"Masa lalumu biarlah menjadi masalalumu, dan masa depanmu adalah masa depan kita."
"Tapi aku takut mengecewakanmu."
"percayalah jika seseorang mencintaimu dengan tulus dia tak akan pernah mempermasalahkan masalalumu, tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah ataupun sebaliknya jadi tak semua orang harus mengetahuinya."
Novel ini mengisahkan perjuangan seorang gadis yang harus meninggalkan keluarganya dan oramg ia sayangi demi ketenangan hidupnya dan brusaha keras untuk mewujudkan semua impiannya.
Meski harus menikah di usianya yang terbilang masih muda dan menjadi gelar seorang Ibu baginya tak menjadi penghalang untuk mengejar apa yang telah ia impikan selama ini.
Apakah Alindia bisa bangkit dari keterpurukan dan menemukan kebahagiaan? Yuk baca novelnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosdiana meida sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 4
Ke esokan harinya proses evakuasi mulai dilakukan, banyak sekali korban yang berjatuhan, ke tiga bersaudara itu benar - benar terpisah, tak tahu dimana keberadaan masing - masing.
Saat Alin belum sadarkan diri, ia sedang bermimpi bertemu ayahnya, Usman. Ia memakai baju serba putih dan menghampiri Alin yang sedang menangisinya.
"Abi jangan tinggalin Alin, Keysya dan Anisa pasti selamat, kita pasti bisa kumpul lagi sama Umi juga."
"Alin maafin Abi ya naak, tugas Abi sudah selesai, Abi pamit mau istirahat dulu, pesan Abi, jaga adikmu ya dan cari Umi kamu sampai ketemu."
"Iya Abi, Alin pasti jaga adik - adik dan akan mencari keberadaan Umi."
Setelah itu Usman memeluk putrinya dengan erat lalu perlahan melepaskannya dan pergi menghilang, saat itu juga Alin berteriak dan tersadarkan diri, ia melihat tim sar membawanya dirumah sakit. Saat itu pikiran Alin benar - benar kacau, ia bingung dengan semua keadaan ini, dimana Abi dan kedua adik - adiknya berada.
Alin masih merasa sangat lemas, tubuhnya benar - benar tak mampu bergerak seperti biasanya, dia juga masih shook atas kejadian yang menimpanya lalu ada seorang relawan datang menghampirinya dan membawakannya sepotong roti.
" Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik - baik saja."
"Oh iya kenalin nama kakak Gilang, nama kamu siapa?"
"Aku Alindia."
"Ooh Alindia. Ada yang bisa kakak bantu?"
"Aku ingin bertemu kedua adikku Keisya dan Anisa sama Abi juga, adikku masih umur 3 tahun yang satunya 7 tahun."
"Baiklah, nanti kita cari sama - sama ya, kamu sehat dulu, makan dan minum obatnya."
"Baik kak."
Setelah beberapa hari, keadaan Alin mulai membaik, seperti janji Gilang, dia akan membantu menemani Alin mencari Abi dan kedua adiknya, tiba - tiba ditengah jalan ia bertemu seorang wanita menggunakan pakaian seperti pegawai kantoran, wajahnya tidak asing lagi buat Alin. Wanita cantik itu datang menghampirinya dan memeluknya..
"Alin, syukurlah naak kamu selamat, Umi shok mendengar kabar ini, umi gak nyangka masih bisa memelukmu lagi naak."
"Umii, Kemana aja kok baru datang?"
"Nanti Umi ceritakan semua ya, sekarang ayo ikut Umi, kita ketemu adikmu Keisya."
"Keisya selamat Umi?"
"Alhamdulillah naak, Keisya selamat, tapi dia tidak bisa jalan,"
Alin shook mendengarnya, dia langsung mengikuti Umi nya untuk bertemu Keisya sesampainya dirungan, Alin menangis melihat kondisi adiknya yang sangat kritis tetapi dia bersyukur masih bisa melihat adiknya,
Lalu ada tetangga Alin yang tak sengaja bertemu, namanya pak mansyur.
"Syukurlah Alin, kamu masih selamat, waktu itu aku melihat adikmu Anisa dan Usman naik sepedah, dan ternyata Abi dan adikmu sudah meninggal, beliau dimakamkan kemarin bersama korban yang lainnya."
Mendengar hal itu Alin langsung menangis sejadi jadinya, ia tak menyangka jika ayahnya akan pergi secepat itu, Liliy langsung memeluknya dan berkata.
"Jangan menangis naak, ada Umi disini, berdoa saja untuk Abi."
"Baik Umii."
Semua ini benar - benar mengejutkan untuk Alin, dia sangat menyayangi Ayahnya tapi Tuhan memanggilnya terlebih dahulu, kejadian ini benar - benar membuat trauma besar baginya dan serasa seperti mimpi buruk baginya, berulang kali ia mencubit dan memukul wajahnya berharap semua ini hanya mimpi tapi ini benar - benar nyata, tak ada hentinya ia menangisi Abinya.
Setelah hampir 2 minggu Alin dan Liliy menunggu Keisya di rumah sakit, Akhirnya Liliy membawa Alin dan Keisya pergi kerumahnya di Jakarta dan memulai lembaran baru disana,
Di Jakarta rupanya Liliy memiliki rumah yang cukup besar dan megah, dia juga punya sebuah mobil dan asisten rumah tangga, ternyata dia benar - benar berhasil merubah nasibnya menjadi orang sukses di Jakarta.
Namun ada hal yang tak disangka, ternyata Liliy dekat dengan pria lain yang ternyata itu Bosnya sendiri, mungkin itu alasannya kenapa Liliy menghilang tanpa kabar, Liliy memperkenalkan calon suaminya kepada Kedua anaknya.
"Alin, Keisya kenalin, ini Om Wirawan calon papa baru kamu."
"Apa.. calon papa baru?" ucap Alin shook
"iyaa calon papa kalian, yuk salaman dulu." ajak Liliy
"Alin gak mau." ucap Alin kesal
Alin langsung lari masuk ke dalam kamarnya dan menangis, beda dengan Keisya yang hanya bisa pasrah dengan keadaan.
tetapi Liliy tidak memperdulikan perasaan Alin, selesai bersalaman, Keisya berpamitan untuk menyusul kakaknya, ia berjalan perlahan dengan tongkatnya, karena kakinya masih sangat sakit atas kejadian waktu lalu yang menimpanya..
"kaak.. udah dong jangan nangis terus."
"Gimana kakak gak nangis sih Key.. Abi baru aja pergi dan Anisa juga, kenapa Umi malah mau menikah lagi, apa secepat itu Umi melupakan ini semua?"
"Iya kak.. Keisya paham! tapi kita gak bisa berbuat apa - apa. kita masih terlalu kecil untuk mencampuri urusan orang dewasa."
Keisya benar, memang mereka masih terlalu kecil dan juga gak tau harus berbuat apa selain menerima keadaan, akhirnya, mau tak mau Alin menerima Wirawan sebagai Papa barunya.
Beberapa hari kemudian. Liliy dan Wirawan telah resmi menikah, ternyata Wirawan seorang duda yang memiliki 2 orang anak perempuan, karena Liliy tidak mau tinggal bersama Wirawan, akhirnya Wirawan yang mengalah untuk pindah ke rumah Liliy.
Wirawan memperkenalkan kedua putrinya yang bernama Laura dan Shela kepada Alin dan Keisya, ternyata mereka masih seumuran tetapi keisya yang paling muda diantara ke tiga kakaknya...
ternyata saudara tiri tak sebaik yang Alin dan Keisya pikirkan, sikap nya kurang baik kepadanya dan sering merebut sesuatu yang mereka berdua miliki, meskipun Liliy mengetahuinya, tali dia hanya bisa diam. tak bisa berkata apa apa, kasian sekali nasib mereka berdua, baru saja kehilangan ayahnya malah ketambahan masalah baru.
Wirawan juga tidak bisa bersikap adil, dia juga pilih kasih dan tak bisa menganggap anak Liliy seperti anak kandungnya, ini seperti mimpi buruk bagi Alin dan Keisya tak pernah terbayangkan sebelumnya akan mendapatkan Ayah Tiri..
mampir juga di novel aku
"Bertahan Luka"