Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Sudah beberapa hari berlalu, seperti nya Lidah Mia dan Mas Randi mulai menerima apapun yang mereka makan. Terbukti mereka masih bisa makan dengan lahap walaupun hanya dengan sayur dan tahu tempe.
"Mau kemana bu? bukan nya ibu libur kan!" Bi Sri menyapa ku yang sudah rapi padahal ini hari sabtu dan aku libur bekerja.
"Aku mau ke restoran bi, mau mengecek pembukuan nya!" Jawab ku sambil menikmati sarapan ku serta segelas susu yang sudah di siap kan oleh Bi Sri.
"Mia belum bangun ya bu, kok sejak tadi aku belum lihat Mia!" Bi Sri berkata pada ku.
"Mungkin masih tidur Bi, ini kan sabtu dan mas Randi juga libur kesekolah. Jadi biarin aja kalau dia masih tidur, tapi kalau udah lewat jam 8 Mia belum bangun. Bibi bangun kan deh, suruh dia mengerjakan tugas nya seperti biasa!" Aku mengingat kan Bi Sri.
"Baik bu!" Bi Sri mengangguk kan kepala nya.
"Bi, aku mau ke restoran dulu, jika mas Randi tanya aku sama bibi, gak usah di kasih tahu kalau aku pergi ke restoran!" Ujar ku pada bi Sri.
"Baik bu!" Aku pun berlalu dari dapur.
Ketika aku melintasi kamar tamu, entah kenapa aku penasaran dengan mas Randi. Aku membuka pintu kamar nya.
"Loh, kok mas Randi gak ada. Pasti dia tidur di gudang sama Mia!" Guman ku sambil menutup kembali pintu kamar itu.
Aku mang tidak perduli mas Randi mau tidur di mana saja, asal jangan tidur di kamar ku. Aku pergi ke restoran orang tua ku untuk mengecek pembukuan nya, sudah cukup lama aku tidak ke sana. Terakhir kali aku datang ke sana ketika mas Randi dan Mia mengambil uang restoran beberapa hari yang lalu.
"Selamat pagi bu Arin!" Sapa Maya, kasir di restoran itu
"Pagi May, gimana keadaan restoran, aman?" Tanya ku pada Mia.
"Alhamdulillah aman bu!" Maya mengacung kan jempol nya pada ku.
"May, bawa laporan keuangan seminggu terakhir ke ruangan ku!" Perintah ku pada Maya.
"Baik bu!" Jawab Maya dan dia langsung mengikuti ku sambil membawa sebuah map.
"Silah kan lanjut kan pekerjaan mu, biar aku periksa!" Aku berkata pada Maya setelah dia memberikan laporkan tersebut pada ku.
Maya segera keluar dan aku fokus memeriksa laporan keuangan selam 1 minggu terakhir. Biasanya memang aku memeriksa laporan keuangan setiap satu minggu sekali.
Tok, tok, tok.
Pintu ruangan ku di ketuk.
"Masuk!" Perintah ku.
"Maaf bu, di luar ada pak Randi dan seorang wanita. Mereka memesan begitu banyak menu, tapi waitress kita menolak melayani nya. Karena menu yang dia pesan terlalu banyak, sementara mereka cuma berdua. Tapi pak Randi nya malah marah -marah!" Maya memberi tahu ku.
"Kurang ajar, berani nya mereka bikin ulah lagi!" Aku segera menutup map dan keluar menemui 2 manusia tidak tahu diri itu.
"Apa kah kau ingin di pecat, aku adalah suami nya Arin, pemilik tempat ini. Jadi aku juga punya hak di tempat ini!" Terdengar suara lantang Mas Randi membentak karyawan ku.
"Atas dasar apa kau ingin memecat nya? Hak apa yang kau maksud kan?" Aku bertanya pada mas Randi secara tiba - tiba.
"A,,,, Arin, kau ada di sini?" Mas Randi tampak terkejut karena melihat ku sudah berada di sini, padahal ini masih pagi.
"Kenapa kalau aku ada di sini? Restoran ini milik ku, jadi kapan pun aku mau datang ke sini, bukan urusan mu!" Aku berkata sambil melipat tangan di dada.
"Rin, lihat lah karyawan kita menolak ketika aku memesan menu makanan kita yang ada di sini!" Mas Randi mengadukan penolakan karyawan ku terhadap diri nya.
Karyawan itu hanya menunduk kan kepala nya, mungkin dia takut pada ku.
"Apakah kau sanggup bayar jika karyawan ku menuruti apa yang kau katakan?" Tanya ku dengan tatapan tajam.
"Rin, aku ini suami mu. Aku juga berhak menikmati apa yang ada di sini!" Mas Randi membela diri nya.
"Kau tidak punya hak apapun di tempat ini, jadi jika kau mau makan di sini harus bayar. Tidak ada yang gratis di dunia ini, jika kau tidak mampu bayar silah kan pergi dari tempat ini!" Aku mengusir mas Randi di hadapan karyawan ku.
"Rin, kamu gak usah kurang ajar ya. Mas Randi juga punya hak yang sama dengan mu di tempat ini. Jadi kami bisa makan apapun yang kami mau!" Mia membela mas Randi.
"Dengar kan aku Mia, laki - laki yang kau sebut suami mu ini, tidak punya hak sedikit pun di tempat ini. Dia adalah laki - laki Mokondo, jadi jika kalian berani macam - macam di tempat ini. Aku tidak akan segan - segan melempar kan kalian berdua ke jalan!" Ancam ku dengan tegas.
"Rin, kamu keterlaluan Rin. Di Rumah kau hanya memberi kami makan sama sayur, di sini kau juga tidak mengizinkan kami untuk makan. Kau benar- benar kelewatan Rin!" Mas Randi tampak sangat marah dan dia menuding kan telunjuk nya ke wajah ku.
"Sudah aku katakan mas, uang yang kau berikan hanya cukup membeli semua itu. Jadi nikmati lah semua nya sesuai dengan kantong kalian. Aku tidak sudi memberi makan perut kalian berdua!" Aku balas menunjuk wajah mas Randi dan Mia.
"Arin, aku ini suami mu. Dan aku juga berhak atas seluruh harta mu, jadi kau wajib patuh pada ucapan ku!" Mas Randi masih menggunakan status nya sebagai suami ku untuk menekan ku.
"Bagai mana jika kita berpisah saja? Karena sampai kapan pun aku tidak sudi membagi harta ku pada mu, apalagi mengunakan harta ku untuk menyenangkan jalang mu ini!!!!" Ujar ku dengan sangat geram.
"Cukup Rin, sampai kapan pun kita tidak akan pernah berpisah. Jangan pernah mengucap kan perpisahan lagi Rin!" Mas Randi seperti nya sangat ketakutan jika harus berpisah dari ku.
"Bagai mana jika aku lapor kan pernikahan siri mu dan Mia pada atasan mu, bagai mana ya reaksi nya jika dia tahu bahwa kau menikah lagi tanpa izin dari ku!" Aku berkata sambil mengetuk meja dengan jari ku sambil tersenyum mengejek pada mereka berdua.
"Cukup Rin, cukup. Jangan melakukan hal - hal bodoh!" Mas Randi tampak kesal dengan ucapan ku.
"Kalau begitu, pergi dari tempat ini bawa gundik mu itu dan jangan pernah kembali ke tempat ini lagi atau pun ke restoran milik ku yang lain nya. Jika kalian berani datang lagi, maka aku pastikan karir mu akan tamat mas!" Aku berkata sambil mengayun kan tangan ku ke leher memberi tanda End.
"Dasar wanita ular, kau sangat licik Arin!" Teriak Mia tidak terima.
"Turun kan suara mu di hadapan ku, atau kau akan tahu akibat nya!" Aku mencengkram rambut Mia yang terurai sehingga dia tampak kesakitan.
"Lepas kan Mia Rin, aku janji tidak akan membawa nya ketempat ini lagi, aku mohon Rin!" Mas Randi memohon pada mu.
Aku melepas kan cengkraman tangan ku pada rambut nya dan mendorong nya kebelakang hingga dia terjatuh. Mas Randi langsung membantu Mia berdiri dan bergegas membawa nya keluar dari restoran milik ku.
Tidak ada lagi kelembutan dalam diri ku karena ulah mu mas Randi, walaupun ketika sendirian aku masih sering menangis karena rasa sakit ini. Tapi di hadapan orang lain, aku tidak akan pernah menetes air mata ku karena manusia tidak tahu diri seperti kalian.