"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengobrol
Setelah Alya mengirim pesan tersebut, tidak ada balasan dari Om Ilham, namun terlihat jika Om Ilham sudah membaca pesan dari Alya.
"Tidak mau dibalas, ya jelaslah emang harusnya Om Ilham yang bayar aku, malah aku yang disuruh bayar, kan aneh," gumam Alya.
Setelah ditunggu-tunggu, tetap saja tidak ada balasan dari Om Ilham, karena lelah Alya pun ketiduran hingga ketika mendengar azan asar, Alya bangun. "Ya Allah aku ketiduran, ya gini kalau bosen," gumam Alya lalu memilih untuk membersihkan tubuhnya dan melaksanakan salat asar.
Setelah salat asar, Alya turun ke lantai satu dan ia melihat Zahira dan Dea di ruang tamu. "Katanya tadi kamu habis dari Ibu kamu ya," ucap Alya.
"Iya, Mbak Al. Tadi Ibu jatuh di toilet, karena khawatir jadinya Zahira sama Mas Rizal langsung ke rumah," ucap Zahira.
"Terus gimana keadaan Ibu kamu?" tanya Alya.
"Alhamdulillah Mbak, keadaan Ibu baik-baik aja," ucap Zahira.
"Alhamdulillah," ucap Alya.
"Sayang, kayaknya Rayhan pulangnya malam, nanti biar Umi temenin kamu aja ya," ucap Umi Fatimah.
"Gak usah, Umi. Alya gapapa kok sendirian, kasihan Abi kalau Umi tidur sama Alya," ucap Alya.
"Abi gapapa Alya, biar Umi tidur sama kamu, nanti kalau Rayhan datang biar dia tidur di kamar tamu," ucap Abi Zaky.
"Iya, Bi," jawab Alya.
Malam harinya, seperti yang dikatakan Abi Zaky. Malam ini, Umi Fatimah menemani Alya tidur di kamar Rayhan, "Ya Allah, Rayhan. Masa dia gak beliin kamu skincare gitu," ucap Umi Fatimah.
"Alya yang memang jarang pakai skincare Umi, kulit Alya suka iritasi soalnya," ucap Alya dan diangguki Umi Fatimah.
"Yasudah, kamu tidur ya. Udah malam soalnya," ucap Umi Fatimah.
"Alya boleh tidur peluk Umi?" tanya Alya.
"Boleh dong sayang," ucap Umi Fatimah.
Alya pun merebahkan tubuhnya dan memeluk Umi Fatimah dari samping, "Kamu tau sayang, Umi itu punya dua anak dan dua-duanya cowok, Umi sebenarnya pengen punya anak cewek soalnya kayak lucu gitu. Makanya Umi itu menganggap kamu dan Zahira sebagai anak Umi, sebisa mungkin Umi akan memperlakukan kalian sama layaknya anak Umi," ucap Umi Fatimah.
"Kalau Alya boleh tau, dari Mas Rayhan sama Rizal, yang paling bandel siapa Umi?" tanya Alya.
"Sebenarnya bukan yang bandel gimana ya, tapi lebih aktiflah dan yang sering dihukum itu Rizal, anak-anak Umi tidak pernah sekolah atau mondok disini, Abi dan Umi sengaja memasukkan mereka ke pondok pesantren lain. Selain untuk belajar, mereka juga bisa mempelajari bagaimana sistem dari pondok pesantren lain dan ketika mereka sampai disini, mereka bisa menerapkan sistem atau memodifikasi apa yang menurut mereka kurang dari pondok pesantren lain," ucap Umi Fatimah.
"Abi sama Umi keren banget, udah kepikiran sampai situ loh," ucap Alya.
"Alhamdulillah, tapi ya karena mereka mondok di tempat lain jadi kalau ada yang dihukum maka Abi sama Umi harus datang dan yang paling sering dihukum ya Rizal," ucap Umi Fatimah.
"Kalau Mas Rayhan sendiri, menurut Umi bagaimana?" tanya Alya.
Umi Fatimah yang mendengar pertanyaan Alya pun tersenyum, "Kalau Rizal itu yang paling aktif dan paling sering dihukum, maka Rayhan itu sebaliknya, dia termasuk yang jarang bicara, kalau bicara hanya seperlunya saja. Rayhan itu sejak kecil memang begitu, jarang bergaul dengan orang lain, jadinya dia pilih-pilih kalau mau temenan makanya jangan heran kalau Rayhan cuma punya teman sedikit dan berbeda dengan Rizal. Rayhan termasuk pintar karena dia selalu dapat rangking dan juga sering ikut lomba, ya bisa dibilang akademisnya bagus, selain itu alhamdulillah Rayhan sudah hafiz sejak usianya 11 tahun," ucap Umi Fatimah.
"Masyaallah, Mas Rayhan sudah 30 juz Umi?" tanya Alya.
"Alhamdulillah, iya," jawab Umi Fatimah.
"Masyaallah hebatnya, Alya jadi iri," ucap Alya.
"Nanti kamu juga bisa minta bimbingan Rayhan supaya kamu bisa menghafal Al-Qur'an," ucap Umi Fatimah.
"Iya, Umi," jawab Alya.
"Tapi, walaupun gitu, Rayhan itu orangnya cuek, kamu tau kan gimana frustrasinya Umi cari pasangan buat suami kamu dulu. Rayhan memang tidak menolak untuk dikenalkan dengan perempuan, tapi masalahnya banyak perempuan yang dia tolak dan untungnya dia mau menerima kamu," ucap Umi Fatimah.
"Makasih ya Umi, karena Umi juga. Alya bisa ketemu Mas Rayhan," ucap Alya.
"Sama-sama sayang," jawab Umi Fatimah.
"Tapi, kalau boleh tau Umi, udah berapa perempuan yang ditolak Mas Rayhan?" yanya Alya.
"Kamu tanya gini gak cemburu kan sayang?" tanya Umi Fatimah.
"Umi tenang aja karena Alya bukan tipe yang cemburu kok, Alya cuma penasaran aja sih," ucap Alya.
"Hem kayaknya lebih dari 5 perempuan, tapi Umi bersumpah kalau tidak ada yang sampai diterima sama Rayhan, cuma kamu yang diterima bahkan Rayhan cuma bertemu satu kali sama mereka dan setelahnya mereka tidak bertemu, kalaupun mereka bertemu itu cuma kebetulan saja," ucap Umi Fatimah.
"Umi ini ya, Alya beneran gak cemburu loh," ucap Alya.
"Iya, Umi percaya sayang," ucap Umi Fatimah.
"Jadi, Mas Rayhan belum pernah punya hubungan dengan perempuan lain ya Umi?" tanya Alya.
"Setahu Umi belum pernah, hanya kamu yang punya hubungan dengan Rayhan. Tapi kalau yang deketin kayaknya ada dan lagi-lagi mereka tentu saja ditolak, Rayhan itu orangnya bener-bener cuek. Tapi, sama kamu dia gak cuek kam?" yanya Umi Fatimah.
"Alhamdulillah, Umi. Mas Rayhan gak cuek, ya kadang kurang peka aja sih, tapi Alya memaklumi soalnya Mas Rayhan emang secuek itu," ucap Alya.
"Nanti seiring berjalannya waktu, Umi yakin Rayhan akan berubah, dia bakal jadi suami yang romantis dan perhatian," ucap Umi Fatimah dam diangguki Alya.
Obrolan keduanya terus bergulir dan semakin seru, mereka seakan enggan untuk menutup mata dan tidur. Alya dan Umi Fatimah mengobrol dan saling menceritakan banyak hal yang mereka alami bahkan mereka juga membahas tentang pertemuan pertama mereka di Masjidil Haram.
Alya benar-benar sangat nyaman dengan suasana yang ada saat ini, ia merasa memiliki orangtua yang bisa diajak curhat banyak hal. Terakhir kali Alya curhat pada orangtuanya adalah dua hari sebelum Ayahnya meninggal, dimana saat itu Alya, Ayahnya dan Ibu Rania berada di meja makan, Alya yang curhat tentang bagaimana sulitnya ia membagi waktu untuk pelajaran dan juga ekstrakurikuler.
Saat itu, Alya benar-benar mencurahkan semua perasaannya dan ia merasa lega karena bisa berbicara dari hati ke hati dengan orangtuanya, namun kesempatan untuk bersama sang Ayah tak lama karema Ayahnya harus meninggalkannya, setelah Ayahnya meninggal, Alya jarang mengobrol apalagi sampai curhat dengan Ibu Rania, terutama ketika mereka tunggal di rumah peninggalan Kakek dan Nenek, hubungan Alya dan Ibu Rania bahkan sempat renggang.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka