NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:46.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulut Iblis

Meninggalkan Kota Batu Hitam ternyata lebih mudah dari yang diperkirakan. Badai salju yang semakin mengganas menjadi selimut alami bagi Chen Kai. Dengan jubah kulit serigala abu-abu yang menyatu dengan lingkungan dan teknik 'Penahan Nafas Kura-kura' yang menekan auranya hingga titik nol, dia berhasil menyelinap keluar dari gerbang utara tanpa menarik perhatian penjaga atau mata-mata Sekte Darah yang mungkin berkeliaran.

Tujuan pertamanya bukan langsung ke utara, melainkan memutar ke barat, menuju celah pegunungan yang ditandai dengan tengkorak merah di peta 'Mata Seribu'.

Ngarai Mulut Iblis. Pintu masuk ke 'Jalan Kematian'.

Perjalanan ke sana memakan waktu enam jam berjalan kaki di tengah salju setinggi pinggang. Angin menderu seperti tangisan hantu, mencoba membekukan darah siapa pun yang berani melintas. Namun, bagi Chen Kai yang memiliki 'Tulang Api', dingin ini hanya ketidaknyamanan kecil.

Saat senja mulai turun, mengubah langit putih menjadi ungu lebam, Chen Kai akhirnya melihatnya.

Di kaki sebuah tebing granit hitam, terdapat retakan besar yang menganga seperti mulut raksasa yang sedang berteriak. Tidak ada salju yang menumpuk di sekitar retakan itu. Sebaliknya, tanah di sekitarnya berwarna hitam legam dan becek, seolah-olah salju meleleh begitu menyentuhnya.

Dari dalam retakan itu, uap berwarna hijau kekuningan mengepul keluar perlahan, membawa bau belerang dan daging busuk yang menyengat.

"Itu dia," gumam Chen Kai, menutup hidungnya dengan lengan jubah. "Jalan Kematian."

"Kabut itu beracun," Kaisar Yao memperingatkan, suaranya serius. "Itu 'Kabut Korosif Yin'. Jika kau menghirupnya, paru-parumu akan mencair dalam satu jam. Jika menyentuh kulitmu terlalu lama, dagingmu akan membusuk."

Chen Kai mengangguk. Dia merogoh Cincin Penyimpanan Jian Chen. Di antara tumpukan harta karun, dia menemukan beberapa botol 'Pil Penawar Racun Tingkat Tinggi'. Dia menelan satu butir sebagai pencegahan.

"Pil itu hanya akan bertahan dua jam di dalam sana," kata Yao. "Kau harus bergerak cepat. Dan ingat, racun bukan satu-satunya bahaya. Makhluk yang bisa hidup di lingkungan seburuk ini pasti... tidak menyenangkan."

Chen Kai mengalirkan Qi-nya, membentuk lapisan pelindung tipis di sekujur tubuhnya untuk menahan kontak langsung dengan kabut. Dia menghunus Pedang Meteor Hitam, bilah besarnya menyala samar dengan api ungu untuk membakar racun yang mendekat.

"Ayo," katanya.

Dia melompat masuk ke dalam 'Mulut Iblis'.

Dunia di bawah tanah itu gelap gulita, hanya diterangi oleh lumut-lumut aneh yang bersinar hijau redup di dinding gua. Suara angin badai di luar menghilang, digantikan oleh suara tetesan air yang bergema dan desisan pelan dari ventilasi gas alam.

Chen Kai berjalan dengan hati-hati. Terowongan itu luas, cukup untuk dua kereta kuda berjalan beriringan, namun lantainya licin oleh lendir dan sisa-sisa tulang belulang.

Tulang manusia. Tulang binatang buas. Semuanya berserakan di mana-mana, sebagian besar berwarna hitam karena korosi racun.

"Banyak yang mencoba lewat sini dan gagal," bisik Chen Kai.

Tiba-tiba, kaki Chen Kai merasakan getaran halus di tanah.

SRET... SRET... SRET...

Suara itu datang dari segala arah. Suara ribuan kaki kecil yang bergesekan dengan batu.

"Di atasmu!" teriak Yao.

Chen Kai mendongak dan mengayunkan Pedang Meteor Hitam ke atas tanpa ragu.

SPLAT!

Sesuatu yang besar dan lunak terpotong menjadi dua. Cairan hijau muncrat, mendesis saat menyentuh api ungu di pedang Chen Kai.

Bangkai makhluk itu jatuh ke tanah. Itu adalah Kelabang Gua Beracun sepanjang dua meter. Cangkangnya keras seperti besi berkarat, dan ratusan kakinya masih bergerak-gerak meski tubuhnya sudah terputus.

Tapi itu baru satu.

Dari kegelapan langit-langit gua, puluhan pasang mata merah kecil menyala.

KREK KREK KREK...

Lusinan kelabang raksasa mulai merayap turun dengan cepat, rahang mereka yang berbisa bergemeletuk lapar.

"Sarang," umpat Chen Kai. "Tentu saja."

"Jangan biarkan mereka menggigitmu! Racun mereka melumpuhkan saraf!"

Chen Kai tidak lari. Di lorong sempit ini, lari hanya akan membuatnya dikejar dari belakang.

"Api Roh Naga!"

Chen Kai menyalurkan Qi apinya ke dalam Pedang Meteor Hitam. Bilah pedang itu meledak dalam kobaran api ungu yang terang, menerangi gua yang lembap itu. Panas yang menyengat membuat kelabang-kelabang itu mencicit mundur sejenak—mereka makhluk Yin yang benci api.

"Putaran Meteor!"

Chen Kai memutar pedang raksasa itu seperti kincir angin kematian.

WUUNG! WUUNG! WUUNG!

Dia menerjang maju ke tengah kerumunan kelabang.

Setiap ayunan pedang adalah pembantaian. Cangkang keras kelabang yang bisa menahan pedang baja biasa hancur berkeping-keping di bawah berat Pedang Meteor dan panasnya Api Roh Naga.

Potongan tubuh kelabang beterbangan. Cairan hijau beracun menyembur ke mana-mana, tapi menguap sebelum menyentuh kulit Chen Kai berkat perisai Qi panasnya.

SPLAT!

Satu kelabang berhasil menembus pertahanan putarannya dan melompat ke punggung Chen Kai.

KANG!

Taringnya menggigit bahu Chen Kai, tapi tidak tembus. Jubah kulit serigala itu robek, tapi di bawahnya, kulit Chen Kai yang diperkuat 'Tulang Api' sekeras baja.

Chen Kai meraih kelabang itu dengan tangan kirinya (yang mengenakan gauntlet Cakar Naga), mencengkeram kepalanya, dan meremasnya.

KRAK!

Kepala kelabang itu hancur.

"Mati kalian semua!"

Chen Kai menghentakkan kakinya.

"Gelombang Laut: Gelombang Ketiga (Ledakan Tanah)!"

Getaran Qi meledak dari pijakannya, merambat melalui lantai gua dan dinding. Kelabang-kelabang yang masih menempel di dinding terguncang hebat, organ dalam mereka hancur oleh gelombang kejut, dan mereka berjatuhan seperti hujan batu.

Dalam lima menit, pertempuran selesai.

Chen Kai berdiri di tengah tumpukan bangkai kelabang yang hangus dan berbau busuk. Napasnya sedikit memburu, bukan karena lelah, tapi karena konsentrasi menahan racun di udara yang semakin pekat karena darah monster.

"Kau harus pergi dari sini," kata Yao. "Bau darah ini akan memancing sesuatu yang lebih besar dari bagian dalam gua."

Chen Kai mengangguk. Dia tidak membuang waktu untuk mengambil inti roh kelabang-kelabang itu—kualitasnya terlalu rendah dan beracun. Dia melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan, meninggalkan pembantaian itu di belakangnya.

Satu jam kemudian, terowongan itu mulai melebar menjadi sebuah gua bawah tanah raksasa yang dipenuhi dengan stalagmit dan stalaktit. Di tengah gua itu, terdapat sebuah danau bawah tanah yang airnya berwarna hitam pekat dan tenang.

Jalan setapak yang harus dia lalui berada di pinggiran danau itu.

"Hati-hati," bisik Yao. "Danau itu... aku tidak bisa merasakan dasarnya."

Chen Kai berjalan merapat ke dinding, matanya terus waspada ke permukaan air.

Tiba-tiba, dia melihat sesuatu di seberang danau.

Cahaya api unggun kecil.

Chen Kai segera bersembunyi di balik stalagmit besar. Ada orang lain di sini? Di Jalan Kematian?

Dia mengintip dengan hati-hati.

Di seberang danau, ada sebuah perkemahan kecil. Tiga orang duduk mengelilingi api unggun yang apinya berwarna biru aneh.

Mereka mengenakan jubah hitam ketat dengan topeng wajah yang hanya memperlihatkan mata. Di dada jubah mereka, terbordir lambang Pedang Perak menyilang dengan Ular.

"Itu bukan lambang Klan Jian," batin Chen Kai. "Dan bukan Sekte Darah."

"Itu lambang 'Serikat Pembunuh Bayangan', Organisasi netral yang menerima kontrak pembunuhan dari siapa saja. Apa yang mereka lakukan di sini?"

Salah satu pembunuh itu berdiri, memegang peta yang mirip dengan milik Chen Kai.

"Tetua Bayangan bilang target mungkin lewat jalur atas," kata pembunuh itu dengan suara serak. "Tapi kita ditempatkan di sini untuk berjaga-jaga jika tikus itu mencoba lewat jalan tikus."

Mata Chen Kai menyipit. "Klan Jian menyewa pihak ketiga untuk menjaga rute rahasia ini. Mereka benar-benar tidak mau ambil risiko."

"Tiga orang," analisis Yao. "Satu di Awal Tingkat Delapan. Dua di Puncak Tingkat Tujuh. Kau bisa menghabisi mereka, tapi jika mereka mengirim sinyal..."

"Aku harus membunuh mereka seketika," potong Chen Kai. "Sebelum mereka sadar aku ada di sini."

Chen Kai menyarungkan Pedang Meteor Hitamnya perlahan agar tidak bersuara. Di tempat sempit dan butuh kesunyian ini, pedang besar itu terlalu mencolok.

Dia mengangkat tangan kanannya. Gauntlet Cakar Naga bersinar redup.

Lalu dia melihat ke danau hitam di antara dia dan mereka.

"Yao, bisakah kau menyembunyikan auraku sepenuhnya jika aku menyelam?"

"Di air beracun itu? Kau gila? ...Tapi ya, air itu sendiri akan menutupi fluktuasi Qi-mu. Jika kau bisa menahan napas dan racunnya, kau bisa muncul tepat di belakang mereka."

Chen Kai tersenyum dingin.

Dia menyelipkan tubuhnya ke dalam air hitam yang dingin dan mematikan itu tanpa suara sedikit pun, seperti buaya yang mengincar mangsa.

Perburuan di kedalaman dimulai.

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!