, mendekat sampai kedua lututnya menyentuh punggung Naya. Tangan-nya naik ke bahu gadis itu—hangat dan kuat....

...“Tegakkan badan.” Titah-nya tegas....

...Naya mencoba, tapi tubuhnya gemetar kecil. Arya menarik bahu itu dari belakang, memperbaiki posisi-nya dengan gerakan yang sangat terkontrol....

...“Lurus. Jangan tunduk.”...

...Tangan Arya menelusuri sepanjang tulang belakang Naya, bukan dengan sentuhan menggoda, tapi sentuhan analitis—seperti memetakan titik ketegangan....

...“Kamu terlalu sering menggendong Karan dengan postur salah,” komentar-nya. “Aku bisa merasakan beban-nya di sini.” Ia menekan titik di punggung Naya dengan jempol....

...Naya terkejut, meringis. “T-Tuan… sakit…”...

...“Akan hilang sakitnya nanti,” jawab Arya tenang. “Tahan.”...

...Arya menekan sedikit lagi. Napas Naya tersengal, tapi perlahan rasa sakit itu berubah menjadi lega....

...“Lihat ?” Arya bersuara rendah. “Tubuh mu mulai rileks.”...

...Stretching Atas – Laki-laki itu Mengarahkan Lengan Naya...

...Arya menarik lembut pergelangan tangan Naya. “Tangan ke atas.” Titah-nya....

...Naya mengangkat tangan—walau gemetar. Arya berdiri, memegang kedua pergelangan tangan gadis itu dari belakang, lalu menarik-nya sedikit ke atas untuk memaksimalkan peregangan....

...“Tarik napas,” perintah Arya....

...Naya menarik napas....

...“Buang.”...

...Arya menarik lebih tinggi....

...Naya mengerang kecil. “Tuan… tinggi banget…”...

...“Lutut mu tetap di lantai.” Perintah-nya tegas....

...Arya menahan bahu Naya dengan satu tangan agar posisinya tidak geser. “Jangan kabur dari tarikan. Kamu belajar dari rasa itu.”...

...Kalimatnya gelap, tapi ada ketenangan aneh yang membuat Naya justru menuruti tanpa pikir panjang....

...Stretching Pinggang – Arya Mengunci Posisi...

...Arya turun ke samping-nya kembali....

...“Sekarang miring.”...

...Naya memiringkan tubuhnya. Arya menahan pinggul Naya dengan satu tangan untuk memastikan tidak terangkat....

...“Jangan angkat pinggul.”...

...“Tapi, Tuan… susah…”...

...“Kalau aku bilang diam, diam.”...

...Nada Arya begitu datar sampai membuat Naya refleks berhenti bergerak....

...Laki-laki itu menarik lengan atas Naya ke arah berlawanan, meregangkan sisi tubuhnya. Otot gadis itu terasa ketarik, tapi tidak sampai menyiksa....

...Arya mengamati dengan tajam. “Tubuh mu lentur. Kamu hanya perlu membiasakan diri.”...

...“Benaran ?” tanya Naya lirih....

...Arya menurunkan lengan itu, lalu menepuk kepala Naya lembut—kontras dengan suara dingin-nya....

...“Ya,” jawab Arya. “Kamu lebih kuat dan lebih lentur dari yang kamu pikir.”...

...Arya berdiri, mengulurkan tangan ke Naya untuk membantu-nya bangun....

...Naya menggenggam-nya—kecil, gemetar, tapi percaya....

...“Selesai untuk hari ini,” kata Arya. “Besok kita tingkatkan sedikit.”...

...“Sedikit… itu banyak, ya, Tuan ?” Naya menatap-nya dengan pasrah....

...Arya tidak menjawab langsung. Ia menunduk, menatap gadis itu dalam-dalam, lalu berkata dengan suara rendah yang membuat bulu kuduk Naya berdiri....

...“Aku tidak akan pernah membiarkan mu berhenti di tengah jalan.” Kemudian ia menambahkan, lebih lembut tapi tetap tegas. “Kamu di bawah pengawasan ku. Dan aku akan pastikan tubuh mu berkembang dengan cara yang benar.”...

...Naya hanya bisa mengangguk pelan....

...Arya tersenyum tipis—senyum yang gelap, bangga, dan menguasai....

...“Bagus. ”...

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!