Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditinggal
Deg.
Shazia dan Emran yang terkejut lantas menoleh pada Umi Nuria serempak dengan perasaan tak enak, terutama perasaan Emran. Pria itu khawatir sang ibu akan mempermalukan Shazia di hadapan teman-teman nya.
"Oalaa. Saya pikir calon istri nya nak Emran, Umi. Terus kalau bukan calonnya, neng cantik ini siapa to ?"
"Dia itu cuma anak tetangga yang mungkin sedang nebeng sama putra saya saja, jeng," jawab umi Nuria tenang seolah tanpa beban.
Emran melirik pada Shazia yang hanya diam dan wajahnya tampak sendu dengan perasaan merasa bersalah.
Wanita yang bertanya itu pun manggut-manggut.
"Sebenarnya putra saya ini belum punya calon, jeng. Ya tau sendiri lah pergaulan wanita-wanita muda jaman sekarang seperti apa. Jadi saya dan putra saya harus selektif mencari nya. Baik itu selektif mencarinya dari segi akhlaknya mau pun asal usul keturunan."
"Oh, begitu ya, umi." Wanita lainnya ikut berkomentar.
"Iya, jeng Ayu. Karena kalau berasal dari keturunan yang baik dan jelas sudah bisa dipastikan gadis itu memiliki akhlak yang baik. Seperti kata pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' istilah ini mencerminkan sifat si anak. Kalau orang tua nya baik pasti keturunan nya juga baik. Begitu pun sebaliknya." Umi Nuria melirik pada Shazia diikuti senyuman sinis.
Kalimat menyangkal berikut sindiran yang dilontarkan secara terang-terangan itu seakan menampar Shazia bolak balik. Memaksa gadis itu untuk bangun dari mimpi indahnya dan kembali ke alam kenyataan yang pahit.
Ibunda Emran menyangkal ia bukan calon menantunya, tapi wanita itu justru memperkenalkan nya hanya sebagai anak tetangga yang menumpang di mobil putra nya.
Wanita itu pun membicarakan soal asal usul dari keturunan yang baik. Shazia paham betul kalimat itu untuk siapa. Siapa lagi jika bukan untuk menyindir dirinya.
Bagaimana pun usahanya nanti bersama Emran, Shazia yakin ia tak akan pernah mendapat spot di hati wanita itu. Lantas, masih mampu kah ia bertahan demi rasa cinta nya dan demi Emran yang meminta nya untuk tetap bertahan?
Dengan sikap serba canggung dan merasa sangat kerdil, Shazia hanya mampu menundukkan pandangannya, menyembunyikan mata yang mulai mengembun.
Emran melihat pada umi Nuria, menatap wanita itu dengan tatapan mengiba dan memohon. Andai saja saat ini hanya ada dia dan ibunda, ia pasti akan berlutut demi sang ibu berhenti berkata-kata yang dapat melukai perasaan Shazia.
Namun, Umi Nuria justru membalasnya dengan sorotan yang tajam. Mata tua itu seakan berbicara 'jangan protes apa pun yang umi katakan pada siapapun. Karena sampai kapan pun, umi enggak akan pernah menerima gadis yang kau bawa ini'.
"Kalau nak Emran belum ada calon, gimana kalau dijodohkan saja dengan keponakan saya, umi. Anaknya cantik. Lulusan luar negeri. Sifat dan sikap nya sangat lembut dan tulus. Anaknya juga taat beribadah. Pokoknya umi enggak bakal nyesel kalau keponakan saya itu di jadikan menantunya umi." Wanita lain berusaha menawarkan keponakan nya pada umi Nuria.
Emran menghela nafas kasar dan geleng-geleng. Tak habis pikir dengan teman ibu nya yang satu itu. Di tengah ada kekasih nya, wanita itu justru mempromosikan keponakan nya. Sesempurna apapun keponakan ibu itu, tak akan bisa membuat nya berpaling dari Shazia.
"Oh yaa !!!" Umi Nuria tergelak.
"Ide yang bagus tu, jeng. Tapi itu kita bahas nanti saja. Sekarang ayok semua nya masuk ke mobil," titah Umi Nuria pada seluruh temannya yang berjumlah empat orang itu.
Emran yang sedang menahan rasa kesalnya, kini kelabakan melihat wanita-wanita itu masuk ke dalam mobilnya satu persatu hingga mobil nya penuh muatan.
"Umi, apa-apaan ini? kenapa semua teman umi masuk ke mobil Emran?" Emran setengah berbisik protes pada Umi Nuria.
Pria itu kecewa, lantaran sang ibu seolah mengatur seenaknya. Padahal tadi ibunya bilang hanya minta disusul, karena abi berhalangan menyusul. Bukan untuk memberi tumpangan gratis pada teman-teman nya.
"Jangan protes," sergah umi Nuria.
"Tapi setidak nya umi bilang dulu sama Emran. Bukan seperti ini caranya, umi."
Umi Nuria mendengkus kasar.
"Apa susah nya ngasih tumpangan, Emran. Toh, kamu akan mendapatkan pahala nya juga kan. Sudah jangan protes. Ayok pergi sekarang dan antarkan teman-teman ibu ke rumah nya masing-masing," putus umi Nuria yang tak boleh di bantahEmran.
Umi Nuria kemudian membuka pintu bagian samping kemudi dimana Shazia duduk tadi.
Emran menahan pintu mobil yang hendak di tutup ibunya itu." Bukan begitu, umi. Masalah nya Shazia akan duduk dimana kalau full begini?"
"Ya mana umi tau. Lagian siapa suruh kamu bawa-bawa perempuan itu kemari?" tutur umi Nuria yang kini tampak menggeram, karena Emran terus saja membela.
"Umi_"
"Sudah. Cepat masuk ke mobil. Jangan bikin umi mu malu dan kecewa." Umi Nuria langsung menutup pintu mobil dengan kasar.
Emran menyugar rambutnya frustasi, kemudian melihat pada Shazia dengan perasaan berkecamuk. Ia malu pada gadis itu atas sikap ibunya. Ia juga kasihan pada kekasih nya itu.
"Emran cepetan !" seru umi Nuria yang tak sabaran.
Emran tak menggubris seruan ibunya. Tatapan pria itu fokus pada Shazia yang tengah sekuat tenaga menahan air mata nya agar tak tumpah.
"Sha_"
"Enggak apa-apa, mas. Pergi lah. Aku bisa naik taxi," ujar Shazia dengan suara sedikit tercekat.
Emran geleng-geleng tak mau. Ia enggan meninggalkan gadis nya itu.
"Enggak, Sha. Aku enggak mau ninggalin kamu."
"Emran !!!" Umi Nuria berteriak karena sang putra tak kunjung masuk ke dalam mobil.
"Pergi lah, mas. Enggak usah khawatir. Aku akan baik-baik aja." Shazia memperlihatkan senyum nya seolah ia baik-baik saja.
"Maafkan aku, sha. Aku, aku akan segera kembali. Kamu tunggu aku nya !!"
Shazia mengangguk senyum.
Emran pun dengan terpaksa menyeret kaki nya yang terasa berat masuk ke mobil. Berat rasanya meninggalkan sang pujaan hati seorang diri demi sang ibu yang telah melahirkan dan membesarkan nya.
Bulir bening tiba-tiba mengaliri pipi mulus shazia setelah mobil Emran melaju. Ia tak perlu lagi menahan nya, karena mereka sudah pergi.
Duar.
Langit seketika mengeluarkan cahaya kilat. Tak lama, hujan pun menyusul.
Shazia mengusap air mata nya kasar, lalu berlari ke arah masjid sebelum tubuhnya basah kuyup.
Di teras masjid, Shazia duduk menyender pada tiang dengan arah pandang pada air hujan yang semakin deras.
Seketika, air mata nya mengalir lagi mengingat kejadian yang tadi.
"Andai aku pulang bersama Shaka, mungkin aku enggak akan terjebak hujan seperti ini. Tapi, kamu kemana, ka?"
Shazia tiba-tiba teringat Shaka yang entah dimana keberadaan nya.
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍